Sore harinya, Jeno dan jaemin sedang duduk lesehan di depan televisi. dengan posisi jaemin yang tiduran paha Jeno.
Jeno menyisir rambut jaemin, sambil tatapannya tetap fokus ke televisi.
" Besok kita balik ya, kamu pasti udah bosan disini. Ga ada hiburan satupun." Ucap Jeno
" Kok gitu, urusan mas sama Abang kan belum selesai." Bantah jaemin
" Kan sudah di bahas kemarin. Jadi, apa yang mau di selesaikan."
" Mas, ga boleh gitu. Mas belum baikan sama Abang. Nana ga suka kalau mas bersikap keras kepala dan egois kaya gini. Mas harus maafin Abang, bagaimanapun kalian hanya tinggal berdua. Apapun keadaannya, kalian harus saling melindungi dan membantu satu sama lain. Apalagi disini Abang itu ga salah, mas ga boleh kaya gitu. Kasian Abang, mas."
" Dan soal chenle, dia itu cuma anak kecil yang ga paham apapun. Jangan benci sama dia mas, yang salah itu bukan dia. Tapi ibunya, dia juga ga bisa milih harus lahir dari orang tua mana. Kasian kalau dia ga di acuhkan dan kurang kasih sayang keluarga. Mas sendiri merasakan sewaktu kecil, gimana rasanya di kucilkan lingkungan dan tidak di acuhkan saudara sendiri. Chenle itu akan tumbuh kurang lebih seperti itu nantinya. Jadi, sebagai saudara kita harus tetap peduli sama mereka mas. Kalau mas kaya gini, mas sama saja seperti keluarga bapak, yang meninggalkan saudaranya hanya karena tidak terima dengan kesalahan yang mereka lakukan."
" Nana ga berniat ngajarin mas. Mas justru jauh lebih tua dan lebih berpengalaman dari Nana. Cuma Nana ga suka liat mas kaya gitu sama saudara sendiri. Hidup tanpa saudara itu ga enak, mas. Nana rasain itu selama ini, mau di ganti dengan uang sebanyak apapun, ga bisa mengganti rasa kesepian yang kita alami. Nana harap, mas paham maksud Nana."
Jeno hanya diam mendengarkan ucapan jaemin. Dia paham maksud jaemin, tapi egonya masih menguasai dirinya. Dia kecewa pada Mark karena Mark tidak pernah bercerita apapun dengan dia. Dia merasa Mark tidak menganggap nya sebagai saudara. Itu yang membuat dia marah kepada sang kakak. Dia tidak berniat menghakimi Mark soal kesalahan yang dia lakukan.
Di tengah lamunannya, terdengar suara ketukan pintu.
" Nana tunggu ya, mas mau buka pintu dulu." Ucap Jeno. Sebelum beranjak, dia menggantikan pahanya dengan bantal, agar jaemin tetap bisa tiduran disana.
Begitu membuka pintu, Jeno melihat seorang wanita paruh baya yang sedang menggendong chenle.
" Maaf nak, Mark nya ada?"
" Abang Mark belum pulang." Balas Jeno
" Saya pikir dia sudah ada dirumah. Biasanya jam segini sudah balik dari kebun. Saya pengasuhnya chenle."
" Abang belum balik bi, saya Jeno adiknya Mark."
" Kamu adiknya yang tinggal di kota ya. kalau begitu, saya titi chenle ya, dia sudah saya mandikan dan sudah saya suapi makan juga."
" Oh, iya. Terima kasih bi."
" Kalau begitu saya pamit."
Wanita paruh baya itu pamit meninggalkan kediaman Jeno. Sementara chenle, sudah melangkah berjalan menuju jaemin yang sedari tadi mencuri perhatiannya.
Jeno hanya diam mengikuti dari belakang sambil menenteng tas yang berisi perlengkapan chenle. Hingga sampai di dekat jaemin, chenle pun naik ke atas tubuh jaemin dan tersenyum.
" Ty." Ucapnya
Tentu saja itu membuat jaemin kaget, karena sedari tadi dia fokus pada televisi.
" Hello anak cantik." Ucap jaemin ramah dan tersenyum pada chenle.

KAMU SEDANG MEMBACA
Protect
Любовные романыperjuangan lee Jeno dalam menjaga amanah dari orang yang berjasa dalam hidupnya. 🚫 misgendering 🚫 Mprag