Chapter 20

449 28 8
                                    

Waktu dengan cepat berlalu, tanpa terasa sudah dua tahun lamanya, Quella menyandang status sebagai istri dari Xaver. Kehidupan mereka tentu jauh dari kata harmonis. Ego Quella yang selalu saja tinggi, tidak mau menerima akan kehadiran Xaver, dan Xaver sendiri yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Membuat hubungan mereka tidak ada peningkatan dari sejak awal pernikahan.

Quella mengepalkan tangannya, matanya memancarkan api kemarahan saat dia menatap pelayan yang baru saja menjatuhkan piring favoritnya. "Kamu ini memang tidak becus bekerja! Yuren, pecat dia sekarang juga!"

Yuren, yang selalu berada di sisi Quella, hanya bisa menundukkan kepala dan mengangguk lemah. Dia tahu betul bahwa Quella tidak akan memberikan kesempatan kedua kepada siapa pun yang membuatnya marah.

Emosi Quella memang selalu berlebihan, atau lebih buruknya Quella akan mengamuk tidak jelas. Terkadang Yuren merasa kejiwaan nonanya telah terganggu, setelah beberapa hari memang dimana tuan Xaver menjual lukisan yang berharga itu.

Di sudut ruangan, Xaver baru saja pulang bekerja, memasuki ruangan dan menyaksikan adegan tersebut. Dia menghela napas kasar, merasakan beratnya situasi di rumah yang seharusnya menjadi tempat peristirahatan hati. Setiap hari, kegaduhan dan kemarahan Quella seperti tak pernah habis.

Xaver juga terkadang berpikir kejiwaan Quella terganggu. Atau secara kasar Quella menjadi gila, Quella terlalu seringkali marah-marah hanya persolan kecil. Xaver bahkan pernah menyarankan Quella untuk tes kejiwaan, namun dirinya langsung dibentak, dan selama satu bulan penuh Quella tidak mau berbicara padanya.

'Aku tidak gila sialan, kamu yang gila Parvez,' kata-kata Quella membentaknya saat itu terngiang-ngiang di kepalanya.

"Kamu terlalu keras, Quella," ucap Xaver pelan, berharap istrinya itu bisa mengurangi amarahnya.

Namun, Quella hanya melirik tajam ke arah Xaver, "Ini semua karena ketidakbecusan mereka dalam bekerja! Mereka juga selalu saja membuatku marah!!! Lagi pula untuk apa kamu ikut campur?!?!" Quella membentak Xaver dengan kasar, tidak ada perlakuan yang sopan pada orang yang berstatus suaminya itu.

Xaver menutup matanya sejenak, berusaha menahan emosinya. Terdapat Xaver ingi  sekali membalas perkataan itu, namun sayangnya akan terlalu memalukan mereka bertengkar dan ditonton oleh para pekerja.

Mencari kata-kata yang tepat, yang setidaknya tidak akan semakin membuat Quella meledak-ledak. "Tapi, Ella, bukan berarti kita harus terus-menerus hidup dalam kemarahan dan ketegangan seperti ini," jawabnya, suaranya sarat dengan kelelahan, dan menahan emosi yang terus saja berusaha bergejolak.

Berharap Quella mau mendengarkan apa yang dirinya katakan, seperti sebelum-sebelumnya. Bagi Quella Xaver bukanlah siapa-siapa di kehidupannya. Xaver tau sangatlah tau, Quella sama sekali tidak akan mendengarkan ucapannya.

Quella membuang muka, tidak ingin mendengarkan apapun dari Xaver. Dia kembali menatap Yuren, "Pastikan dia dipecat dan jangan sampai aku melihat wajahnya lagi!"

Belum selesai sampai disana, Quella terus marah-marah dan mengomentari semua karyawan yang melakukan pekerjaan dengan tidak sempurna.

Xaver menghela napas sekali lagi, mengetahui bahwa tidak ada yang bisa dia lakukan saat ini. Dengan berat hati, dia meninggalkan ruangan, meninggalkan Quella yang masih terbakar amarahnya. Ini hanya salah satu hari dalam kekacauan yang terus menerus dalam pernikahan mereka, hubungan yang jauh dari kata damai.

Menelusuri jalan menuju kamar utamanya, jika bertanya apa mereka satu kamar tentu saja tidak. Quella menolak dengan mentah-mentah, dan Xaver tidak merasakan sebuah keberatan apapun.

Mereka tinggal di rumah utama Grizelle, lagi-lagi karena itu keinginan tuan putrinya yang selalu saja memberontak. Awalnya Xaver berniat mereka akan tinggal di apartemen pribadinya. Hal itu bertujuan agar Quella dan dirinya bisa lebih dekat, sayangnya itu hanya sebuah rencana saja.

THE MAIN CHARACTER IS ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang