II

5.9K 376 11
                                    

[This part was written by Amethyst_Orchid]

Harry D’Vasquez merasakan hawa panas membakar ujung-ujung jarinya dan sebagian dirinya tercenung dan berusaha mencari tahu penyebabnya. Telah bertahun-tahun lamanya ia berkelana di bumi ini, tapi ia belum pernah merasakan sentakan itu. Ia tahu bahwa rekan-rekannya pernah merasakan hal itu dan pada awalnya, ia bahkan iri pada mereka.

Namun waktu berlalu dan tahun-tahun tertimbun di belakangnya seperti manik-manik kotor pada seutas tali, ia menyadari bahwa ia beruntung. Harry tidak mendapat interupsi yang menggangu perburuannya. Ia tidak memiliki hal lain yang perlu dikhawatirkan. Harry tidak perlu berduka kehilangan Mate karena belum pernah mendapatkannya. Hingga saat ini.

Harry telah menyadari keberadaan pria mungil itu tiga bulan yang lalu saat pria itu menghubungi rumahnya, berusaha untuk mewawancarainya. Biasanya permintaan semacam itu akan ia tolak, namun Harry mencari informasi mengenai Cyro di internet karena terserang rasa ingin tahu. Sejak saat itu, foto pria mungil ini menghantuinya dan membuatnya merasa perlu untuk mengawasinya dari jauh. Sampai malam ini, saat ia terpaksa berhadapan langsung dengannya.

Rambut ikal berwarna cokelat gelap yang menyentuh tengkuk lehernya disibakkan ke belakang menggunakan bandana. Membuat karakter wajahnya terlihat semakin mencolok. Mata hijaunya terlihat besar pada wajah pucat yang dihiasi sedikit bintik keemasan. Membuatnya terlihat seperti anak perempuan. Insting Harry menyuruhnya untuk meraih Cyro. Memeluknya. Menenggelamkan kepalanya ke belakang, merasakan lehernya, merasakan nadi pria mungil itu berdenyut di mulutnya saat ia menghisap kulit lembut yang terekspos. Memenuhi tangannya sendiri dengan kejantanan Cyro sementara ia menenggelamkan diri dalam kehangatan bagian intim Cyro.

Tubuhnya menggeram penuh kehidupan dan rasa lapar yang belum pernah ia rasakan. Dan Harry tahu dirinya tidak menginginkan hal itu. Tidak membutuhkannya. Ia bukan gay. Tak pernah tertarik ke salah satunya. Dan bayangan dirinya melakukan hal intim dengan laki-laki yang bukan Cyro membuatnya bergidik ngeri dan jijik.

Harry telah bertahan lama tanpa Mate dan bekerja dengan sangat baik. Ia tidak pernah menyukai kerumitan. Tidak saat ia hidup dan tentu saja tidak setelah ia mati. Lebih mudah baginya untuk menjaga jarak dari dunia kehidupan manusia, menjalankan tugas, dan menghilang dari ingatan orang-orang yang kehidupannya pernah ia sentuh.
 
Lebih baik sendirian. Tidak mengandalkan siapapun kecuali dirinya sendiri dan para Penjaga lain tentunya. Namun pria mungil ini harum. Segar. Begitu hidup.

Shampo wangi bunga anggrek yang ia gunakan menggelayutinya dengan cara yang menggoda dan ia ingin tahu apakah kulit Cyro akan semanis aroma tubuhnya yang menguar. Bibirnya yang bergetar seiring dengan hembusan napas yang menggangu dan matanya terlihat semakin besar, lebih lebar, saat menatap Harry. Warna pipinya yang merona dan bibir ranumnya yang mengkilap di bawah remangan cahaya mengirimkan sengatan tepat ke bagian inti tubuh Harry. Dan ia harus berusaha sekuat tenaga untuk menahan erangan yang menggumpal di tenggorokannya.

Apa pria mungil itu merasakan ikatan diantara mereka? Apa pria mungil itu menyadari apa yang akan terjadi?

“Siapa kau?” tanya Cyro pelan. Bisikkannya hampir lenyap ditelan kebisingan dari ruang sebelah.

Siapakah dirinya? Pertanyaan menarik. Hunter? Pejuang? Kesatria? Terlalu banyak jawaban dan terlalu sedikit waktu.

Harry melangkah mendekat, dan Cyro bergerak mundur hingga tertahan meja dapur di belakangnya. Cyro terkejut dan menjatuhkan karton es krim yang dipegangnya ke lantai. Cyro tidak akan paham. Tidak akan membayangkan dunia yang pernah dilalui Harry.

Mereka saling menatap lekat-lekat. Harry bergerak lebih dekat, menunduk, membiarkan aroma Cyro memenuhinya dengan aroma memabukkan, yang menyiraminya seperti anggur mahal. Jantungnya berdegup sangat kencang dalam dada.

Immortal (LGBT) {INCOMPLETE} [OLD VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang