chapter 二十六

76 13 4
                                    

HAPPY READING

26






"Saya mencintainya—" Mingi tiba-tiba bersuara.

Kalimat itu berhasil membuat Minho mematung, bahkan Felix yang sejak tadi menunduk tak berani melihat sekitar mendadak ikut memusatkan pandangannya pada pria itu.

"—dan Felix tahu tentang perasaan saya. Karena itu dia bersedia melakukannya malam itu."

Tidak, Mingi bohong!

Felix reflek menggeleng. Ia memang bersedia melakukannya, tapi itu karena ponsel yang tengah Felix sembunyikan, bukan karena ia ingin menanggapi perasaan pria itu. Lagipula kapan Mingi menyatakan perasaannya? Bahkan Felix ingat betul ketika dirinya berusaha menekan Mingi di malam saat pria itu berniat membawa dirinya pergi, Mingi masih berusaha mengelak. Mingi dengan jelas mengatakan bahwa ia tidak mungkin mencintai seorang jalang seperti Felix tapi kenapa ia justru mengatakan hal yang sebaliknya disini?!

"Brengsek." Minho mengumpat pelan, membuat Eunwoo yang duduk di sebelahnya tak sengaja melirik.

Jujur Minho sangat ingin memeluk Felix sekarang. Laki-laki manis itu hancur disana. Minho tahu Felix susah payah menahan malu bersama dengan tekanan parah yang baru saja Mingi berikan.

Minho sama sekali tidak percaya dengan perkataan Mingi dan pengacara sialan itu. Toh Minho yakin kalau memang kamera itu menangkap seluruh kejadian yang terjadi disana sejak awal hingga akhir, ia pasti akan menemukan banyak sekali rekaman yang berseberangan dengan fakta yang baru saja ia dengar.

"Tidak—tidak seperti itu." Felix membela diri.

"Ada yang ingin kau katakan, Puan Edevane?"

Mendengar pengacara itu dengan santainya bertanya, Felix akhirnya mendongak, kemudian menarik napas dalam-dalam. "Saya memang melakukannya, tapi saya memiliki tujuan."

"Saya baru saja mendapat bantuan malam itu."

Jaksa di sebelah kiri Felix yang sejak tadi diam kini mulai fokus, bersiap mencatat keterangan baru yang mungkin akan ia dapatkan. Ia tidak punya kesempatan untuk bertemu Felix sebelumnya, benar-benar disini ia mendengar suami kliennya bersuara untuk pertama kali.

"Sebuah ponsel." Ucap Felix. "Saya berniat menyimpannya, namun belum sempat saya menaruhnya di tempat yang aman, Mingi sudah lebih dulu datang."

"Karena panik saya buru-buru meletakkannya di bawah selimut. Posisi saya saat itu terancam, dan demi menyelamatkan diri sendiri, saya terpaksa melakukannya. Saya berusaha mencari cara untuk mengalihkan perhatiannya selagi saya mendorong ponsel itu ke bawah bantal." Lanjut Felix.

Pengacara itu mengernyit. "Ponsel? Bukankah katamu kau disekap disana? Dari mana kau mendapatkan ponsel itu?"

Felix mendadak diam. Lagi-lagi ia kembali dihadapkan dengan situasi seperti ini. Haruskah Felix kembali menyeret nama Eunwoo karena ponsel itu? Felix tidak mau menyusahkan banyak orang, tapi—

"Dari saya."

Suara lain tiba-tiba terdengar menyahut bersamaan dengan berdirinya seorang pria di kursi pengunjung barisan kedua. Eunwoo disana, dengan mantap menjawab pertanyaan itu tanpa sempat Mingi duga. "Saya yang memberinya ponsel itu."

Ekspresi dingin dari hakim itu langsung terarah pada Eunwoo. Tanpa perlu memerintah pengacara atau jaksa untuk bertanya, ia sudah lebih dulu bersuara. "Kau ikut andil dalam masalah ini?"

Beyond EvilWhere stories live. Discover now