Know or No

36 4 0
                                    

Mereka sudah mengantarkan Juwita pulang lebih dulu. Kini tinggal bertiga saja. Andra, Dita dan Sheren. Tadinya Sheren mau di antar pulang tapi mengingat pesan Varro tadi, Dita pun memaksa temannya untuk menginap di rumahnya. Asal adiknya senang, Andra tidak mempermasalahkan dan setuju-setuju saja.

"Assalamu'alaikum!" Sapa Andra dan Dita begitu menapaki tungkainya ke dalam rumah.

Sheren sebenarnya berbeda keyakinan tapi mereka sangatlah dekat. Bedanya tiang agama tidak membuat mereka tidak akur. Malah berkat itu lah yang memperkuat persahabatan keduanya. Saling berbagi pendapat dari masing-masing sudut pandang yang berbeda menjadi sebuah pengalaman baru terhadap keduanya.

"Hah!!" Dita menghembuskan nafas kasar dan lantang begitu mendudukan bokongnya ke atas sofa empuk yang ada di ruang tamu.

Sama halnya dengan Sheren, ia juga lelah selepas seharian ini pergi belajar dan lanjut bermain bersama teman-temannya.

"Abang bebersih diri duluan ya. Kalian istirahat dulu aja tapi jangan sampai ketiduran," ujar Andra terdengar santai namun tetap tegas sebelum meninggalkan kedua gadis itu di bawah sana.

"Iyaa bang..."   "Siapp bang..."

Sahut mereka kompak kemudian wujud Andra hilang dari pandangan mereka.

"Lu masih mau nyantai di sini apa langsung di kamar gue aja Sher?"

"Lima menit. Abis itu kita ke kamar lu," jawab Sheren memandang langit rumah Dita yang diterangi oleh lampu kaca besar pada ruangan tersebut.

Sedangkan Andra, ia sudah bersiap untuk membilas tubuhnya yang lengket. Melepas satu persatu pakaian dan benda-benda lain yang menampilkan gaya kasual. Saat hanya tinggal menanggalkan celana jeans hitam kebesarannya, ia mengeluarkan lebih dulu ponsel yang ada di dalam saku celananya. Begitu dikeluarkan ia mendapatkan banyak pesan text masuk dari adik sepupunya.

Thion Patra

|3 panggilan tidak terjawab
|Gua kasih tau lu lewat pesan text aja
|Lion, lengkapnya Baskino Rafalion, dia berprestasi, mantan anak nakal di sekolah.
|Panti Marsa kemarin, ternyata tempat tinggalnya. Sulit diketahui alasan apa dia berada di sana, jadi orang tua nya belum terdata.
|Itu yang gua dapat bang

Andra membaca setiap pesan pada bubble yang dikirim oleh Thion. Ia memandang penuh kepada pesan tentang dimana bocah itu tinggal. Niat untuk menghampiri tempat itu terlewat dibenaknya. Selain mengawasi Juwita bersama pacar nya. Apa dirinya juga harus mengunjungi panti itu demi untuk mencari tahu asal usul bocah tidak jelas itu?.

Sebelum beranjak ke kamar mandi, Andra membalas lebih dulu pesan dari adik sepupunya. Sesudahnya ia lanjut menanggalkan semua pakaian dan segera pergi membilas tubuhnya sambil merilekskan diri di dalam sana. Menenangkan pikirannya yang bercabang karena urusan adik tercintanya.

Sebenarnya bisa saja Andra bertanya langsung kepadanya, tapi melihat sang adik yang tidak ada masalah membuatnya mengurungkan diri dan memilih untuk mengulik sendiri kemudian menjauhkannya tanpa sepengetahuan adiknya.

Dita dan Sheren sudah ada di kamar, mereka sedang merapikan belanjaan sambil sesekali melihatnya lagi dengan perasaan bahagia.

"Uwahh, sumpah gue masih gak nyangka, ini semua dibayarin Bang Enan Dit!" Celoteh Sheren setelah membuka beberapa skincare dan buku novel yang dibelikan oleh Andra.

Dita tersenyum kecil, "Iya, gue juga gak nyangka dia beneran beliin kalian sebanyak ini."

"Iya kan! Dia juga kaya gini gak ke lu?" Tanya Sheren mengingat orang yang membelanjakan dirinya adalah kakak dari temannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WindLifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang