chapter 13

134 25 1
                                        

Malam pun tiba. Para sahabat Janu telah kembali ke rumah mereka masing-masing, kecuali Janu yang masih betah berada di rumah Alden. Setelah makan malam bersama orang tua Alden, Janu membantu Bibi Darmi, pembantu di rumah Alden membersihkan meja makan yang sedikit berantakan

“Duh, Nak Janu, gak usah repot-repot bantuin Bibi. Bibi bisa sendiri kok. Mending Nak Janu temenin Nak Alden aja ya di kamar” ucap Bibi Darmi lembut

“Gak repot kok, Bik. Di rumah juga Janu sering bantuin bokap bersih-bersih” jawab Janu dengan senyum

Memang benar Janu membantu di rumah, tapi tidak membantu ayahnya, malahan membersihkan semua pekarangan rumah dari luar sampai dalam itu semua Janu yang melakukannya. Sedangkan ayahnya hanya duduk manis di sofa sambil merokok, minum minuman keras,dan berselingkuh lagi. Hanya itu kesibukan ayahnya. Tidak ada keinginan inisiatif untuk membantu Janu sedikit pun

“Wah, Nak Janu baik banget, ya. Udah ganteng, manis, putih, tinggi, suka bantuin orang tua lagi. Pasti orang yang bisa dapetin Nak Janu beruntung banget” goda Bibi Darmi sambil tersenyum

Janu hanya tersenyum malu mendengar pujian Bibi Darmi "bibi bisa aja"

“Janu belum pulang?” suara Hersa terdengar dari arah tangga. Ia menuruni anak tangga sambil membawa nampan makanan yang sepertinya belum tersentuh

“Bentar lagi, Bang. Habis ini juga Janu pulang” jawab Janu sambil melirik nampan di tangan Hersa “Kenapa makanannya dibawa turun lagi?”

“Alden gak mau makan. Udah Abang paksa, tetap gak mau makan” jawab Hersa dengan wajah sedikit kecewa

“Biar Janu yang coba, Bang. Siapa tahu dia mau kalau Janu yang paksa” ucap Janu sambil mengambil alih nampan makanan dari tangan Hersa dan mulai menaiki anak tangga menuju kamar Alden

“Semoga saja, ya. Belakangan ini nak Alden susah sekali makan” gumam Bibi Darmi sambil melihat kepergian Janu.

Tak disangka, Bibi Darmi kemudian menyenggol lengan Hersa sambil berbisik, “Nak Hersa suka ya sama Nak Janu?”

Deg!..

Hersa tertegun sejenak, lalu tersenyum tipis. “Gak tau, Bik...” gumamnya sebelum berjalan meninggalkan Bibi Darmi

.

Di kamar, Janu berusaha keras membujuk Alden untuk makan, namun sahabatnya itu tetap bersikeras menolak

“Ayo makan, Al. Biar lo cepat sembuh” bujuk Janu yang masih sabar

“Gak mau. Lo aja yang makan, Nu. Gue gak nafsu” balas Alden dengan wajah lemas

“Walaupun gak nafsu, tetap harus dipaksa makan, dong. Yuk, buka mulutnya, pesawat datang aaaaaa~” ucap Janu sambil menirukan suara pesawat terbang dan menyuapi Alden. Namun, Alden malah menutup mulut rapat-rapat

Kesal dengan sikap sahabatnya, Janu akhirnya mencubit lengan Alden, membuatnya berteriak kaget. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Janu, dengan secepat kilat ia langsung menyuapkan sesendok nasi ke mulut Alden

“Nah, gitu dong. Ayo dikunyah” ujar Janu sambil tersenyum puas

Alden melirik Janu dengan tatapan protes “Gue gak mau makan, Nu” keluhnya

“Kalau lo buang makanan di mulut lo itu, gue gak akan ngomong sama lo selama sebulan penuh” ancam Janu dengan nada serius

Alden terdiam. Ancaman Janu berhasil membuatnya menyerah. Dengan terpaksa, ia mulai mengunyah meski hatinya masih tidak nafsu makan. Namun, ia tahu betul bahwa kehilangan perhatian dari Janu adalah hal yang tak ingin ia alami. Bagi Alden, Janu adalah sosok penyemangat hidupnya

Janu tersenyum senang melihat Alden akhirnya makan “Nah, pesawat datang lagi. Aaaaa~,” ujarnya sambil menyuapkan nasi berikutnya

Alden mengunyah pelan sambil memandangi wajah Janu. Tanpa disadari, tangan Alden terangkat dan menyentuh pipi Janu yang sedikit berisi. Gerakan spontan itu membuat Janu terkejut seketika

Janu membulatkan matanya, menatap Alden yang masih menempelkan tangannya di pipinya. Detak jantungnya mendadak tak beraturan. “A-Al? K-Kenapa?” tanyanya dengan gugup

“Hm?” Alden tersenyum tipis “Gak ada, kok... Pipi lo lembut” jawabnya pelan sambil terus menatap Janu

Deg! Hati Janu semakin tak karuan. Rasanya jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya. ‘Kenapa gue jadi deg-degan gini kalau Alden nyentuh pipi gue?’ batin Janu, bingung dengan perasaannya sendiri 'apa gue suka sama Alden?' batinnya lagi

Tiba-tiba, suara langkah dari luar kamar terdengar keras 

"ALDEN!!..."


Tbc

Thanks yang udah baca ceritanya sampai sini, jangan lupa vote...

Wings of dreams Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang