XIV

1.4K 146 15
                                    

Berada sedekat ini dengan Cyro Sexton benar-benar menjadi pengganggu konsentrasi yang tidak sanggup Harry atasi. Namun, ia tidak memiliki pilihan lain. Iblis itu tidak berpindah tubuh. Hal itu membuat Harry bingung dan bertanya-tanya. Namun iblis itu sudah mulai bergerak lagi. Dan Harry tidak yakin apakah si vampir masih mendampinginya. Beberapa hari sudah berlalu sejak pembunuhan terakhir, dan hal itu akan membuat perburuan semakin sulit karena ketiadaan jejak energi.

Untuk saat ini, yang dapat ia lakukan hanyalah menempatkan Cyro di tempat yang menurutnya akan aman. Kastil miliknya. Ya, itulah satu-satunya tempat Cyro akan aman. Saat Harry memberitahu Cyro bahwa ia tinggal di kastil, pemuda itu berkomentar “Memangnya kau itu keturunan Raja atau apa?” dengan nada mencibir yang kentara.

“Sudah berapa lama kau tinggal di sini?” tanya Cyro kepada Harry ketika mereka melewati pagar besi yang menjulang tinggi.

“Cukup lama.” jawab Harry singkat. Ia tidak perlu memberitahu Cyro lebih jauh. Meskipun Harry memberitahunya, Cyro tidak akan percaya dan lagi, Harry benar-benar tidak ingin memberikan informasi lain pada Cyro.

Harry mengemudikan mobil melewati sebuah jalan berkelok menuju puncak bukit. Pohon-pohon berdaun lebat berjajar sepanjang jalan. Sudah berpuluh-puluh tahun Harry tinggal di kastil, hingga saat ini, ia terus berusaha agar rumor tentang kejanggalan dirinya tidak menyebar. Ia harus mengaku sebagai anak dari Harry D’Vasquez Sr. untuk menghindari kecurigaan. Keabadian adalah sesuatu yang menyenangkan dan diharapkan oleh begitu banyak orang. Namun sebagai kesatria abadi, akan mencurigakan jika Harry tinggal di suatu tempat terlalu lama dengan identitas yang sama. Maka dari itu, ia menyamar sebagai Harry D’Vasquez Jr. agar tidak ada yang bertanya-tanya.

Harry mematikan mesin mobil ketika sampai tepat di depan kastilnya. Namun, ia tidak langsung keluar dari mobil, ia justru mengalihkan pandangan ke Cyro yang sedang berusaha melepas sabuk pengaman.

“Dengar Cyro, jika kau menulis artikel tentang diriku, tempat tinggalku, atau apapun yang berkaitan denganku selama kau berada di sini, aku tidak akan senang. Aku akan menuntutmu, dan kantormu.”

“Oh! Betapa bersahabatnya sambutanmu.” cibir Cyro sembari menarik lepas sabuk pengaman yang menahannya, “Aku memang seorang jurnalis, tapi aku tidak berada di sini untuk bekerja.” tukas Cyro.

“Bagus kalau kita saling memahami.”

Mereka berdua pun keluar dari mobil.

“Aku akan membawakan barang-barangmu.” ucap Harry.

Such a gentleman.” Cyro memutar bola mata namun membiarkan Harry menenteng kedua duffel bag miliknya. Cyro mengamati sekeliling kastil lalu bersiul kagum. Matanya berbinar ketika memandangi kastil yang dibangun berpuluh-puluh tahun lalu itu.

Harry memandang Cyro yang memperhatikan kastilnya, lalu ia mencoba memandangi bangunan itu seperti yang Cyro lakukan. Dengan perspektif yang ia yakin Cyro lakukan. Harry sendirilah yang merancang arsitektur kastilnya. Menginginkan tempat tinggalnya terlindung dari dunia luar dan sesuai dengan seleranya.

Cyro menoleh pada Harry dan berkata “Kastil ini sungguh mengagumkan.”

“Terima kasih.” Harry mengangguk cepat dan mengulas senyum tipis.

Harry menuntun Cyro berjalan di jalan setapak menuju pintu ganda dari kayu ek.

“Ya Tuhan, aku tidak percaya aku belum pernah melihat foto kastil ini di mana pun. Majalah arsitektur pasti sangat menginginkan fotonya.” gumam Cyro. Harry melirik dari bahunya, matanya memincing.

“Ini kastilku. Tempat tinggalku. Bukan objek dari pemuas rasa ingin tahu manusia. Kau tidak akan menuliskan artikel tentang tempat ini, ataupun mengambil fotonya.” katanya penuh penegasan dan peringatan. Cyro memutar kedua bola matanya namun mengangguk paham.

Immortal (LGBT) {INCOMPLETE} [OLD VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang