Hyunjeong series!᭥ꩌ゚໋ ꯴̸᩠🎠🎡⭛
"Sung, ada event nggak Minggu ini?"
"Ada, mau ikut lo?"
"MAUUUU!"
Hwang Hyunjin, seorang fotografer yang bosan karena bakatnya tidak terpakai, mulai terjun ke dunia cosplayer untuk mencari bahan hunting, malah tidak se...
Hyunjin menghela napas dalam-dalam, matanya menatap jalanan basah yang memantulkan cahaya lampu mobil. Hujan masih turun dengan deras, menambah beban di hatinya. Dua tahun penuh ketidakpastian, dua tahun tanpa kabar dari Jeongin, dan sekarang dia muncul lagi, dengan segala macam alasan yang sulit untuk dipercaya. Telinganya masih mendengar suara Jeongin yang memohon, suara yang dulu sangat dikenalnya, namun kini terasa asing.
Tiba-tiba, teleponnya berbunyi. Nama Jisung muncul di layar.
“Hyun!” Jisung terdengar ceria, tapi jelas ada yang berbeda dengan suaranya. “Lo lagi di mana? Lo kelihatan nggak enak banget deh.”
“Di mobil, Ji,” jawab Hyunjin pelan, matanya masih tertuju pada jalanan yang penuh refleksi cahaya. “Lo nggak akan percaya, Jeongin datang lagi.”
Jisung terdiam sesaat, seperti mencerna kata-kata Hyunjin. “Lo serius? Dua tahun nggak ada kabar, terus sekarang dia muncul begitu aja? Dia bilang apa?”
Hyunjin menggigit bibirnya, merasakan kebingungan yang semakin dalam. “Dia bilang… dia nggak bisa hidup tanpa gue, Ji. Dan dia minta kesempatan lagi. Tapi gue nggak tahu harus gimana. Semua perasaan itu kayak balik lagi, tapi gue takut kalau nanti gue cuma bakal nyakitin diri gue sendiri lagi.”
“Gue ngerti, Hyun,” jawab Jisung, suara seriusnya menggema. “Gue tahu lo masih cinta sama dia. Tapi lo nggak bisa terus hidup kayak gini. Lo harus ambil keputusan. Gue tahu lo takut, tapi lo nggak bisa terjebak sama bayangan masa lalu. Lo butuh jawabannya sekarang. Nggak ada yang lebih penting dari itu.”
Hyunjin menunduk, jari-jarinya menggenggam setir mobil dengan erat. “Tapi Ji, gue nggak bisa. Gue nggak bisa hidup dengan perasaan nggak pasti kayak gini. Apa gue harus percaya lagi sama dia? Kalau gue memberi kesempatan, apakah dia nggak bakal ninggalin gue lagi?”
Jisung diam sejenak, lalu suaranya terdengar lembut, penuh pengertian. “Lo udah terlalu lama nungguin Jeongin, Hyun. Lo berhak tahu apa yang bakal terjadi. Tapi lo juga harus siap kalau jawaban itu nggak sesuai dengan harapan lo. Jangan biarkan perasaan takut lo menghalangi keputusan yang lo perlu ambil. Lo layak bahagia, lo layak punya jawaban yang jelas.”
Setelah beberapa detik hening, Hyunjin akhirnya berbicara lagi. “Lo benar, Ji. Gue nggak bisa terus-terusan hidup kayak gini. Gue harus ketemu dia lagi, harus tahu apa yang sebenarnya dia mau.”
Jisung menghela napas lega. “Itu baru Hyun yang gue kenal. Jangan takut untuk mendengarkan perasaan lo, tapi jangan juga biarkan perasaan itu yang menguasai lo. Lo bisa atur hidup lo sendiri.”
Hyunjin menutup telepon, lalu menatap hujan yang semakin deras. Meskipun dia merasa sedikit lebih tenang, hatinya masih terasa berat. Dia tahu, hanya dengan bertemu langsung dengan Jeongin, dia bisa mendapatkan jawaban yang selama ini dia cari.
cosplayer
Begitu sampai di studio, Hyunjin langsung masuk, dan seolah langsung disambut dengan atmosfer yang berbeda. Jeongin sudah menunggu di sana, berdiri di depan jendela besar yang menghadap ke luar, menatap hujan dengan tatapan kosong. Saat mendengar langkah Hyunjin, dia berbalik, dan tatapan mereka bertemu.
“Hyun…” Jeongin memanggil dengan suara rendah, lebih dalam dari biasanya. “Aku tahu ini nggak mudah buat kamu. Aku tahu aku nggak bisa langsung minta maaf atas semuanya, tapi aku benar-benar nggak bisa hidup tanpa kamu.”
Hyunjin diam, menatap Jeongin yang kini berada di hadapannya. Semua perasaan yang selama ini dia pendam kembali muncul. Namun kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Ada rasa takut, rasa tidak percaya yang menahan dirinya untuk melangkah lebih jauh.
“Dua tahun, Jeongin,” Hyunjin akhirnya membuka mulutnya, suaranya datar, namun ada getar yang tak bisa disembunyikan. “Dua tahun tanpa kabar, tanpa penjelasan. Gue udah cukup lama hidup dengan perasaan bingung, nungguin lo. Kenapa sekarang lo muncul lagi?”
Jeongin menunduk, seakan-akan kata-katanya tersangkut di tenggorokannya. Dia mengangkat kepalanya dan menatap Hyunjin dengan mata yang penuh penyesalan. “Aku… aku nggak bisa ngejelasin semuanya, Hyun. Waktu itu aku harus pergi, aku nggak punya pilihan. Tapi aku janji, aku nggak akan ninggalin kamu lagi. Aku cuma… butuh waktu buat nyari jawaban. Aku nggak pernah berhenti mikirin kamu, meskipun aku jauh. Aku nggak bisa hidup dengan perasaan bersalah.”
Hyunjin menggigit bibirnya, berusaha menahan segala perasaan yang datang begitu cepat. “Lo bilang lo nggak bisa hidup tanpa gue. Tapi lo pergi begitu aja, tanpa kabar, tanpa penjelasan. Semua yang lo bilang sekarang, kenapa baru sekarang? Apa lo pikir gue bakal bisa begitu aja terima lo lagi setelah semuanya?”
Jeongin terlihat terguncang, wajahnya mulai menunjukkan kepanikan. “Aku tahu aku salah, Hyun. Aku tahu itu nggak bisa dipungkiri, dan aku nggak punya alasan yang cukup buat ngejelasin kenapa aku pergi. Tapi aku… aku nggak bisa hidup tanpa kamu. Aku minta satu kesempatan lagi, Hyun.”
Hyunjin menunduk, mencoba menahan air mata yang hampir jatuh. Rasa sakit itu datang kembali, lebih dalam dari yang dia bayangkan. Di satu sisi, dia ingin sekali mempercayai Jeongin, tapi di sisi lain, hatinya sudah terlalu terluka. Semua kenangan manis yang pernah mereka lewati, kini terasa seperti ilusi yang jauh dari kenyataan.
“Aku nggak tahu, Jeong,” suara Hyunjin bergetar. “Aku nggak tahu bisa percaya lagi atau nggak. Aku udah terlalu banyak nungguin, terlalu banyak berharap. Apa kamu yakin ini yang terbaik? Apa kamu yakin kamu nggak bakal ninggalin aku lagi?”
Jeongin mengambil langkah mendekat, menatapnya dengan penuh harapan. “Aku janji, Hyun. Aku nggak bakal ninggalin kamu lagi.”
Hyunjin merasakan hatinya berdetak lebih cepat. Semua perasaan itu datang begitu kuat, namun masih ada rasa ragu yang menghalanginya. Dia merasa terjepit di antara dua pilihan—memberikan kesempatan pada Jeongin, atau melanjutkan hidup tanpa bayang-bayang masa lalu.
Jeongin berdiri di depannya, menunggu jawabannya, matanya penuh harap. Hyunjin menatapnya dalam-dalam, mencoba membaca setiap inci wajahnya, mencoba mencari tahu apakah ini benar-benar Jeongin yang dulu dia kenal.
“Aku… aku nggak tahu, Jeongin,” akhirnya Hyunjin berkata, suara itu hampir terdengar pecah. “Apa yang harus aku pilih? Aku masih cinta sama kamu, tapi aku juga takut.”
Jeongin hanya bisa menatapnya, tidak tahu harus berkata apa lagi. Hening menyelimuti ruangan itu, dan Hyunjin merasakan betapa beratnya beban yang ada di hatinya. Apa yang harus dia pilih? Dia ingin percaya, tapi rasa takut itu masih terlalu kuat.
Di dalam diam itu, semua pertanyaan menggantung di antara mereka. Hyunjin menghela napas, matanya menatap Jeongin, namun jawabannya masih belum ditemukan.
"Aku harus bagaimana?"
To be continued.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.