Dalam keheningan ruang kerja yang dipenuhi aroma bunga yang khas, Quella duduk dengan dahi berkerut, menatap Oma dengan tatapan yang membara marah. "Oma, apa maksud dari Xaver akan mengambil alih Queez Hotel?"
Quella mempertanyakan ucapan yang omanya katakan saat makan siang mereka bersama kedua orang tua Xaver. Setelah kedua orang tua Xaver pulang, Quella langsung mengajak omanya untuk menjelaskan semuanya.
Ketegangan terjadi di antara mereka. Quella menatap omanya tajam, tentu hal itu bila terjadi dan benar akan membuatnya tidak terima, bahkan napas Quella sudah memburu menahan gejolak amarahnya.
"Itu tidak mungkinkan. Oma jawab, aku bertanya!!?!!" ucap Quella dengan nada tinggi, hampir menjerit, rasa kecewa dan marah bercampur menjadi satu. Apalagi saat melihat omanya yang santai saja, tidak menganggap serius ucapannya.
Owira dengan tenangnya memandang Quella, dan dengan suara lembut namun tegas berkata, "Xaver bukan seperti yang kamu bayangkan, Quella. Dia memiliki rencana untuk bisa mengembalikan masa jasa hotel ini. Bahkan mungkin Queez Hotel bisa jauh lebih besar dari yang kamu lihat saat ini."
Quella menghela napas dengan berat, matanya terlihat sayu beserta kecewa. "Tapi, Oma...," Quella hampir saja menjerit frustasi.
"Xaver itu penjahat, dia itu yang telah menjebakku dalam pernikahan yang mengerikan ini," mata Quella memerah menandakan kemarahannya yang sudah melambung tinggi.
"Dan lagi apa Oma tidak takut Queez Hotel akan direbut oleh orang licik itu?" suara Quella bergetar, penuh dengan kekhawatiran dan rasa tidak percaya pada apa yang sudah omanya lakukan.
Oma mengambil tangan Quella, memandangnya dengan tatapan yang penuh kasih. "Quella, buka matamu dan lihatlah lebih jauh. Xaver memiliki keahlian yang tidak bisa kamu lakukan. Lagi pula ia tidak seburuk yang kamu pikirkan," ujarnya, mencoba menenangkan cucunya itu.
"Oma....," Quella menatap omanya dengan mata yang tidak percaya. "Bisa-bisanya Oma berkata seperti itu, dan lagi oma tidak mendiskusikan hal ini terlebih dahulu dengan ku. Apa keputusan ku tidak penting?" Quella menahan air matanya yang siap untuk jatuh.
"Setidak berharganya kah aku, Queez Hotel milik ku bukan Parvez sialan itu. Aku tidak akan pernah setuju," Quella masih dengan keras kepala menolak keputusan omannya, yang sangat jelas sepihak.
Menghembuskan napasnya pelan, Owira sama sekali tidak terpancing emosi akan Quella yang sudah emosi tinggi. Ia tetap tenang, dan menjawab pertanyaan Quella. "Cukup Quella, semuanya sudah matang, percayalah pada oma. Hanya dalam waktu satu tahun, Xaver mengelolanya. Setelah itu Queez Hotel kembali padamu," ucap Owira setelah memutuskan.
"Merupakan sebuah keberuntungan besar Xaver dapat mengelola Queez Hotel, dengan kemampuan dan koneksinya membuat Queez Hotel dapat bangkit dengan cepat. Bahkan mungkin saja, nama Queez Hotel dapat melambung lebih tinggi. Lagi pula apa yang bisa kamu rencanakan? Ayo katakan pada oma, akan oma batalkan semuanya, jika kamu berhasil merencanakan sesuatu yang memukau untuk Queez Hotel," Owira melanjutkan kata-katanya, dan itu semua berhasil membuat Quella menjadi bungkam seketika.
"Cih...," decak kesal Quella, ia menundukkan kepala, mencoba mencerna kata-kata Omanya yang begitu menusuk hatinya. Semua perkataan omanya sangatlah masuk akal, tidak ada yang salah.
Hanya saja dalam hatinya, konflik dan keraguan bergolak, mencoba memahami situasi yang tak hanya membingungkan tapi juga menyakitkan. Ketegangan di ruang itu terasa semakin besar, seolah-olah setiap kata yang terucap bisa menentukan nasib hubungan keduanya dan masa depan Queez Hotel.
°°°°°
Dalam kesunyian ruang kerja utama Queez Hotel, Xaver duduk lelah di belakang meja besar yang penuh dengan tumpukan dokumen. Matanya yang sembab menunjukkan kelelahan yang mendalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MAIN CHARACTER IS ME
RomantizmSinopsis Seorang antagonis dalam sebuah cerita atau kehidupan seseorang pasti akan selalu ada. Sama halnya dengan kisah percintaan antara Elvis dan Loretta. Quella menjadi seorang antagonis bercerita itu atau bisa dikatakan selalu menjadi penggangg...