Di lapangan yang luas, Brayen melakukan hobinya seperti biasa yaitu bermain bola bersama teman temannya
Awalnya dia sangat fokus bermain, tapi seketika dia tidak bisa kembali fokus pada permainannya
Karena dari kejauhan Brayen melihat Janu bersama keenam sahabatnya berjalan di sekitar lapangan
Menyadari Brayen sedang berlari sambil memandangi Janu membuat lawannya memiliki kesempatan untuk mengambil bola darinya, tapi saat mengambil bola tak sengaja lawannya menendang kaki Brayen yang terdapat luka tadi pagi
Bruk!!...
Brayen terjatuh sambil meringis memegang erat luka di kakinya
Membuat semua orang di sana khawatir "januu!!"Teman temannya mencoba membantunya tapi Brayen memberontak tak mau dibantu oleh mereka
Sampai akhirnya ketujuh remaja itu datang dan Janu langsung melingkarkan tangan Brayen di pundaknya lalu membawanya ke pinggir lapangan
di bawah pohon yang rindang,Janu kembali membuka perban di kaki Brayen yang sempat dia obati tadi pagi
Dia mengambil tisu dari kantongnya untuk membersihkan sisa darah yang keluar
"Shh aw, eh pelan pelan dong sakit nih""Tahan dikit kek,lebay banget Lo jadi cowok"ketus Janu "siapa suruh main bola.... Awas ya kalau main bola lagi" lanjutnya lagi
Merasa tak suka melihat Janu perhatian dengan Brayen, Alden mengambil tisu dari tangan putih Janu dan menggantikannya mengobati kakak kelas mereka "sini biar gue aja"
Alden sedikit membungkukkan badannya, berniat meraih kaki kakak kelasnya itu
Tapi, belum sempat menyentuh luka Brayen, sepasang tangan mendorong pundaknya kesamping
"Biar gue aja" pinta orang ituKarena dorongan yang lumayan kuat membuat Alden terjatuh menimpa Janu yang ada di sampingnya
Kelima sahabat mereka hanya mengulum senyum melihat adegan itu
Alden yang sedari tadi terpaku memandangi wajah cantik Janu di bawahnya membuat wajahnya memerah seperti tomat
"Al.... Wajah Lo kenapa?"
Tak lama mendengar itu dia tersadar dari lamunannya "eh,Jan.. Janu sorry"
"Jangan dorong bisa gak"lanjutnya sambil berdiri menatap orang yang mendorongnya tadi"Ya sorry... Sengaja"ucap seorang siswi berparas cantik dan berkulit putih yang diketahui bernama
Luna, tersenyum memandangi Alden dan Janu secara bergantian"Ngapain liat liat?" Tanya Alden yang masih terlihat kesal dengan Luna
"Gak ada kalian lucu aja,sini tisunya... Biar gue aja yang obati pangeran gue" Luna mengangkat tangan meminta tisu yang ada pada Alden
"Baguslah nih... Lo rawat pangeran Lo itu, sekalian kandangin biar gak kabur" Alden memberikan tisunya
Tak mau berlama-lama di sana, Alden merangkul pundak Janu dan mengajak sahabat sahabatnya pergi dari sana
Melihat kepergian Janu dan teman temannya, membuat Brayen kesal dan menatap tajam ke arah Luna
"Jangan sinis gitu dong, sini lukanya aku bersihin"
Brayen memberontak tak mau diobati dengan Luna tapi, Luna tidak peduli dia terus membersihkan luka itu walau tak sehalus yang dilakukan Janu
Akibatnya, cairan merah terus mengalir membasahi kakinya
"Aw sh, eh Lo sebenarnya bisa atau gak sih"
"Eh iya maaf"
"Bersihin lukanya pelan pelan aja"Mendengar suara yang tak asing ditelinga nya membuat ujung bibirnya tertarik membentuk senyuman "Janu"panggilnya dengan mata berbinar memandangi sosok Janu di hadapannya
"Lo kesini mau obatin kaki gue kan?""Jangan GeEr,gue kesini cuma mau ngasih perban sama beberapa obat doang... Nih"Janu memberikannya pada Luna lalu pergi meninggalkan mereka berdua
"Makasih yaa!!"teriak Luna pada Janu "sini kakinya"lanjutnya
"Gak udah makasih" dengan wajah datar Brayen beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan LunaLuna kembali berteriak memanggil namanya tapi Brayen tak menghiraukan panggilan itu dan terus berjalan
'gue gak bakal nyerah,Gue bakal terus ngejar Lo Bray' batin Luna
.
"Kejar dia... Cepat!!"
"Woi Janu jangan lari Lo"
"Woi"Tbc
Thanks ya yang udah baca ceritanya🥰🥰
Tunggu chapter selanjutnya
Jangan lupa vote

KAMU SEDANG MEMBACA
Wings of dreams
Fiksi RemajaJanu Pradipta, seorang remaja dengan senyum manis yang mampu menyinari dunia sekitarnya, menyimpan rahasia besar di balik wajah cerianya. Ia selalu menjadi tempat berlindung bagi orang-orang yang ia sayangi, meski itu berarti mengabaikan kebahagiaan...