13

2.2K 183 28
                                    


Vano turun menuju meja makan saat mahendra menyuruh nya turun entah apa yang ingin ia katakan sekarang dengan vano.

"Besok malam akan ada tamu yang datang jadi kau jangan mempermalukan keluarga xfiers dan berdandan lah yang rapi" Ucap mahendra setelah vano tiba di meja makan.

'Tamu? Siapa lagi' pikir vano.

"Hm" Jawab vano singkat ia malas jika harus berbicara dengan keluarga ini.

"Sopanlah sedikit dengan ayah mu devano" Bentak mahendra saat merasa vano tidak menjawab nya dengan benar.

"Sopan? Aku tidak pernah di ajarkan itu dari kecil jika kau ingat tuan mahendra" Jawab vano dingin.

"Apa begitu cara mu berbicara dengan ayahmu ha!!" Ucap mahendra marah.

"Apa anda baru merasa jadi ayah saya? ? Sejak kapan!! Bukankah anda selalu berkata jika saya bukan siapa-siapa anda tuan mahendra" Jawab vano.

"Kau!!! Dasar anak tidak tau di untung!!! Aku membesarkan mu tapi ini balasan mu kepada ku devano" Mahendra berdiri dan menatap vano tajam.

"HAHAHAHA" Tawa vano seketika pecah mendengar ucapan mahendra. Seluruh yang ada di rumahnya terlihat menatap vano bingung. Kenapa ia tertawa, pikir mereka.

"Lo? Lo berkata jika lo membesarkan gue hahaha lelucon dari mana itu?? Hahaha bahkan yang memberi nama gue itu pembantu di sini dan lo bilang jika lo yang membesarkan gue ha!!!" Ujar vano dengan tangan terkepal.

Mahendra terdiam itu benar apa yang di katakan vano benar selamat ini yang membesarkan vano itu bibi Jum kepala pelayan lamanya yang satu tahun lalu meninggal.

"Lo ingat sekarang kan?? Siapa yang memang pantas di katakan orang yang membesarkan gue" Marah vano ia bahkan tidak menggunakan kata saya dan anda lagi.

"Jangan merasa paling berhak atas diri saya tuan mahendra dan jangan membicarakan kata 'ayah' di depan saya karena anda sudah gagal menjadi ayah bagi diri saya" Ucap vano datar lalu berlalu pergi dari sana lama-lama dekat dengan mahendra ini bisa membuatnya darah tinggi.

'Aku gagal menjadi ayah?? Jasmine aku benar-benar tidak salah kan dalam membenci vano?? Aku– aku hanya terlalu mencintaimu namun karena kelahiran vano kau pergi meninggalkan ku' batin mahendra terdiam ia masih memikirkan kalimat vano yang tepat menusuk hatinya dan kenapa hatinya gelisah saat melihat tatapan kecewa vano.

"Aku sudah berkata jangan terlalu lama menyadari hati mu dad jangan saat vano memilih untuk pergi baru kau akan sadar" Ucap cakra datar ia sadari tadi sudah menahan emosinya saat ayahnya membentak vano.

"Aku harap kalian tidak menyesal saat mengetahui yang sebenarnya karena telah membuang belian hanya untuk mendapatkan batu kerikil" Sambung cakra ia menatap benci kearah Clara yang saat ini tengah menahan amarahnya dan akhirnya cakra berlalu pergi dari sana.

"Bang cakra apa maksud nya ha!!" Kesal dalvin melihat cakra yang membela vano namun cakra hanya mendiamkan nya saja dan tetap melangkah pergi.

Davin sadari tadi hanya diam saja ia sedang memikirkan perkataan dari abang pertamanya itu.

'Apa maksud bang cakra jika kita sudah mengambil batu kerikil dan membuang sebuah berlian. Apa yang di maksud itu Clara dan vano?? Gue yakin jika bang cakra menyimpan sesuatu' batin Davin. Cakra memang tidak menyebutkan apapun tentang kecurigaan nya namun ia yakin jika abang sulung nya itu menyembunyikan sesuatu, karena cakra tidak akan berkata seperti itu jika tidak ada sesuatu yang terjadi.

'Gue harus cari tau tentang Clara' batin Davin menatap kerah Clara. Davin memang menyayangi Clara namun ia tidak sebuta kembarannya dan daddynya yang amat sangat menyayangi Clara dan mempercayai semua ucapan Clara.











antagonis licikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang