P.18- Saudari Freya?

267 40 0
                                    

Freya melangkah keluar dari ruang rapat bersama Flora. Udara di luar terasa penuh tekanan, berbeda dari sebelumnya. Begitu pintu ruang rapat terbuka, pemandangan yang menghantam mereka seakan mencuri napas dari dada.

Markas pusat yang megah kini setengah hancur. Asap mengepul dari reruntuhan, serpihan beton berserakan di mana-mana, dan suara logam patah terdengar di kejauhan.

"Apa yang sebenarnya terjadi...?" Flora bergumam, suara gemetarnya hampir tenggelam dalam hiruk pikuk kehancuran.

Freya mengerutkan dahi, pandangannya menyapu sekeliling. Belum sempat ia menganalisis situasi, sebuah suara memanggil namanya.

"Freya!"

Freya menoleh dan menemukan gadis kecil berambut pendek berdiri tidak jauh darinya. Wajah gadis itu dipenuhi debu, namun matanya tetap memancarkan ketegasan. Freya langsung mengenali gadis itu—Gadis itu pernah bertemu dengan Freya pada perkumpulan sebelumnya.

"Orang-orang terluka parah," kata gadis itu dengan nada tegas. "Mereka sudah dibawa ke aula. Kamu harus cepat ke sana."

Freya memandang gadis itu dengan ekspresi serius. "Kamu lagi? Siapa sebenarnya kamu?"

Namun gadis itu tidak menjawab. Dia hanya menatap Freya sejenak dengan ekspresi misterius sebelum berbalik dan berjalan pergi dengan langkah ringan, menghilang di balik reruntuhan.

"Dia siapa, Fre?" Flora bertanya, matanya mengikuti sosok kecil itu hingga lenyap.

"Aku nggak tahu," jawab Freya sambil menggelengkan kepala. "Tapi tiap kami ketemu, aku rasa kaya ada yang aneh tapi susah dijelasin. Udahlah gak usah dipikirin, kita ikutin sarannya dulu—ke aula."

Tanpa membuang waktu, mereka bergegas menuju aula, melewati lorong-lorong yang penuh puing-puing. Setelah beberapa menit, mereka tiba di aula yang kini menjadi tempat evakuasi.

Di dalam aula, suasana penuh dengan erangan dan desakan. Korban luka memenuhi ruangan, beberapa duduk dengan wajah pucat, sementara yang lain tergeletak lemah di atas tandu darurat. Tim medis bekerja keras memberikan perawatan, namun keterbatasan peralatan membuat semuanya berjalan lambat.

Freya segera mengenali Alden, Adlan, Gita, Zean, Kathrin, Olla, Daniel, Fritzy, dan Adel di salah satu sudut aula. Fritzy dan Adel tampak terluka parah, tubuh mereka dibalut perban dengan noda darah yang masih terlihat. Yang lain duduk, sebagian besar sudah menerima perawatan, meski wajah mereka masih menunjukkan kelelahan.

Mata Flora berlinang air mata, ia tak kuasa melihat pemandangan mengerikan ini, tanpa sadar pupil matanya memancarkan sinar hijau. Skill Heal miliknya mengalami Transendental.

Flora mengangkat tangannya, memancarkan cahaya lembut dari skill Heal miliknya. Freya, yang telah menyalin skill itu, mulai membantu menyembuhkan luka-luka yang lebih serius. Energi penyembuhan menyebar di sekitar mereka, membawa sedikit kelegaan pada mereka yang terluka.

"Kita harus hemat energi," Flora berkata sambil mengatur napas.

Freya mengangguk, fokus pada Adel dan Fritzy. Napas keduanya perlahan mulai membaik. Cahaya dari tangan Freya terus mengalir, memulihkan luka-luka yang tadinya terlihat mengkhawatirkan.

Namun di tengah kesibukannya, pikiran Freya kembali pada gadis kecil tadi. Tatapan matanya yang tajam dan terasa menusuk, siapa dia sebenarnya?

Freya menyingkirkan pikiran itu sejenak. Saat ini, fokusnya adalah membantu mereka yang terluka. Namun ia tahu, misteri tentang gadis kecil itu tidak akan berlalu begitu saja.

◉◉◉◉

A

ngie muncul dari portal yang terbuka di hadapannya. Begitu melangkah keluar, dia merasakan atmosfer yang berat dan tegang. Tempat ini, sarang para Norza, dipenuhi oleh energi gelap dan kekuatan yang menekan.

Starlight Wonder Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang