Bab 14 [Who?]

2.7K 152 4
                                    

Di sebuah ruangan yang minim pencahayaan, terdapat dua orang laki-laki yang duduk di sofa usang namun masih layak dipakai itu.

Mereka duduk berhadapan, ditangan masing-masing terdapat segelas wine, yang memiliki kadar alkohol sedang.

"Long time no see, Vano... " ucap salah satu laki-laki itu.

"Hahaha, kau masih tetap sama, tak pernah berubah, honey" ucap Vano. Ya, salah satu laki-laki itu adalah Vano, dan laki-laki yang satunya adalah.... Entahlah hanya Vano yang tahu.

"Oh, ya? Kalau begitu mengapa kau tak mengenaliku selama ini? " tanya laki-laki itu.

"Ya, aku cukup terkecoh oleh perubahanmu itu. Dan... Aku tak pernah menyangka bahwa kau akan menghianati sahabat mu? " ucap Vano.

"Sahabat? Aku tidak benar-benar bersahabat dengan mereka, mereka semua benar-benar bodoh" ujarnya.

"Hahaha, sudahlah. Bagai mana kabarmu? Sudah lama sekali, ya kita bertemu? "

"Ya... Sudah lebih dari setahun, sejak kejadian itu... " ucapnya seraya menerawang kejadian satu tahun yang lalu.

"𝑉𝑎𝑛𝑜, 𝑏𝑒𝑟𝑗𝑎𝑛𝑗𝑖𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑢"

"𝐴𝑘𝑢 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑖𝑛𝑡𝑎𝑖𝑚𝑢, 𝐷𝑒𝑣𝑎𝑛𝑜 𝐴𝑡𝑚𝑎𝑗𝑎𝑦𝑎"

"𝐴𝑘𝑢 𝑚𝑜ℎ𝑜𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑒𝑙𝑎𝑠𝑎𝑛𝑘𝑢 𝑑𝑢𝑙𝑢, 𝑉𝑎𝑛𝑜"

"𝑉𝑎𝑛𝑜, 𝑎𝑘𝑢 𝑠𝑎𝑚𝑎 𝑠𝑒𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑔ℎ𝑖𝑎𝑛𝑎𝑡𝑖𝑚𝑢, 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑢! "

"𝑇𝑂𝐿𝑂𝑁𝐺 𝐴𝐾𝑈, 𝑇𝑂𝐿𝑂𝑁𝐺𝐺... "

"𝐴𝑘𝑢 𝑚𝑜ℎ𝑜𝑛, 𝑠𝑖𝑎𝑝𝑎𝑝𝑢𝑛 𝑡𝑜𝑙𝑜𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑢... 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑢ℎ 𝑎𝑘𝑢, 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛... 𝑇𝑂𝐿𝑂𝑁𝐺!! Vano... Tida- "

Prang!!



Gelas ditangannya pecah, urat di lehernya terlihat, matanya memerah. Vano memejamkan matanya, menikmati darahnya yang terus mengalir dari telapak tangannya, ia sama sekali tak mengindahkan pecahan kaca yang masih berada di genggamannya.

"Kenapa? Kau menyesal? "

"Menyesal? Mungkin sedikit... "

"Apa yang akan kau lakukan setelah ini? "

"Tak ada, semua akan berjalan sesuai rencana. Buat mereka percaya, kemudian haruskan mereka dengan sebuah kejutan, " Vano membuka matanya dan memperhatikan darahnya yang jatuh ke lantai.

"Kau yakin tidak akan melibatkan perasaanmu dalam permainan kali ini? "

"Entahlah.... "

"Jangan bilang mau mulai jatuh cinta dengannya? "

Vano menatap lawan bicara, kemudian terkekeh kecil. "Itu... Tak mungkin terjadi, " ucapnya dengan sedikit keraguan.

"Kau masih ragu, jadi itu tak menutup kemungkinan. Kau pernah dengar pepatah lama, Jangan terlalu membenci seseorang atau nanti kau akan menjilat ludahmu sendiri, cinta dan benci itu beda tipis, "

"Walupun akun jatuh cinta dengannya, itu tak akan menghalangi rencana awal kita, "

"Aku... Mendapatkan sebuah petunjuk, "

Transmigrasi ke dunia novel [BXB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang