chapter 12

127 26 1
                                        

Keesokan harinya, setelah keluar dari tempat yang dingin itu, Janu bersiap untuk sekolah seperti biasa. Meski tubuhnya masih lemah dan lelah, ia tetap menyelesaikan rutinitasnya paginya, termasuk menyiapkan sarapan untuk ayahnya. Setelah semua beres, Janu pun berangkat

Di tengah rasa sakit dan dingin yang masih terasa, hati kecil Janu akan tetap menyimpan cinta untuk ayahnya. Bagaimanapun kejamnya perlakuan ayahnya, Janu tak pernah bisa membenci pria itu.

Sekarang ini hanya Adi lah satu-satunya keluarga yang ia miliki, dan satu-satunya sosok yang membuatnya merasa punya tempat pulang. Walaupun rumah itu menjadi rumah yang sangat dingin. Janu berharap suatu hari, ayahnya akan berubah dan bisa menerimanya dengan lebih hangat dan lembut

.

Selama pelajaran berlangsung, pikiran Janu benar-benar melayang. Nama Alden terus terngiang-ngiang dalam benaknya. Teman yang biasanya duduk di sampingnya itu tak kunjung datang

"Apa Alden sakit karena kehujanan semalam?" Janu menggigit bibirnya, merasa bersalah. Andai saja ia bisa mencegah Alden untuk tak ikut bersamanya dalam hujan deras itu "hah Janu kenapa sih,Lo tu bego banget"

Merasa semakin cemas, Janu akhirnya mengeluarkan ponselnya secara diam-diam. Ia mengotak Atik ponselnya mencari sesuatu

Saat sudah menemukan apa yang dia cari,ia langsung mengirim pesan ke orang itu

"Lo kenapa gak sekolah?"
"Lo sakit?"

Pesan itu sudah terkirim, namun tidak segera mendapatkan balasan. Janu hanya bisa menghela napasnya kasar, mencoba kembali fokus pada pelajaran. namun, nihil....

.

Saat istirahat mereka berada di kantin sekolah, Janu tetap merasa gelisah. Ia duduk bersama kelima sahabatnya yang sedang menikmati makan siang mereka. Namun, pandangan Janu terus tertuju pada ponselnya

"Bang, kenapa sih?" tanya Villas yang menyadari kegelisahan Janu

"Gak ada apa-apa kok vill" jawab Janu, berusaha tersenyum

"Jangan bohong, Bang. Lo nunggu balasan dari Alden, kan?" Ratan tersenyum tipis. "Gue liat lo ngechat dia di kelas tadi"

"Alden kenapa, ya?" Shankara ikut penasaran

"Paling si Alden cuma demam. Besok juga mungkin udah masuk lagi" jawab Yogi santai.

Janu hanya bisa menghela napas, mencoba meyakinkan diri kalau Alden baik-baik saja. Tapi entah kenapa, perasaan cemas itu tak kunjung hilang

"Sabar, Ntar juga dia bales," ucap naradipta sambil menepuk pelan pundak Janu.

.

Malam pun tiba, Janu berniat akan melakukan rutinitasnya, yaitu menulis di buku diary miliknya. Setiap hari, Janu akan selalu mencatat kejadian yang ia alami, baik yang menyedihkan maupun yang menyenangkan. Buku itu adalah tempat ia menumpahkan segalanya, harapan, keinginan, dan mimpi yang belum pernah ia sampaikan kepada siapapun

Selesai menulis, Janu membuka ponselnya lagi. Namun, pesannya tadi masih centang dua berwarna abu-abu, menandakan pesannya belum di baca. Janu semakin khawatir kenapa Alden tak membalas pesannya. Janu merasa semakin gelisah

.

Beberapa hari berlalu, namun Alden masih tak juga datang ke sekolah. Kekhawatiran Janu dan teman-temannya makin memuncak

"Kemana sih anak itu? Gue gak bisa tenang kalau dia belum kelihatan juga," ucap Janu, menggerutu pada teman-temannya

"Yaudah, pulang sekolah nanti kita jenguk Alden" usul naradipta, yang langsung disetujui oleh yang lainnya

Sepulang sekolah, keenam sahabat itu pergi bersama menuju rumah Alden. Sesampainya di sana, Janu langsung menekan bel pintu

Pintu seketika terbuka, memperlihatkan sosok Nina, ibu Alden. “Kalian pasti mau jenguk Alden, kan?”

“Iya, Tante. Kami semua mau lihat Alden,” jawab Janu dengan sopan

Nina tersenyum dan mempersilakan mereka masuk. “Langsung saja ke kamarnya, ya. Dia udah nungguin kalian. Tante akan siapkan cemilan buat kalian"

"Terima kasih, Tante" ucap mereka serentak. Janu melihat teman-temannya naik lebih dulu, tapi ia sendiri memilih membantu Nina di dapur

"Tante, sini Janu bantuin" ucapnya sopan

Nina tersenyum melihat sikap sopan Janu. "Emangnya Janu gak mau ketemu Alden dulu?"

“Nanti saja, Tante. Janu bantu bawa cemilannya, ya,” jawabnya.

.

Di kamar Alden, suasana mulai ramai dengan canda tawa. Meski masih terbaring di tempat tidur, Alden tersenyum senang melihat kedatangan teman-temannya

Villas berlari memeluk Alden. "Alden! Kita kangen banget sama lo. Lo sakit apa sih?"

Alden tertawa kecil sambil mengusap kepala Villas. “Gue gak apa-apa kok, cuma demam dikit aja"

“Oh iya, Nunu mana?” Alden celingak-celinguk mencari sosok yang paling ia tunggu-tunggu

“Janu gak ikut. Dia bilang gak mau ketemu lo lagi” jawab Yogi, mencoba mengerjai Alden

Mendengar itu, senyum Alden memudar seketika “Serius? Kenapa?”

“Karena lo gak bales pesannya” ujar Shankara sambil tertawa

Alden membulatkan matanya saat mendengar suara yang sangat familiar di telinganya dari arah pintu "Lo kenapa gak bales pesen gue bangsat?!”

Alden tersenyum lebar melihat Janu berdiri di sana, membawa minuman dan cemilan. Tanpa sadar, ia langsung bangkit dari tempat tidur dan bergegas mendekati Janu

"Nunu! Gue seneng banget lo dateng!" Alden tampak sangat gembira

Janu meletakkan cemilan di meja dan menatap Alden dengan tatapan penuh perhatian. “Makanya, lain kali jangan sok-sokan. Kalau gak kuat dingin bilang aja,tau gini Lo gak gue bolehin kehujanan” tegurnya dengan nada khawatir

“Hehe, iya, sorry” Alden nyengir, merasa sedikit malu

"Tunggu di jenguk sama ayangnya aja, langsung sembuh ni anak" celetuk shankara

"Iyalah,Janu kan penyemangat gue. Ya gak nu?

"Lo pikir aja sendiri males gue"

Perkataan Janu berhasil mengundang gelak tawa mereka semua

Setelah semua cemilan dibagikan, keenam sahabat itu menghabiskan waktu dengan tawa dan canda .... Lagi.Suasana kamar Alden yang tadinya suram kini penuh dengan kehangatan

Dari luar, Nina memperhatikan mereka dengan perasaan haru. Melihat anaknya bahagia bersama teman-temannya membuat hatinya sedikit lega, meski rasa khawatir tetap ada

"Maafkan ibu, Alden. Ibu takut" ucapnya lirih sambil menghapus cairan bening yang menetes membasahi pipinya

Tbc

Thanks yang udah baca ceritanya 🥰🥰
Maaf kalo ada typo
Jangan lupa vote...

Wings of dreams Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang