ch 19 : yj's pov | kita berpisah di langit 5:53

160 20 14
                                    

"Buka matamu, Huening-ah," Aku berbisik halus sambil menenangkan tubuh Hueningkai yang bergetar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Buka matamu, Huening-ah," Aku berbisik halus sambil menenangkan tubuh Hueningkai yang bergetar. Bajunya begitu lusuh begitupun juga dengan rambutnya yang berantakan. Wajahnya masih tampak elok, tapi aku yakin ada banyak lebam yang bersembunyi di balik baju tebal itu.

Itu alasannya. Alasan mengapa Hueningkai selalu memakai pakaian oversize dengan bahan yang tebal bahkan di musim panas sekalipun. Tak ada yang mengetahui bahwa maknae kami dirundung selain aku.

Wajah Hueningkai yang semula tertutup itu mulai muncul dengan raut tenangnya seolah tak terjadi apa apa. Sebaliknya, Hueningkai malah mempertanyakan alasanku berada di sini.

"Apa yang hyung lakukan di sini?" Suaranya masih tenang, tapi aku masih mendengar sedikit getaran di ujungnya. Sudah sejelas ini, tapi mengapa Hueningkai masih bersikap seolah tak terjadi apa apa?

"Aku sudah mengetahuinya Huening-ah," Aku merengkuhnya pelan, mengkhawatirkan beberapa lebam yang tak sengaja tersentuh. Hueningkai tak melawan afeksi itu dan membiarkan tanganku merapikan surai lembutnya.

Hueningkai tak pernah menangis. Bahkan setelah aku menemukannya babak belur di salah satu gang dekat perusahaan, ia masih menampilkan raut tenangnya. Aku tak bisa membayangkan apa yang terjadi padanya jika tak ada seorangpun yang mengetahui bahwa ia dirundung. Tubuh yang dipukul mungkin akan sembuh, tapi tak ada yang sama setelah pukulan berikutnya.

Tentu saja aku membantunya. Pada dasarnya perisakan itu didasarkan oleh rasa iri para trainee. Maka dengan mengumpulkan video cctv dan rekaman dashbor mobil yang terparkir di pinggir jalan, aku melaporkan perisakan itu ke staff terkait. Tentu saja mereka segera dikeluarkan karena BigHope selalu ketat terkait etika.

Itu terakhir kalinya aku melihat Hueningkai terluka. Karena hari berikutnya ia selalu memasang senyum manis seolah terbebas dari belenggu yang menyesakinya selama beberapa waktu. Senyuman itu semakin lebar ketika ia mendengar bahwa nama kami keluar dalam daftar jajaran yang akan debut.

Meskipun begitu, aku tetap tak mengerti mengapa ia masih menggunakan pakaian oversizenya yang tebal itu dengan celana training yang menurutku sama sekali tak cocok dari segi estetika maupun warna. Entah karena sudah terbiasa atau ia menemukan belahan jiwanya pada pakaian itu, aku memakluminya selagi ia tersenyum.

🌼

Hari ini adalah saat dimana segalanya terasa semakin sulit seiring dekatnya waktu debut kami. Suasana pasca akhir tahun masih terasa, namun para pekerja kembali sibuk dengan kerja yang mereka tinggalkan selama liburan. Begitupun dengan kami, para trainee yang hanya diberi waktu tiga hari untuk mengambil istirahat selama pergantian tahun.

"Hyung, bisakah kita istirahat sebentar? Bahkan tteokguk yang kumakan di rumah kemarin masih menari di perutku seperti minta dikeluarkan," Beomgyu si tukang ngeluh itu mulai cerewet seperti biasanya.

Melalui cermin yang berembun dan berjamur di beberapa sisinya itu aku melihat pantulan para anggotaku yang lelah. Kami semua memang diharuskan latihan mandiri dua jam sebelum Malibu-ssem datang. Tapi karena pelatih itu berhalangan, kami diharuskan untuk latihan secara mandiri saja seharian ini.

One DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang