Vol 3 Ch 35 - Ini Adalah Dunia Yang Kejam

3K 291 8
                                    

Vol 3 Ch 35. Ini Adalah Dunia Yang Kejam


Author : Angelina

Translation provided by : 阿C/Kornkong International FC

Translated by : Hadi


Film 'Like Love' diadaptasi dari novel ini.

===============================================================================

Xu Zi akhirnya benar-benar menghilang dari kehidupan Mai Ding. Hidup Mai Ding kembali normal seperti biasa. Hari ini dia menyelesaikan kelasnya lebih cepat, namun ia tak terburu-buru untuk pulang. Ia ingin memangkas rambutnya karena cuaca yang semakin panas. Dia merasa kepanasan walaupun hanya memakai jaket yang tipis, karena itu ia ingin memangkas pendek rambutnya.

Di perjalanan menuju tempat pangkas rambut, mata elang Mai Ding menangkap sosok pria jelek yang mengenakan kaos Adidas dan sepatu Nike sedang mencuri tas dan handphone seorang wanita. Pencuri itu tak peduli dengan orang-orang di sekitarnya. Wanita itu sedang sibuk membeli snack, sehingga dia tidak menyadari bahwa dia sedang dicuri. Walaupun penjual snack menyadarinya, dia tak berbuat apapun. Mai Ding melihat sekeliling. Ada beberapa orang yang lewat yang menyadari apa yang pencuri tersebut sedang lakukan, namun mereka juga tak melakukan apapun.

Mai Ding adalah seorang pria yang sangat patuh dengan hukum. Dia menghampiri pencuri itu dan memegang tangannya. "Apa yang sedang kau lakukan?!"

Dia berpikir bahwa tindakan itu cukup untuk menakuti sang pencuri. Namun Mai Ding tak mengetahui bahwa pencuri tersebut lebih daripada yang ia duga. Pencuri tersebut menatap Mai Ding dengan marah. "Ini bukan urusanmu!!"

"Bagaimana kau bisa mencuri dengan begitu santai?!"

Menyadari peringatan Mai Ding, wanitu itu langsung memeluk tasnya dengan erat. Namun ia tak ingin terlibat dalam kejadian itu, sehingga ia langsung meninggalkan tempat itu dengan terburu-buru. Semakin banyak orang berkerumun untuk melihat mereka berdua, namun berdiri sedikit menjauh dari mereka.

"Beraninya kau menggangguku!! Kau mau mati, hah?!" Pencuri itu berteriak dengan amarah memuncak. Awalnya Mai Ding pikir kekuatannya sebanding dengan pencuri itu, namun kemudian tiga teman pencuri itu datang dan mengepung Mai Ding. Satu orang mengalungkan lengannya di leher Mai Ding dan lainnya mulai menghajar Mai Ding. Mai Ding tak punya tenaga untuk berontak, tubuhnya juga tak bisa bebas bergerak karena dipegangi oleh mereka. Dia terlalu lemas untuk mengucapkan sesuatu. Menatap ke kerumunan orang yang acuh dihadapannya, dia merasa kecewa. Dia tak menyesal telah menghentikan pencuri tersebut, namun kesal dengan orang-orang dihadapannya yang sama sekali tak ingin membantunya. Dia pikir dia terlalu berlebihan dalam menilai kebaikan manusia. Kebanyakan dari mereka tidak peka, dingin, dan egois. Mereka hidup di dunia hanya untuk memuaskan dirinya sendiri dan tak pernah peduli dengan orang lain. Namun ironisnya jika hal ini terjadi pada mereka, mereka mulai mengeluh betapa jeleknya hubungan sosial yang terjadi di masyarakat. Jika saja mereka tidak seegois itu, tentu saja dunia punya harapan yang lebih baik, kan?

Ini adalah dunia yang kejam. Jika kau tidak siap melindungi dirimu sendiri, lebih baik jangan keluar. Mereka hanyalah hewan dan tak pantas disebut manusia.

Mai Ding tersenyum pahit, namun saat itu sebuah tinju yang lebih keras menghantamnya. "Kau tertawa? Oh, kau masih bisa tertawa?! Akan kuberitahu akibat dari orang yang suka mencampuri urusan orang lain. SIA***!! Segera setelah melihatmu amarahku langsung menggelegak! Kau pikir kau siapa?! Jika kau sekarang berlutut di depanku dan memanggilku 'Boss', aku akan melepaskanmu."

Pria ini berkali kali menendang lutut Mai Ding. Akhirnya Mai Ding pun jatuh, wajahnya menyentuh tanah dan dia menatap kerumunan yang semakin ramai. Saat itu polisi baru tiba. Komplotan pencuri itu pun segera kabur. Beberapa orang membantu Mai Ding berdiri. "Bro, kau tak apa-apa?"

Mai Ding menggeleng dan tertawa dengan sangat hambar. Saat hal buruk telah lewat, waktunya bagi mereka untuk berpura-pura menjadi orang baik.

***

Mai Ding dibawa ke rumah sakit. Beberapa tulang di tubuhnya patah. Stasiun TV lokal ingin mewawancarai Mai Ding tentang tindakannya yang begitu berani. Mai Ding seketika menutupi wajahnya. "Pergi! Tolong jangan rekam! Jangan rekam aku!" Mai Ding berpikir pasti dia saat ini jelek sekali dengan wajahnya yang bengkak disana-sini. Dia sendiri bahkan tak sanggup menatap wajahnya sendiri, apalagi membiarkan orang lain melihatnya.

Namun para reporter itu tidak mendengarkan penolakan Mai Ding. Saat itu An Ziyan baru pulang dari kuliah dan menjenguk Mai Ding. Dia menatap marah kepada para reporter. Mai Ding tak berani mengabari orang tuanya sehingga ia hanya menghubungi An Ziyan. "Pergi! Keluar!", teriak An Ziyan kepada para reporter. An Ziyan sedang bad mood sekarang. Siapa saja yang membuat dia kesal akan mendapatkan akibatnya. Para reporter itu ketakutan mendengar teriakan An Ziyan, sehingga mereka buru-buru keluar dari ruang tempat Mai Ding dirawat. An Ziyan mengunci pintu dan menatap pada wajah Mai Ding yang membengkak. Bagaimana bisa dia menjadi babak belur seperti ini?! An Ziyan mengepalkan tinjunya. Mai Ding memalingkan wajahnya, dia tak ingin An Ziyan melihat kondisi wajahnya yang buruk seperti sekarang.

"Siapa yang melakukannya?" tanya An Ziyan.

"Aku tak tahu. Aku melihat pencuri sedang mencuri barang seorang wanita. Kemudian aku menghampirinya untuk menghentikannya, namun aku dikeroyok olehnya dan komplotannya." Mai Ding merasa sakit sekali saat ia mencoba berbicara.

An Ziyan mendekati Mai Ding. Dia tak ingin melihat wajah Mai Ding, karena itu hanya akan membuatnya bertambah marah. Dia menatap keluar jendela dengan wajah tenang, sebuah ekspresi yang tak terduga. "Mai Ding, kau melakukan hal yang benar. Karena itulah kau adalah kebanggaanku."

Kenapa? Kenapa An Ziyan selalu tahu apa yang Mai Ding inginkan? Dia tahu segalanya. Mai Ding tak ingin mengoceh ataupun marah sekarang. Apa yang dia butuhkan adalah dia ingin dipahami. Sebenarnya dia khawatir, khawatir bahwa An Ziyan akan memarahinya saat ia datang. Kenapa kau mencampuri urusan orang lain? Tak ada hal apapun yang akan terjadi jika saja kau tidak bertindak sejauh itu. Jika An Ziyan berkata seperti itu, Mai Ding akan lebih kecewa lagi. Apa yang dibutuhkan Mai Ding adalah kehangatan, dan hal ini selalu An Ziyan berikan padanya. An Ziyan selalu bisa menemukan waktu yang tepat untuk bertindak gentle. Mai Ding ingin menangis. Mengabaikan rasa sakit yang dia rasakan sekarang, dia menjatuhkan diri ke dalam pelukan lengan An Ziyan. "Tak ada seorang pun yang membantuku. Tak ada seorang pun! Aku melakukan hal yang baik, namun aku merasa bahwa aku bodoh sekali!"

"Tak perlu marah kepada mereka."

"Aku tahu, namun aku tak paham dan aku juga tak ingin menyerah. Aku tak tahu jika hal ini terjadi lagi nanti, apakah aku harus memberi bantuan atau tidak? Apa hasilnya dari membantu orang lain? Apa yang kuharapkan selain aku akan mendapatkan luka-luka dan juga kesedihan?!" Mai Ding ragu dengan arti keadilan. Mungkin memang keadilan tidak dibutuhkan dalam kehidupan. Setiap orang hanya melindungi diri mereka sendiri, hal yang sudah umum terjadi di masyarakat. Malah, orang yang menolong orang lain menjadi suatu hal yang tak biasa. Mereka bertentangan dengan orang lain, dimana hal ini akan membuat mereka lebih mudah terluka.

"Jangan berkata seperti itu. Walaupun banyak orang berkata bahwa hal baik hanya akan dibalas dengan kejahatan, namun kebaikan dalam dirimu benar-benar nyata."

Mai Ding mendongak dan menatap An Ziyan. "Jangan menipuku."

"Mengapa aku ingin menipumu? Memang banyak orang jahat di dunia ini, namun orang yang baik betul-betul ada. Karena masih ada orang baik, dunia masih memiliki harapan kedepannya. Jangan terlalu dipikirkan. Istirahatlah."

An Ziyan benar-benar berusaha untuk menghibur Mai Ding. Bukan hal yang mudah bagi An Ziyan untuk mengatakan kata-kata yang bagus sekaligus. An Ziyan menatap luka-luka pada tubuh Mai Ding, dan akhirnya ia tak dapat lagi menahan amarahnya. Dia keluar dari ruangan dan menutup pintunya pelan. Dia mengeluarkan ponselnya dan menelpon. "Paman Fu, tolong lakukan sedikit penyelidikan untukku."

Tak peduli sekejam apapun dunia ini, Mai Ding takkan merasa kesepian karena kehangatan dan pengertian yang dimiliki An Ziyan. Tentu saja karena dia adalah An Ziyan.



Bersambung...

I still love you, even though you're a manTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang