Ujian Akhir Semester

17 12 0
                                    

BAB 17
Ujian Akhir Semester

Tidak terasa ujian akhir semester ganjil telah dimulai. Hari-hari Hazika kini hanya dipenuhi dengan belajar, belajar, dan belajar. Sepulang sekolah, Hazika langsung merebahkan diri di atas kasur kesayangannya.

"Baru hari pertama ... Masih seminggu lagi," gumam Hazika sambil menatap langit-langit kamar.

Seragam putih abu-abu yang masih melekat di tubuhnya. "Ya Allah, Hazika mager banget. Mau langsung tidur aja," lirihnya sambil menguap.

Namun, baru saja ingin memejamkan mata, Hazika merasa gerah dan tidak nyaman. Karena sudah tidak tahan, Hazika bangkit dan segera mengganti pakaiannya dengan kaos yang lebih nyaman. "Nah! Kalo gini kan enak. Nyaman buat tidur siang."

Setelah berganti baju, Hazika teringat jika dia belum menunaikan sholat Dzuhur. Tadi Hazika merasa sangat malas untuk mampir ke mushola sepulang sekolah, karena itu dia memutuskan menundanya sampai di rumah.

Tidak mau menunda-nunda sholat lebih lama, Hazika segera mengambil wudhu dan menunaikan sholat. Setelah itu, barulah Hazika bisa tidur siang dengan lebih tenang.

Jendela kamarnya juga sengaja dia buka lebar-lebar agar angin sejuk masuk, menambah kenyamanan tidurnya.

Ƹ̵̡⁠Ӝ̵̨̄⁠Ʒ

Di tempat lain, Pradipta baru saja bangun dari tidur siangnya. Selepas sholat Dzuhur tadi, dia merasa mengantuk, jadi dia memutuskan untuk tidur terlebih dahulu sebelum pulang. Melihat jam sudah menunjukkan pukul dua, Pradipta segera membangunkan Arkan yang juga ikut tertidur.

"Ar!" panggil Pradipta sambil menggoyangkan kaki Arkan.

"Arkan!" panggilnya lagi, berusaha membangunkan temannya yang masih tenggelam dalam mimpinya.

Karena Arkan sulit di bangunkan, Pradipta terpaksa membangunkan Arkan dengan menutup hidungnya. Dalam hitungan kelima, Arkan langsung terbangun dengan napas terengah-engah.

"Maaf, ya. Ayo, kita pulang. Udah sore," ujar Pradipta sambil tersenyum.

Arkan mengangguk, meski masih terlihat linglung karena baru terbangun. "Asar masih agak lama, kan?"

"Iya, tapi mending kita pulang dulu."

Keduanya segera bergegas pulang. Saat tiba di rumah, Pradipta disambut oleh ummanya yang sudah menunggu di teras rumah.

"Aa' dari mana aja? Kenapa baru pulang? Bukannya sekarang lagi UAS?" tanya Maryam dengan nada khawatir.

"Maaf, Umma. Tadi Aa ketiduran habis salat Dzuhur, makanya baru pulang sekarang," jawab Pradipta dengan sopan.

Maryam menghela napas lega. "Ya sudah, Aa' makan dulu, ya. Belum makan, kan?"

"Nanti aja, Umma. Malam aja."

"Lho, kenapa harus nanti malam?" tanya Maryam. "Aa' pasti udah laperkan? Tadi aja Aa nggak ikutan sarapan."

"Aa' puasa, Umma."

Maryam tertegun, lalu mengusap kepala putranya dengan penuh kasih sayang. "Astaghfirullah. Maaf, Aa'. Umma lupa kalau Aa' lagi puasa."

Pradipta hanya tersenyum. "Nggak apa-apa, Umma."

Sesuai saran ummanya, Pradipta berganti baju terlebih dahulu. Setelah itu, dia kembali merebahkan diri di atas kasurnya. Namun, bukannya tidur, pikirannya justru melayang pada jawaban-jawaban ujian yang telah dia kerjakan tadi.

