Bab 8 [Sesuai Alur]

4K 246 1
                                    

Vano, baru saja menginjakkan kakinya di sekolah dan disambut oleh sekumpulan siswa-siswi yang tengah mengelilingi lapangan.

Vano awalnya tak peduli dan langsung melangkah ke arah kelasnya. Tapi sebuah suara bentakan yang berasal dari kerumunan para manusia itu berhasil menghentikan langkahnya.

"UDAH GUE BILANG JANGAN PERNAH DEKAT-DEKAT SAMA NATHAN! LO NGERTI GAK?! "

Melangkah kakinya ke arah lapangan dan menerobos siswa-siswi yang lain, Vano kini telah berdiri di depan menyaksikan seorang gadis yang tengah di bully oleh gadis lain. Dia, Clara dan Rissa. Dan yang pasti, Clara lah yang membully Rissa.

"Oh gue lupa. Lo kan binatang, jadi pasti gak ngerti bahasa manusia. Perlu gue pake bahasa binatang dulu baru lu ngerti? " Clara menarik rambut Rissa hingga mendongak.

Ucapan Clara mengundang gelak tawa bagi para penonton. Tapi itu tak bertahan lama, karena kedatangan empat orang pemuda yang menahan amarahnya. Siapa lagi jika bukan Nathan ddk?

Tapi tunggu, ini ada yang aneh. Vano memicingkan matanya, bukan cuma Candra, Dimas, dan Gilang yang marah tapi juga Nathan.

"𝐼𝑛𝑖 𝑔𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑢𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑖𝑟𝑖𝑛 𝑘𝑎𝑛? " batin Vano.

Nathan menarik lengan Clara dengan kencang, hingga tarikan pada rambut Rissa terlepas. Kemudian disusul oleh tamparan yang keras.

Clara memandang tak percaya pada Nathan sambil memegangi pipinya yang panas akibat tamparan dari Nathan. Begitupun orang-orang yang melihatnya, mereka mendadak diam bak patung. Sedangkan Rissa, kini tengah menangis di pelukan Candra.

Vano menatap linglung kejadian di depannya. "Lo udah keterlaluan Clara. Jangan lo kira gue selama ini cuman diam bukan karena gak peduli, tapi gue masih menghargai lo sebagai wanita. Gue udah muak sama tingkah laku lo yang bully orang seenaknya" tanpa sadar Vano bergumam.

"Lo udah keterlaluan Clara. JANGAN LO KIRA GUE SELAMA INI CUMAN DIAM BUKAN KARENA GAK PEDULI, TAPI GUE MASIH MENGHARGAI LO SEBAGAI WANITA. Gue udah MUAK sama tingkah laku lo yang bully orang seenaknya" ujar Nathan yang kini beralih menarik rambut Clara, hingga sangat empu meringis menahan sakit.

"I-ini..., ini dialognya. Gak mungkin, gak mungkin ini terjadi sesuai alurnya" Vano menatap bawah kakinya dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Gu-gue harus ubah alurnya, " Vano kembali menatap ke depan.

Memantapkan hatinya, dan mulai berjalan ke tengah-tengah lapangan.

"Turunin tangan kotor lo dari kepala princess gue, " Vano berdiri tepat di belakang tubuh tegap milik Nathan. Suaranya yang rendah, mampu membuat mereka yang mendengarnya menahan napas.

Atmosfer di lapangan tiba-tiba saja berubah menjadi dingin. Nathan, belum juga melepaskan rambut Clara, ia malah makin menariknya dengan kencang hingga ada beberapa helai yang rontok. Clara sudah menagis sedari tadi karena menahan perih pada kulit kepalanya.

Nathan membalikkan badannya tanpa melepaskan tarikan nya. Matanya yang tadi menunjukkan kilatan amarah seketika meredup kala bersitatap dengan tatapan dingin milik Vano.

Nathan reflek melepaskan tangannya pada rambut Clara, dan menatap Vano dengan gugup.

"V-vano... Hiks" Clara memeluk Vano dengan erat dan dibalas oleh Vano dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya terkepal di samping.

"Apa yang terjadi? " tanya Vano dengan datar namun terdapat kelembutan di dalamnya.

"Dia ngambil Nathan dan juga mau nyingkirin gue sama lo yang dia pikir bakalan ngerusak rencananya, hiks.. " Clara menjawab dengan pelan, dan dipastikan hanya Vano lah yang dapat mendengarnya.

Transmigrasi ke dunia novel [BXB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang