Bel istirahat berbunyi, anak-anak sontak bangkit dari duduk dan melenggang keluar kelas untuk mencari makan atau jajanan kecil mengganjal perutnya.
"Guys! Kantin yuk! Laper nih!" Seru Juwita menghampiri kedua temannya yang masih terduduk santai di tempatnya.
"Iya iya, bentar," sahut Sheren sibuk mengambil barang yang dibutuhkan saat akan ke kantin.
Sedangkan Dita berdeham seraya mengeluarkan bekal makanannya. Saat sudah dikeluarkan, selagi menunggu Sheren ia mengecek ponselnya. Apa ada pesan masuk saat dirinya sedang belajar?.
Benar saja. Ia menerima pesan text masuk dari sang kakak. Lantas ia membacanya, "Ah iya. Untung diingetin... Ju, Sher, kalian ada yang pengen banget di beli gak?" Tanya Dita setelahnya melihat kepada dua temannya.
"Ada!..."
"Apa?"
"Rice Chicken Karage with tomato sauce, behh enak tuh... Buru ah! Lama banget lu ren!"
Dita berdecak, "Selain itu... Yang pengen banget tapi gak sempet di beli loh..," jelasnya.
"Apaan ya?"
Sheren yang baru mendapatkan dompet, botol minuman dan ponselnya pun menyahut bingung. "Hah?"
"Duh.. masa gue harus ngulang si,"
"Nanti aja ah! Udah tau laper malah disuruh mikir! Ayok ke kantin!" Juwita menarik pergelangan kedua temannya dengan paksa karena sudah tidak kuat menahan ocehan dalam perutnya.
Dua teman yang diseret hanya mengomel protes tapi tetap melangkahkan kaki mengikuti Juwita memimpin jalan mereka.
Tak melepas genggamannya Juwita membawa mereka ke tempat duduk yang dimiliki oleh salah satu kios penjual kantin itu.
"Dita duduk sini! Jagain tempat kita. Sher, ayo pesen makan!" ujar Juwita yang dituruti oleh teman-temannya tanpa ada perlawanan.
Heran memang, sebenarnya mereka bertiga tidak ada kata geng, tapi kalo Juwita lagi laper gini garangnya keluar. Sheren tidak peduli dan Dita malas berdebat hanya diam. Karena yang mereka ketahui temannya akan normal dengan sendirinya ketika sudah terpenuhi panggilan lambungnya.
Bang Enan
|Gimana? Udah tau belum?
belum, abis makan nanti aku kabarin|
|Oke. Jangan lama-lama ya
yaa|
Setelah membalas Dita pun menaruh ponselnya di sisi samping bekal makan. Kedua matanya ia edarkan ke sekitar. Melihat hiruk-pikuk nya suasana kantin yang ramai karena tidak ingin disela antrian saat akan memesan makanan atau jajanan. Tak terkecuali kedua temannya. Dari kejauhan mereka tampak cantik dan anggun. Tapi teriakan mereka untuk tetap di dengar pedagang membuat dua kata tadi hilang. Dita sampai terkekeh di tempat dan tiba-tiba teringat sesuatu. Kalau dirinya lupa untuk membawa air minum. Jadi tanpa bergerak dari tempat, ia berteriak kepada dua temannya.
"JUWI, SHEREN, TITIP BOTOL AIR MINERAL SATU DONG!"
"A? OWH OKE-OKE. NANTI GUE BELIIN... BANG! GUA DULU, CEPETAN APA!"
"OKE DIT!"
"JU. LU MAU SEKALIAN JUGA GAK?"
Sheren yang sudah menerima makanannya segera saja menjauh dari kios itu dan pergi ke kios lain berniat membelikan minuman untuk Dita. Namun sebelumnya ia tawarkan temannya yang lain yang masih sibuk berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
WindLife
RandomMereka tidak menerimamu, mungkin aku juga akan begitu kalau saja tidak menaruh hatiku padamu. Sayangnya, hati ini sudah terlalu jatuh dan perlu perjuangan untuk keluar dari sana. • • • Kalau aku tidak bertemu dan jatuh kepadamu, mungkin semua ini t...