19. Curious

1K 114 35
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Jari-jari tangan Jennie tidak henti menari di atas keyboard laptopnya. Bola matanya pun bergerak-gerak, mengikuti kursor yang berjalan di layar monitor.

Perempuan itu tengah sibuk mengatur persiapan pembukaan kedai miliknya. Memanfaatkan keahliannya, ia membuat desain pemasaran sendiri, membuat brosur, dan mengatur akun media sosial untuk mempromosikan produknya. Kedainya sudah siap untuk ditempati, jadi, ia harus segera mengatur pembukaannya.

Jennie berencana tidak menambah karyawan lebih dulu, jadi, ia benar-benar sibuk mempersiapkannya sendiri.

"Ah, satu sudah selesai.."

Jennie bernapas lega, lantas merenggangkan tubuhnya yang terasa jenuh. Rasanya seperti di kantornya dulu, saat dirinya mengatur keperluan para karyawan. Namun, ini lebih menyenangkan, karena ia melakukannya atas kemauannya sendiri.

Matanya kembali fokus, memperhatikan hasil editannya yang sudah selesai. Namun, saat ini, pintu kamarnya terketuk.

"Yaa.." jawabnya. Itu pasti Appa, atau Eomma.

Ternyata Appa. Pria paruh baya itu mendekati Jennie, memperhatikan sang putri yang begitu fokus menatap layar monitor. Ia pun mengusap bahunya lembut. "Dari tadi di depan laptop? Belum istirahat?"

"Sedikit lagi, Appa.." keluh Jennie, terus memfokuskan pandangannya di layar monitornya.

Appa hanya menghela napas, tidak bisa berkomentar. Ia tahu, putrinya sangat bersemangat menjelang pembukaan kedai yang diimpi-impikannya. 

"Eomma sedang memasak makan malam. Kamu harus ikut bergabung, jangan terlambat. Pekerjaan ini bisa ditunda, sayang.." ucapnya lembut, bagaimanapun, ia tetap mengkhawatirkan kondisi putrinya.

Jennie mengangguk, tanpa menoleh. "Iya, Appa.. aku akan bergabung sebentar lagi. Aku hanya perlu menyiapkan template untuk desain berikutnya, setelah itu, aku akan ke meja makan." Jawabnya.

Appa pun mengangguk, lantas memijit pelan bahu putrinya. "Besok, kamu akan ke sana lagi?"

Jennie mengangguk. "Eoh, ada beberapa barang yang belum di tata. Juga, freezernya baru datang besok. Aku harus menata semua bahan belanjaan, jadi, aku bisa menggunakannya besoknya lagi saat mulai berjualan!"

Appa tersenyum, mengusap rambut sang putri dengan sayang. "Appa bangga sekali."

Mendengar pujian itu, Jennie akhirnya menghentikan pekerjaannya, untuk menoleh pada sang Appa. Ia lantas memeluk cinta pertamanya itu. "Semua mimpiku terwujud karena Appa.." balasnya.

Appa membalas pelukan itu, lantas mencium pucuk kepala sang putri. "Sekarang, lebih baik kita pergi ke meja makan, hum? Hentikan pekerjaanmu sekarang."

Kalah, Jennie pun mengangguk patuh. Ia berjalan beriringan dengan sang Appa menuju meja makan di rumah.

**

𝐈𝐌𝐏𝐄𝐑𝐅𝐄𝐂𝐓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang