11

4 0 0
                                    

FF INI BERGENDRE 18+ JADI TOLONG YANG DIBAWAH UMUR SKIP AJA

Harap bijak dalam membaca ya, konten ini hanya cerita FIKSI dan tidak ada kaitannya dengan kehidupan nyata artis aslinya

~~~

Keesokan harinya...

Lyra sedang asik memberi makan Kawana kelincinya ditemani oleh seorang pelayan wanita dan seorang pengawal pria. Valter sedang pergi ke gedung utama untuk menemui ayahnya membahas beberapa tugas Kerajaan, itu sebabnya Lyra di titipkan pada kedua orang yang berdiri tidak jauh di belakang Lyra saat ini.

"permisi nona, saya diutus secara pribadi kesini, anda dipanggil ke gedung peradilan sekarang" ucap seseorang yang menghampiri Lyra, namun langkahnya terhenti saat seorang pengawal menghadangnya untuk lebih dekat pada Lyra "ada apa?" tanya Lyra mendengar percakapan samar di belakangnya, ia segera meletakkan sebuah wortel di atas anyaman bambu yang dijadikan alas makan bagi kelinci-kelincinya. 

"tuan ini utusan dari gedung peradilan nona" jawab sang pengawal dengan baju yang dihiasi beberapa besi sebagai pelindung tubuhnya "peradilan?"

"benar nona, anda diminta berkunjung kesana, saya tidak tahu lebih jelasnya mungkin nona bisa segera ke sana" ucap seorang utusan peradilan. Lyra memejamkan matanya sesaat mengambil nafas yang cukup panjang dan menghembuskannya perlahan "baiklah" ucap Lyra namun dengan rasa berat hati ia harus melangkah menuju gedung peradilan diikuti dengan pengawal dan pelayan pribadinya.

"ayah ada di dalam?" tanya Lyra pada seorang penjaga di depan sebuah lorong koridor depan ruang kerja Hakim Liam "iya nona, tuan meminta anda bertemu dengannya" Lyra mengangguk lalu membalikkan tubuhnya "kalian tunggu saja disini, aku tidak akan lama" setelahnya Lyra kembali berbalik dan memasuki sebuah koridor menuju ke pintu kayu dimana ruangan ayahnya berada.

Tok tok

Ia mengetuk lebih dulu lalu membuka pintunya "ayah ini aku" Lyra berusaha menahan getar pada suaranya, ia bahkan mencengkeram kuat dressnya seiring dengan langkahnya memasuki ruangan yang paling tidak ia sukai itu.

"kamu sudah harus ikut dengan ayah Lyra" kalimat itu yang terdengar saat Lyra berhasil berdiri tepat di depan meja kerja ayahnya.

Hakim Liam terlihat duduk dengan sebuah gulungan kertas dan buku yang menumpuk di atas mejanya, pria paruh baya itu membaca sebuah kertas disana. Lyra merasa nafasnya tercekat, ia harus meminta pertimbangan, Lyra tidak ingin mengikuti ayahnya secepat itu. Mencoba untuk meminta kesempatan.

"tapi a-apa aku tidak bisa meminta waktu sedikit lebih lama? Ini permintaan pertamaku ayah" Hakim Liam meletakkan pena bulu angsanya dengan kasar hingga suara dentuman terdengar.

"ini sudah kita lakukan selama bertahun-tahun Lyra, dan tidak ada penambahan waktu, ayah dan ibumu sudah sepakat sejak awal, bahkan sebelum kamu lahir" Lyra yang sempat tersentak hanya bisa menunduk, ia memejamkan matanya, sementara nafasnya masih memburu akibat terkejut dan juga takut.

"sekali saja ayah" Lyra meneguk kasar silvanya "hanya sampai aku melahirkan bayi ini, setelah itu aku akan ikut dengan ayah" lirih Lyra memohon "ayah bilang tidak tetap tidak Lyra! Kenapa kamu jadi pembangkang seperti ini!" Lyra sangat ingin menangis, ia hanya ingin meminta sedikit keringanan pada ayahnya "kumohon hanya kali ini ayah"

"Lyra sedari awal kamu sudah merusak segalanya dengan memilih menikahi pangeran, ayah tidak ingin kamu bertindak lebih jauh lagi sampai kamu lupa dimana posisimu sebenarnya" Lyra merasakan, tenggorokannya begitu kering "berada di dalam kerajaan tidak akan membuatmu lepas dengan hal ini, semuanya tetap sama" tegas ayahnya "maaf" Lyra berusaha menahan rasa panas di matanya, ia tidak mengangkat kepalanya sama sekali untuk menatap ayahnya, ia tidak ingin.

Let Me Fix it [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang