𝐁𝐁𝐋.ᴇɢᴏ xɪᴀᴏ ᴢʜᴀɴ

184 19 0
                                    

🩶🩶🩶

Yibo menekan telapak tangannya di meja, meremasnya sejenak, mencoba kembali fokus pada layar monitor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yibo menekan telapak tangannya di meja, meremasnya sejenak, mencoba kembali fokus pada layar monitor. Namun, pikirannya berulang kali kembali pada Zhan. Zhan yang, meski terlihat kuat di luar, ternyata rapuh dan penuh dengan luka yang belum sembuh. Yibo tahu, Zhan berusaha menahan segala beban hidupnya sendirian, namun kini, ia melihat betapa dalam luka-luka yang ada. Bagaimana mungkin ia bisa menutup mata terhadap semua itu?

Dengan cepat, Yibo menekan beberapa tombol di keyboard dan memeriksa satu per satu semua jalur informasi yang bisa ia akses. Namun, ada satu hal yang kini lebih mendominasi pikirannya — Zhan. Keputusan yang harus diambil, langkah yang harus ia tentukan. Segalanya tampak semakin rumit, dan semakin berat. Tapi satu hal yang Yibo tahu pasti, ia harus menyelesaikan semua masalah ini secepat mungkin, agar ia bisa kembali menemani Zhan,

🩶🩶🩶

Zhan terbangun dengan rasa lelah yang masih terasa di tubuhnya, matanya yang berat perlahan terbuka. Rasa panas yang semalam menyelubungi tubuhnya akhirnya mereda, namun tubuhnya masih merasa lemah. Ia duduk di atas ranjang, tubuhnya sedikit goyah saat mencoba menegakkan diri. Sinar matahari yang masuk melalui tirai jendela menerangi kamar dengan lembut, membuat suasana di sekitarnya terasa sedikit lebih hangat. Namun, di dalam dirinya, perasaan campur aduk muncul begitu saja.

Pikiran-pikiran yang terpendam dalam semalam perlahan kembali ke permukaan. Pembicaraan yang terjadi di tepi kolam, suara Acheng yang penuh harapan, dan Yibo yang memeluknya, memberikan rasa hangat yang terasa aneh dan asing. Kenangan itu datang begitu tiba-tiba, membuat wajah Zhan memerah saat ia mengingat tangisannya yang meluap dalam pelukan Yibo. Tangisan yang seolah-olah mengungkapkan semua rasa takutnya—takut kehilangan, takut ditinggalkan.

Zhan menggulingkan tubuhnya ke sisi lain ranjang, menekuk selimut dengan canggung, mencoba menutupi wajahnya yang memerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zhan menggulingkan tubuhnya ke sisi lain ranjang, menekuk selimut dengan canggung, mencoba menutupi wajahnya yang memerah. Ia merasa canggung dengan dirinya sendiri. Betapa lemah dan rapuhnya dirinya semalam. Bagaimana ia bisa merengek seperti itu? Seperti anak kecil yang tak tahu apa-apa. Bagaimana bisa Yibo melihatnya seperti itu?

Zhan menutup matanya, merasa seolah-olah segenap rasa malu yang dalam muncul kembali. Wajah Yibo yang begitu dekat dengannya, memeluknya dalam kehangatan yang tak bisa ia gambarkan, menciptakan rasa sakit dan kebingungannya sendiri. Apa yang Yibo pikirkan? Apa yang akan terjadi setelah ini? Zhan meremas selimut di tangannya, mencoba menenangkan diri.

𝘽𝙚𝙩𝙬𝙚𝙚𝙣 𝘽𝙪𝙡𝙡𝙚𝙩𝙨 𝙖𝙣𝙙 𝙇𝙤𝙫𝙚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang