Vano terbangun dengan tubuh yang terasa sangat remuk, ia melihat sekeliling dan menyadari jika ruangan itu tidak asing.
"Gue di kamar??" Ucap vano namun ia langsung terdiam sangat mengingat siapa yang mengantarkannya ke kamar. Cakra abang pertamanya, tapi kenapa ia kira semua orang di kediaman ini membencinya namun vano tida ingin memikirkan itu untuk sekarang ini.
Semalam saat di siksa oleh mahendra vano hanya pura-pura pingsan karena ia tidak ingin lama-lama di siksa, bisa jelek nanti tubuhnya karena banyak luka dan memar.
"Akh sthh sakit banget bangsat sstt" Ringis vano saat merasakan tubuhnya sangat sakit.
Dengan langkah tertatih vano memaksakan tubuhnya untuk berdiri menuju kamar mandinya.
Setelah masuk ke dalam kamar mandi vano langsung membuka pakaian nya dan berdiri di depan cermin. Vano melihat banyaknya luka cambuk yang membiru bahkan ada yang menyebabkan daging vano terbuka.
Vano meringis melihat keadaan tubuhnya "anjing tubuh gue yang mulus sekarang jadi banyak luka" Kesal vano memandang tubuhnya yang penuh dengan luka dan memar.
"Mahendra liat aja lo gue pastiin lo bakalan memohon maaf dari gue" Ucap vano memandang cermin di hadapannya.
"Gue tau lo di sana pasti gak setuju kan devano, tapi ini gue devardi yang gak akan memaafkan seseorang dengan mudah karena gue bukan lo" Ucap vano dengan tekat sambil memandang lekat wajah vano yang ada di cermin
Vano langsung melanjutkan mandinya yang tertunda.
Setelah mandi vano keluar dengan tampang dinginnya tidak ada lagi wajah ceria yang terpasang di wajah nya hanya ada ekspresi datar dan aura dingin yang memancar dari matanya yang hitam kelam.
"Tidak ada gunanya gue pura-pura lemah di sini, bahkan saat gue hampir mati di pukuli oleh ayah vano tidak ada yang membela. Sekarang devano benar-benar sudah mati yang ada sekarang hanya devardi, kalian akan menyesal" Ucap vano memancarkan kilat kemarahan di mata nya, lengan nya terkepal kuat, rahangnya mengeras sehingga urat-urat dilehernya menyembul keluar.
"Dan untuk lo anak pungut sialan, mulai sekarang gue akan buat lo merasakan lebih baik mati daripada bertemu dengan gue" Ambisi vano.
Vano turun dari kamarnya menuju dapur, dia harus makan agar bertenaga supaya bisa melawan keluarga bangsat ini.
Clara yang melihat vano ke dapur langsung mengikuti nya dari belakang.
Vano berniat mengambil makanan namun sebuah suara menghentikan nya dari niatnya
"Wah wah apa tubuh lo udah sembuh vano?? Atau semakin terasa sakit?? Hm" Tanya Clara dengan lengan yang terlipat di atas dadanya. Clara mendongak menatap vano angkuh.
Vano hanya diam mengabaikan keberadaan Clara yang membuat anak itu kesal.
Clara melangkah mendekati vano, lengannya terangkat untuk membalik tubuh vano yang membelakangi nya namun sebelum itu terjadi seseorang sudah memelintir lengannya hingga ia berlutut di lantai.
"Akh anjing lepas" Ringis Clara saat vano memelintir lengannya.
"Sentuh gue mati " Suara dingin vano mampu membuat clara tanpa sadar gemetar ketakutan.
'Sial kenapa vano jadi menyeramkan seperti ini' batin clara takut namun ia sebisa mungkin mengendalikan dirinya agar tidak terlihat oleh vano, namun vano/devardi adalah orang yang sangat cermat, ia bisa tau jika saat ini clara takut dengannya. Vano yang melihatnya langsung menyeringai puas.
"Lo jalang kecil, jangan lo pikir gue tidak tau apa-apa tentang kejahatan lo. jika gue mau lo bisa gue buat menderita sekarang juga dan berpikir lebih baik mati daripada hidup clara" Suara dingin vano berucap di samping telinga clara dengan membisikkan kalimat terakhirnya.
Clara yang mendengarnya langsung tertegun ia mengepalkan lengannya kuat dan berteriak marah kearah vano.
"Tau apa lo tentang gue ha!! Jangan ikut campur urusan gue" Teriak marah Clara dengan meronta-ronta agar terlepas dari genggaman vano.
Mahendra,cakra,dalvin dan davin berlari menuju dapur saat mendengar teriakan Clara, saat mereka tiba di dapur mereka langsung terdiam saat melihat vano memelintir lengan clara dengan clara yang terduduk di lantai.
Davin menuju kearah vano dengan wajah marahnya, saat tiba di hadapan vano Davin langsung menarik kerah baju vano dan melayangkan lengannya hendak membogem vano.
Vano yang melihat kepalan tangan yang mengarah kepadanya langsung mengelak dan berganti memukuli Davin dengan membabi buta.
Bughh...
Bughh...
Bughh...
"Akhh uhuk" Teriak davin saat vano tiba-tiba memukulnya secara brutal hingga membuatnya terbatuk.
Dalvin yang melihat adik kembarnya di pukuli oleh anak sialan menurutnya langsung maju untuk memukul vano namun sebelum itu terjadi sebuah kaki sudah menyapa dadanya dengan keras hingga membuatnya jatuh terpental.
"Jangan ikut campur" Ucap vano dengan memandang dingin dalvin yang terpental terkenal tendangannya tadi, dan vano kembali melirik davin yang sudah terkapar tidak berdaya di bawahnya.
Vano melepaskan davin dan berjalan kearah mahendra yang saat ini sudah menatapnya marah.
"Tuan bodoh mahendra percuma menjadi mafia yang di takuti jika bodoh, membawa parasit yang akan menghancurkan dirimu sendiri nantinya" Bisik vano kearah mahendra yang saat ini diam mematung dengan lengan terkepal erat namun ada satu yang mengganjal pikiran nya.
'Bagaimana vano bisa tau jika aku seorang mafia' batin mahendra, ia sempat terkejut saat vano mengetahui jika ia seorang mafia. Bagaimana vano bisa tau, sedangkan kedua putranya saja tidak mengetahui nya, hanya cakra yang mengetahui nya karena ia ingin anak sulung nya itu menggantikan posisinya nanti.
'Dan apa maksud vano jika aku membawa parasit apa yang ia maksud clara. Tidak aku yakin clara anak yang baik-baik' batin mahendra mencoba untuk tidak mempercayai perkataan vano, ia pikir itu hanya agar ia melupakan kesalahan yang vano buat
Vano yang melihat mahendra terdiam langsung melangkah pergi namun sebelum ia berangkat pergi vano berjalan menuju cakra yang sadari tadi hanya diam menatap kearahnya.
"Terimakasih semalam sudah memindahkan vano ke kamar, abang" Ucap vano tersenyum manis menatap cakra yang terdiam lalu ia langsung pergi meninggalkan seluruh keluarga nya yang masih terdiam.
Cakra yang melihat keperdian vano dengan diam namun ia juga senang saat vano memanggilnya dengan sebutan 'abang' di akhir kalimatnya.
Vano tau kalau ia yang memindahkan vano ke kamar, pikir cakra setaunya vano semalam pingsan karena siksaan dari ayah nya namun kenapa anak itu bisa tau.
Di sisi lain clara memandang kepergian vano dengan aura kebencian yang sangat pekat ia memandang vano dengan dendam yang amat besar di dadanya.
'Mati, lo harus mati vano' batin clara geram ia sudah bertekad akan membuat vano mati di tangannya.
'Kehancuran kalian di mulai dari sekarang xfiers terutama lo jalang' batin vano saat melangkah pergi dari kediaman xfiers.
To be continued
geregetan anying gue nulisnya....
KAMU SEDANG MEMBACA
antagonis licik
RomanceBL/GAY/HOMO AREA!!!! ⚠️⚠️ HOMOFOBIA JANGAN DEKET-DEKET?!!!! 🚫❌❌ seorang pemuda bernama devardi rezza bimantara berusia 20 tahun. seseorang yang licik dan cerdas secara bersamaan bertransmigrasi ke novel yang ia baca. ia menempati raga seorang pemu...