"Kayaknya tadi ada yang salah," gumam Pradipta. "Ah, biarlah. Yang penting sudah berusaha semaksimal mungkin. Untuk hasilnya, serahkan saja pada Allah."

Tidak ingin bermalas-malasan, Pradipta memutuskan untuk bangun lagi dan mulai mempersiapkan diri untuk ujian esok hari. Dia membaca materi sebentar, kemudian mencari soal-soal latihan yang belum sempat dia kerjakan.

Hingga adzan Ashar berkumandang, Pradipta baru berhenti belajar. Dia segera mengambil wudhu dan bersiap pergi ke masjid.

"Umma?" panggilnya, mencari sang umma ke seluruh penjuru rumah. Karena tidak ketemu juga, Pradipta akhirnya menulis pesan di secarik kertas yang ditempelkan dengan magnet di pintu kulkas. Setelah itu, dia segera berangkat ke masjid agar tidak ketinggalan sholat berjamaah

Setelah sholat, Pradipta tidak langsung pulang. Dia memilih berkumpul sejenak bersama remaja masjid. Remaja masjid di masjid Ghoniyy dekat rumah Pradipta bernama REJI. Walau bukan anggota REJI, Pradipta cukup dekat dengan mereka. Bahkan dia sering ikut serta dalam setiap kegiatan yang di adakan REJI.

"Sibuk banget kamu sekarang, Dip," sapa Rehan~salah seorang temannya yang aktif di REJI.

Pradipta tersenyum. "Kemarin Guru minta bantuan buat latih adik-adik kelas."

"Lomba futsal minggu depan, ya?" tebak Rifki.

"Iya," jawab Pradipta.

"Bukannya lagi ujian ya? Apa nggak ganggu sekolah, tuh?" tanya Rehan.

"Insyaallah enggak. Yang penting kita bisa atur waktu dan memilih mana yang harus prioritaskan."

Awalnya Pradipta merasa sulit saat dulu menjabat sebagai ketua OSIS. Tapi karena hal itu juga, Pradipta jadi lebih bisa mengatur manajemen waktunya. Dan sejak itu, dia mulai membuat jadwal kecil kegiatan selama seminggu atau sampai sebulan ke depan.

"Setuju gue sama pendapat Pradip. Sesibuk apapun kita, asal kita bisa mengatur prioritas dengan baik, insyaallah semuanya bisa kita jalani. Yang terpenting apapun itu, niatkan karena mencari ridho-Nya," sahut Rifki.

Pradipta hanya tersenyum sambil mengangguk, merasa bahwa di tengah kesibukannya, selalu ada cara untuk menyeimbangkan semua hal.

Mereka pun lanjut mengobrol membahas agenda terdekat yang akan di adakan oleh REJI.

"Mulai kapan acara REJI?" tanya Pradipta.

"Masih nunggu izin dari takmir," jawab Rehan. "Doain aja, biar pak takmir cepet acc, soalnya kalo sampai molor bisa batal."

"Ya jangan ngomong gitu kek!" ucap Rifki. "Udah positif thinking aja. Insyaallah, Allah kasih jalan terbaik buat acara kita," tambahnya.

"Semoga segala urusannya di lancarkan," doa Pradipta.

Mereka semua segera mengaminkan dengan kompak.

"Besok ikut kan, Dip?" tanya Rifki.

"Sepertinya enggak bisa, Rif. Barengan acara sekolah," jawab Pradipta.

"Nggak seru ntar kalo kamu nggak ikut Dip," kata Rehan.

"Maaf."

Rifki langsung merangkul Rehan. "Sans Bro! Walaupun nggak ada Pradip. Gue yakin, nih anak ntar kalau emang bisa. Pasti juga dateng kok. Doain aja, acara sekolahnya dia lancar, biar ntar bisa lanjut kegiatan disini."

Rehan mengangguk setuju.

"Emang gue robot, Rif?" tanya Pradipta. "Gini-gini juga manusia. Butuh istirahat."

Rifki malah tertawa mendengar ucapan Pradipta. "Lo dateng aja anak REJI semangat, Dip. Nggak usah ngapa-ngapain. Dateng aja, pasang muka."

Embun Hazika Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang