Extra Ch - Honeymoon Disaster 2

761 102 8
                                    

"Maaf kak, untuk hari ini dan besok, sudah full book.."

Rasanya kakiku langsung lemas saat mendengar perkataan resepsionis cantik dihadapanku.

"Ok Mbak... makasih ya..."

Bisa-bisanya!!! Aku booking hotel di tanggal yang salah. Saat ini sedang holiday season, jadi tentu saja hotel sebagus ini sudah full book.

Aku terduduk lunglai di sofa lobby hotel, sementara Narendra disampingku sibuk scroll-scroll aplikasi travel untuk mencari hotel lain yang tersedia.

"Hmm, Rai, kalau mau cari yang setara sama hotel ini, kayaknya susah, pada penuh semua." katanya. "Kalau hotel biasa aja, nggak apa?"

Aku tak sanggup untuk menatap Narendra. Kecerobohanku yang sudah mengakar ini sungguh membuatku merasa tak becus dan malu! Kalau dia tau aku sebodoh ini, pastinya dia tak akan mau memperistriku...

Aku menoleh kearah lain saat setetes air mata bergulir tak tertahankan dari mata kananku. Udah ceroboh, cengeng pula!!

"Rai?"

"Iya, nggak apa-apa kok." jawabku dengan suara tercekat.

"Rai..." Narendra mengenggam tanganku. "Jangan sedih."

Aku masih tak sanggup menatapnya, rasanya aku bisa langsung menangis sesenggukan kalau lebih banyak bicara. Dan aku tak mau membuatnya lebih malu lagi dari sekarang.

"Hmm..."  Narendra bergumam panjang, tangannya erat menggenggam tanganku. "Kalau buat aku, bisa bareng kamu kayak gini aja aku udah bersyukur, nggak perlu hotel mewah, di gubuk sawah aja aku seneng."

Mendengar kata gubuk sawah membuatku refleks tertawa. Aku menoleh kearah Narendra, wajahnya dihiasi senyum lebar.

"Harusnya kamu kesel, soalnya punya istri nggak becus kayak gini."

"Eh, seenaknya ngata-ngatain istriku begitu."

Bibirku refleks tersenyum mendengarnya.

"Nah gitu dong, senyum. Cantiknya jadi nambah berkali-lipat."

Aku menoyor lengannya pelan. "Kebiasaan gombal..."

Ia balas mengelus kepalaku lembut. "Jangan sedih lagi ya? Nanti kita bisa book hotel mewah lagi, kan, kita punya waktu seumur hidup buat bareng."

Mendengarnya, hatiku sungguh tersentuh. Aku bukannya sedih karena tak jadi menginap di hotel ini— aku sedih karena bisa bertindak ceroboh di momen-momen spesial seperti ini.

"Maafin aku ya..."

"Nggak apa, Rai." Naren menyodorkan handphonenya. "Kalau yang ini mau nggak? Kayaknya lumayan."

Aku menatap layar handphonenya dan mengangguk. "Boleh, kali ini kamu aja yang tentuin... aku masih trauma."

Narendra tertawa. "Kenapa trauma segala sayang, santai aja."

"Hmm, pokoknya kamu aja yang tentuin, aku ikut dan nggak akan banyak protes."

"Oke deh, aku book yang ini ya?"

***

Menjelang sore, kami tiba di sebuah hotel sederhana bernuansa tradisional klasik yang terletak tak jauh dari pantai. Aku bisa melihat pemandangan laut dikejauhan dari jendela besar dalam kamar. Hotelnya bagus, asri dan terawat. Hanya saja letaknya jauh sekali dari keramaian.

Sepanjang perjalanan kesini, moodku membaik karena Narendra. Ia terlihat sungguh menikmati saat-saat kami liburan bersama. Jadi aku putuskan untuk tak lagi bersedih dan move on!

He Was My First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang