BAB XIII
Kembali MendekatSetelah beberapa hari menjaga jarak dan juga menahan diri untuk tidak mendekat. Kini Hazika bertekad untuk kembali berjuang. Pagi-pagi sekali, selepas sholat subuh, dia sudah memasak untuk sarapan dirinya dan Dewa. Hazika juga berniat membawa bekal, karena itu dia memasak lebih banyak.
“Masyaallah, pagi-pagi wes siap sarapannya,” Dewa tersenyum senang melihat sayur dan lauk yang tersaji rapi di meja makan.
“Sarapan, Mas,” jawab Hazika sambil tersenyum manis.
“Arep neng ndi?” tanya Dewa ketika melihat Hazika terburu-buru.
“Mau ganti baju,” jawab Hazika. Dia masih mengenakan pakaian rumahan, karena itu dia berganti pakaian sebelum berangkat sekolah.
“Yowes ... Bareng Mas nggak?” tawar Dewa.
“Enggak, Mas. Hazika mau berangkat sendiri.”
Dewa hanya mengangguk dan mulai menyendok sarapannya. Baru suapan pertama, rasanya dia ingin menambah lagi, tapi mengingat porsinya sudah lebih dari cukup, dia menahan diri.
Karena dalam Islam, Allah tidak menyukai sesuai yang berlebihan. Makan dalam porsi banyak juga tidak baik untuk kesehatan. Dampaknya bisa membuat obesitas, meningkatkan resiko kanker, juga mengganggu sistem pencernaan.
Bukan hanya itu, makan berlebihan juga membuat badan tidak nyaman untuk beraktivitas. Dampaknya bisa menganggu pekerjaan dan juga membuat lalai dalam ibadah.
“Kok udah mau habis aja?” Hazika terkejut melihat piring Dewa yang hampir kosong saat dia baru kembali dengan seragam sekolahnya.
“Kamu lama,” ledek Dewa yang sudah selesai lebih dulu. “Kamu mau berangkat sendiri, kan?”
“Iya, Mas. Mas Dewa berangkat duluan aja nggak apa-apa. Nanti rumah Hazika yang kunci.”
“Yowes, sekalian nitip piring kotor, ya.”
Hazika mengangguk pasrah. Dia hanya menyalami Dewa tanpa mengantarnya hingga ke depan rumah. “Berangkat hati-hati, Ka, esok-esok ngene dalanan rame.”
“Nggeh, Mas.”
“Mas pergi dulu. Assalamualaikum!”
“Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.”
Setelah Dewa pergi, Hazika duduk untuk sarapan. Dia hanya mengambil sedikit nasi, yang penting perut terisi sebelum beraktivitas.
Setelah sarapan, Hazika langsung mencuci piring-piring kotor. Sebelum berangkat, dia mengecek tas sekolahnya. "Bekalnya lupa dimasukkan,” gumamnya.
Dengan cepat, Hazika mengambil dua kotak bekal yang sudah disiapkannya tadi pagi, lalu bergegas berangkat sekolah.
Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ
“Nggak ke kantin?” tanya Arkan.
“Males,” jawab Pradipta singkat.
“Titip makanan nggak?” tawar Arkan.
“Enggak, makasih.”
“Ya sudah.” Arkan memutuskan untuk pergi ke kantin sendirian.
Namun, baru saja keluar dari kelas, Hazika tiba-tiba menghadangnya. “Eh, ngapain lo di sini?” tanya Arkan heran.
“Kak Pradip ada nggak?” tanya Hazika, menengok ke dalam kelas, tapi di halangi oleh Arkan.
“Ngapain nyariin Pradip?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Embun Hazika
Teen FictionEmbun Hazika siswa yang baru pindah. Setelah seminggu masuk sekolah baru, di jatuh cinta pada pandangan pertama. Sayangnya, laki-laki itu terkenal sulit didekati dan seolah tak pernah melihat Hazika, apalagi menatapnya. Namun, Hazika bukan tipe yan...