Chapter 28 - Kejutan

800 100 5
                                    

SEMALAMAN aku tak bisa tidur, tentu saja.

Perasaanku campur aduk.

Kesal, karena Narendra tiba-tiba muncul dihadapanku begitu saja setelah mengabaikanku selama berbulan-bulan.

Lega, karena dia kembali dalam keadaan baik-baik saja.

Kecewa, karena dia tidak menahanku pergi saat tadi aku memesan ojek online untuk pulang.

Aku tersenyum miris. Dasar cewek gila nggak jelas. Dikejar marah mencak-mencak, nggak dikejar malah bertanya-tanya.

Air mataku mengalir lagi.

Aku kangen dia! Benar-benar kangen. Meskipun aku marah dan kecewa akan sikapnya, setengah dari diriku sebenarnya ingin menghambur ke pelukannya.

Tapi semua sudah terlambat. Narendra pasti berpikir aku lebih memilih punya pasangan orang lain dibanding dirinya.

Ting! terdengar suara pesan whatsapp masuk.

Aku menyeka air mata dan meraih handphoneku di nakas.

Aditya Mahesa
Hai Rai, gimana hari ini di rumah sakit?
Ada pasien yang ngeselin kah? 
Tadi di kelas ada mahasiswa ku yang...

Aku menaruh kembali handphone itu dibawah bantal.

Kak Adit memang baik, dia juga datang dari keluarga yang baik. Aku bahkan bisa membayangkan dia jadi suami dan ayah yang baik.

Tapi...

Air mataku menetes lagi.

Aku sayang Narendra. Sejak dulu, hanya pada dia aku merasakan hal ini. Bahkan berpacaran dengan siapapun, aku selalu punya tempat khusus untuknya dihatiku.

Tok tok tok—

Wajah Mama muncul dari balik pintu.

"Rai... udah makan? Besok shift pagi lagi ya?"

Aku menghapus air mataku dan mengangguk. "Udah makan nasi sama ayam..."

Mama masuk dan duduk di samping tempat tidurku.
"Mama salah ya, kasih tau Narendra kamu kerja di RS itu?"

Aku menggeleng, lalu kembali menangis lagi.

Mama membiarkanku menangis sambil mengelus rambutku. Seperti biasa, Mama tahu segalanya tentang aku. Tak ada rahasia diantara kami.

"Tadi waktu Narendra kesini, Mama sama Papa sempat ngobrol sama dia, katanya dia pindah ke Bandung ya... bagus dong ya?"

Aku menyusut ingusku. "Aku... kayaknya aku sama Narendra udah berakhir Ma. Soalnya tadi aku... huhuhuhuhu."

Mama mengangguk pelan. "Ya udah... kalau jodoh nggak bakal kemana. Sekarang kamu puasin nangisnya, lalu istirahat. Kalau udah tenang baru cerita. Ya?"

Aku mengangguk. Setelah Mama keluar, aku mengubur diriku di dalam selimut dan menangis sampai tertidur.

***

Aku menghabiskan sisa minggu dengan lesu.

Nggak. Narendra nggak lagi mendatangiku

Sebagian hatiku merasa menyesal karena menolaknya, tapi sebagian lagi merasa kesal karena dia begitu saja menyerah dan berhenti mengejarku.

Setiap pulang dari rumah sakit mataku selalu awas menanti kedatangannya. Tapi... dia tak lagi muncul.

Aku mendecak. Apa sih mau kamu Raline?? Dasar kamu sinting.

Ting! Ada WA dari Kak Adit.

Aditya Mahesa
Hai Rai, masih kerja?
Btw. minggu ini kosong nggak? Aku mau ajak kamu nonton... ada film seru nih

He Was My First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang