Mencari Tahu

29 18 0
                                    

BAB VIII
Mencari Tahu

Hazika tiba di rumah bersamaan dengan suara azan Maghrib yang terdengar merdu. Lampu depan rumah sudah menyala, pertanda kakaknya sudah pulang. Namun, Hazika tidak melihat motor kakaknya di tempat biasa.

“Masa ke masjid naik motor?” pikirnya heran. Karena langit sudah gelap, dia memutuskan segera masuk ke dalam rumah.

Pertama-tama, Hazika menuju kamar. Dia ingin mandi terlebih dulu. Sekitar lima belas menit berselang, dia pun selesai dan lanjut menunaikan ibadah sholat Maghrib.

Setelah sholat, Hazika keluar dari kamarnya dan langsung terkejut mendapati Dewa sudah pulang dan berdiri sambil bersandar di depan pintu dengan wajah datar, ekspresi yang selalu membuat Hazika merasa canggung karena terkesan menakutkan. "Astaghfirullah! Mas! Kenapa di depan pintu? Bikin kaget!"

"Kenapa baru pulang? Ada acara apa di sekolah? Kenapa tadi pagi nggak izin dulu?" tanya Dewa bertubi-tubi.

Hazika terdiam, tak menyangka akan dihadapkan dengan begitu banyak pertanyaan.

“Satu-satu dong, Mas!” balasnya kesal.

“Kenapa baru pulang?” ulang Dewa dengan nada tenang namun tetap tegas.

“Tadi mampir ke lapangan sekolah dulu,” jawab Hazika pelan sambil menunduk.

“Ada acara apa?”

“Anak futsal lagi latihan. Mau tanding antar sekolah.”

“Kamu ikut futsal?” tanya Dewa heran. Hazika, yang memang tidak mengikuti ekstrakurikuler futsal, menggeleng pelan. “Mboten Mas.”

“Terus?”

“Mau lihat Pradipta main futsal,” jawabnya jujur.

Dewa hanya bisa menghela napas mendengar alasan adiknya yang ingin menonton laki-laki yang disukainya. “Mas tanya, apa dia peduli kamu nonton atau enggak?”

Hazika menggeleng polos.

Dewa mendesah pelan. “Udah sholat? Jangan sampai bilang belum.”

Sampun, Mas.”

“Sekarang makan, terus belajar,” titah Dewa.

Njih, Mas.”

Setelah itu, Dewa masuk ke kamarnya, barulah Hazika bisa bernapas lega. Sejak tadi, rasanya  sulit hanya untuk bernapas di hadapan kakaknya. Meski Dewa tidak marah, Hazika tahu kakaknya sedang menahan emosinya.

Tak ingin membuat Dewa semakin kesal, Hazika segera makan malam dan lanjut belajar. Sebelumnya, dia sempat melihat ke teras rumah dan mendapati motor kakaknya sudah terparkir.

“Berarti tadi sempat ke masjid,” gumamnya.

Karena merasa lapar, Hazika segera menyantap makan malam. Menu hari ini adalah telur balado buatan kakaknya. “Not bad, daripada omelet lagi,” gumamnya sambil tersenyum.

Ƹ̵̡⁠Ӝ̵̨̄⁠Ʒ

Di tempat lain, Pradipta baru saja keluar dari masjid. Dia mampir ke masjid terdekat di perjalanan pulang agar tidak terlewat waktu sholat Maghrib.

“Langsung pulang, Dip?” tanya Arkan, yang ikut sholat di masjid yang sama.

“Mau ke mana lagi? Besok kan sekolah,” jawab Pradipta.

“Gue mau beli makan.”

“Tante nggak masak?” tanya Pradipta.

“Nggak,” jawab Arkan. “Baru chat tadi, minta beliin ayam geprek buat lauk.”

Embun Hazika Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang