Vol 1 Ch 2 - Dapatkah Kita Berteman?

8.8K 595 34
                                    

Vol 1 Ch 2. Dapatkah Kita Berteman?


Author : Angelina

E-translation : Miah

E-trans uploader : JinnAugust

Translated by : Hadi


Film 'Like Love' diadaptasi dari novel ini.

====================================================================================


Suara di dalam kamar 502 perlahan-lahan mengecil sampai hampir mustahil untuk mendengar percakapan antara Mai Ding dan Li Ming. Li Ming seolah tak sabar menanyakan jawaban atas pertanyaan yang diajukan Mai Ding kepada An Ziyan, Mai Ding dengan sangat percaya diri dan ngotot menjawab bahwa An Ziyan tidak menyukai cowok.

Dia merasa dengan seperti ini, dia membantu An Ziyan menyimpan rahasianya. Tapi siapa yang tahu kalau Mai Ding punya motif tertentu dibalik tindakannya ini.

Dia ingin berteman dengan An Ziyan karena hidupnya hampir tak ada apapun kecuali kenormalan. Bahkan teman disekitarnya adalah teman yang biasa saja dan tidak tertarik dengan karakter tertentu. Jadi kali ini dia tak sengaja tahu bahwa An Ziyan adalah seorang biseks dan hal ini membuatnya ingin menemukan suatu hiburan di hidupnya. Dia berpikir jika nanti punya cucu, dia akan dengan bangga mengatakan bahwa dulu dia pernah berteman dengan seorang biseks.

Tak yakin apakah Mai Ding mampu untuk menunggu sampai dia memiliki cucu.

Di waktu malam, Mai Ding pergi dari kamarnya dengan rambut yang basah dan mengetuk pintu kamar 501.

Setelah mengetuk dalam waktu yang lumayan lama, An Ziyan dengan malasnya membuka pintu dan Mai Ding memberikan senyum terbaiknya sambil berkata, "Kawan, boleh aku pinjam pengering rambutmu?"

"Tak punya." Dan pintu menutup dengan bantingan keras.

Mai Ding selalu tahu bahwa An Ziyan adalah orang yang dingin, namun dia tak menyangka dia sedingin itu sampai-sampai senyum Mai Ding tidak memberikan efek apa-apa.

Hari kedua, Mai Ding pergi ke kamar An Ziyan dan mengetuk lagi pada waktu yang sama.

"Kawan, boleh aku pinjam kamar mandimu? Pipa air kami sedang rusak."

"Tak boleh."

Hari ketiga, Mai Ding tetap memasang muka temboknya.

"Kawan, bolehkah aku memakai toiletmu karena aku sudah tak tahan lagi. Toiletku sedang dipakai seseorang sekarang."

"Tidak."

Hari keempat, Mai Ding menyerah.

"Kawan, bisakah kau berikan hatimu padaku?"

"Tak punya."

Saat An Ziyan akan menutup pintu, Mai Ding meletakkan tangannya di celah pintu dan berkata, "An Ziyan, kau benar benar sialan, kau tahu? Bagaimana bisa kau memperlakukan tetanggamu yang cute dan friendly dan lebih muda darimu seperti ini? Jika kau berani lalu tutuplah pintu ini dan hancurkan tanganku."

Mai Ding berpikir An Ziyan takkan menutup pintu dan An Ziyan berpikir Mai Ding pasti akan menarik tangannya dari pintu sehingga dia bisa menutup pintu.

Dan tiba-tiba Mai Ding menjerit kesakitan dan pintu itu juga memantul kembali terbuka. Tangan Mai Ding sangat sakit sekali sampai dia melompat-lompat dan meniup tangannya dengan ekspresi kesakitan. Dia bahkan tak punya waktu untuk mengomel dan hanya mengerang kesakitan. Tangannya mulai membengkak dan berubah warna menjadi merah. An Ziyan mengerutkan kening sambil menarik Mai Ding ke dalam kamarnya dan berkata, 'Siapa yang menyuruhmu meletakkan tanganmu disana!"

I still love you, even though you're a manTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang