Tubuh Cyro masih sedikit gemetar. Bahkan berendam dengan air hangat di bathtub super besar pun tidak terlalu membantu. Jubah mandi tebal dan mewah yang ia temukan di lemari kamarnya juga tidak memberi efek yang ia inginkan.
Cyro sempat menelepon keluarganya. Mungkin karena Harry menyinggung soal kerinduannya pada mereka, atau mungkin juga karena Cyro ingin kembali merasakan akal sehat dan logika. Sayangnya, berbicara di saluran telepon dengan ibunya—wanita yang paling logis di muka bumi—belum bisa meredakan segala kecemasan yang berkecamuk dalam dirinya.
Hawa dingin merayapi tubuhnya. Meskipun beberapa bagian tubuhnya terasa panas hingga membuatnya tidak bisa duduk dengan tenang. Itulah sebabnya ia berjalan mondar-mandir di kamar dan mencoba untuk tidak membayangkan ruangan besar ini sebagai sebuah sangkar emas. Bukannya Cyro tidak merasa demikian. Sejak Harry D’Vasquez memasuki hidupnya segala sesuatu di sekitarnya tidak sama lagi.
“Ya Tuhan…” Cyro mendesah sembari mengusap wajahnya dengan satu tangan dan menyibakkan ikal-ikal rambutnya—yang masih sedikit basah—ke belakang.
Meski hawa dingin yang menusuk tulang masih menyakitinya, Cyro membuka pintu besar yang mengarah ke balkon. Cyro tahu ini tindakan konyol, tapi berada di luar ruangan membuatnya merasa tidak terlalu sesak seperti dalam penjara. Tentu saja ini ilusi. Karena realita memang kurang menarik.
Betapa bodohnya dia yang merelakan dirinya untuk dibawa ke tempat ini tanpa tahu jalan keluar. Cyro tidak tahu cara membuka gerbang besi selamat datang raksasa milik Harry dan sangat yakin bahwa memanjatnya sama mustahilnya. Dan seandainya ia bisa menemukan cara untuk melewati gerbang itu, Cyro tidak memiliki kendaraan untuk ke kota. Dia juga tidak sudi untuk berjalan kaki menuruni bukit dengan jarak yang jauh.
Oh ya, datang ke sini adalah tindakanmu yang paling brilian, Cyro.
“Hunter. Iblis. Vampir. Mate. Omong kosong yang konyol.”
Mata Cyro menyipit ketika memandang lautan cahaya di ujung cakrawala. Ia butuh lebih banyak informasi. Dan bagaimanapun caranya, ia harus mengumpulkannya. Itu keahliannya. Menggali hingga ke bawah lapisan tersembunyi dari yang dipamerkan orang lain pada dunia. Namun saat ini, ia harus bisa menggali lebih dalam. Sembari melakukannya, Cyro juga bisa mencari informasi mengenai Dylan Brady, teman serumah Harry.
Cyro membawa laptop. Harry memberitahunya kalau kastil ini dilengkapi dengan layanan internet nirkabel (wifi). Kastil? Internet? Sungguh dua kata dan dua hal yang sulit untuk digabungkan dalam satu kalimat.
Meski nantinya ia tidak akan menemukan banyak informasi berarti, setidaknya Cyro sudah melakukan sesuatu. Menelusuri laman internet akan membuatnya sibuk untuk beberapa saat sehingga dia tidak perlu memikirkan kebersamaannya dengan Harry di atap beberapa waktu yang lalu.
Cyro mengusap-usap lengannya. Tatapan matanya beralih dari cakrawala ke dinding-dinding kastil yang diselimuti kegelapan. Ada… sesuatu di luar sana. Cyro mendesah melalui giginya yang sedikit bergemeletuk. Ia ingin melawan perasaan bahwa ia sedang diawasi. Ia tidak ingin menyerah pada ketakutan konyol tak berdasar. Semua ini tidak lebih dari sekedar imajinasi yang disebabkan oleh konglomerat barbar.
Tidak ada seorang pun di luar sana, Cyro. Tidak ada yang mengawasimu.
Lagi-lagi Cyro menggigil dan ia menjauh dari balkon. Tidak ingin terus-menerus merasa was-was, ia pun berbalik dengan langkah mantap. Menutup pintu di belakangnya dan bersiap untuk melakukan penyelidikan penting.
☆
Internet bisa membawa bencana. Cyro bersandar di kursi dan berusaha mengatur napas. Tidakan itu tidak membantu.
![](https://img.wattpad.com/cover/45354710-288-k563836.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Immortal (LGBT) {INCOMPLETE} [OLD VERSION]
Paranormal♠ SILAHKAN BACA VERSI REVISI YANG SUDAH TAMAT DI AKUN @ksnapdragon ♠ Ketika bertemu dengan Cyro Sexton, Harry D'Vasquez tahu bahwa ia akhirnya telah menemukan mate-nya. Setiap kali mereka bersama, ikatan diantara mereka berdua terjalin semakin erat...