𝐁𝐁𝐋. ᴍᴀɴsɪᴏɴ ʏɪʙᴏ

69 11 0
                                    

🩶🩶🩶

Setelah panggilan telepon singkat dengan asistennya, Wang Yibo turun ke lantai satu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah panggilan telepon singkat dengan asistennya, Wang Yibo turun ke lantai satu. Suara langkah kakinya yang tenang namun tegas menggema di sepanjang koridor, membuat para pembantu yang tengah sibuk membersihkan mansion besar itu buru-buru menyingkir dari jalannya. Mereka menyapa tuan mereka dengan sopan, namun Yibo hanya membalas dengan anggukan kecil dan tatapan sekilas, lalu melanjutkan langkahnya menuju ruang makan.

Di ruang makan yang luas dengan meja panjang yang elegan, kepala pelayan, Bibik Ina, sudah menunggu dengan sarapan yang telah disiapkan dengan sempurna. Wanita paruh baya itu telah menjadi bagian dari hidup Yibo sejak ia kecil, mengurusnya dengan penuh perhatian seperti seorang ibu kedua. Ia tahu betul selera dan kebiasaan tuan mudanya, hingga setiap detail sarapan pagi itu dipersiapkan dengan teliti.

Namun, pagi ini, bik Ina merasakan sesuatu yang berbeda. Ada aura aneh yang mengelilingi Yibo-bukan dingin atau tegas seperti biasanya, melainkan sesuatu yang lebih lembut, hampir tak terlihat, namun cukup terasa bagi seseorang yang telah mengenalnya selama bertahun-tahun. Ia tetap diam, membiarkan Yibo duduk di kursinya dan mulai sarapan tanpa berkata apa-apa.

Pikirannya teringat pada gosip yang beredar sejak pagi buta di antara para pelayan. Desas-desus bahwa tuan muda mereka, yang terkenal dingin dan tak pernah membawa siapa pun ke mansionnya, malam tadi datang dengan menggendong seseorang. Bahkan para penjaga di gerbang mansion tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Namun, Bibik Ina tahu lebih baik daripada mengajukan pertanyaan yang tidak diinginkan.

Yibo melahap makanannya dengan tenang, tanpa memedulikan tatapan penuh rasa ingin tahu dari Bibik Ina. Namun, wanita tua itu memperhatikan hal kecil yang tidak biasa-seperti bagaimana Yibo tampak sesekali termenung, atau bagaimana ia makan dengan lebih lambat dari biasanya. Bibik Ina hanya tersenyum tipis, menyembunyikan keinginannya untuk mengetahui kebenaran di balik rumor itu.

🩶🩶🩶🩶

Kini Yibo duduk di ruang kerjanya, jari-jarinya mengetuk ringan di atas meja, menyelesaikan dokumen yang telah yubin antarkan di antaranya ada berkas-berkas penting. Pikirannya tidak sepenuhnya fokus pada pekerjaan hari itu. Setiap beberapa menit, matanya melirik ke arah pintu, seolah mengantisipasi sesuatu. Namun, Yibo mencoba mengalihkan perhatian dengan meninjau dokumen yang ada di depannya.

 Namun, Yibo mencoba mengalihkan perhatian dengan meninjau dokumen yang ada di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝘽𝙚𝙩𝙬𝙚𝙚𝙣 𝘽𝙪𝙡𝙡𝙚𝙩𝙨 𝙖𝙣𝙙 𝙇𝙤𝙫𝙚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang