Harry mendongakkan kepalanya dan raut wajahnya berubah kesal. Setiap indera di tubuhnya meneriakkan gong peringatan. Cyro melarikan diri. Dasar pria brengsek. Ia memfokuskan pikirannya pada Cyro. Mencoba untuk menggapai pikiran Cyro. Ketika ia berhasil menyusup masuk, Harry bisa merasakan kepuasan murni yang dirasakan Cyro karena berhasil mengelabui Dylan.
‘Kembalilah.’ perintah Harry. Memaksa Cyro untuk mendengarkan perintah itu di dalam pikirannya. Cyro sedang menikmati kebebasan di luar sana. Pria itu telah meninggalkan kastil. Meninggalkan perlindungan Harry. Meskipun Harry mengakui dirinya merasakan sedikit kekesalan bergejolak, tapi ia cukup bangga. Kenyataan bahwa Cyro berhasil mengecoh Dylan—jujur saja itu bukan usaha yang mudah—dan pria itu berhasil membawa kabur salah satu mobil Harry. Ternyata Cyro cukup mahir dan lihai, melebihi dugaan Harry.
Cyro—yang masih belum puas dengan kebebasan sesaat—mengabaikan peringatan dan perintah batin Harry. Sadar bahwa dirinya diabaikan, kekesalan Harry berubah menjadi kemarahan. Harry melihat melalui mata Cyro. Melihat pemandangan di sekitarnya mengabur karena mobil yang Cyro kemudikan bergerak dengan kecepatan tinggi. Ia tahu persis keberadaan Cyro. Pria itu sudah mencapai kaki bukit, hendak keluar ke jalan raya yang menuju kota.
Bagaimana cara pria itu sehingga bisa lepas dari pengawasan Dylan? Kenapa pria itu ingin melarikan diri? Harry mengira mereka berdua sudah saling memahami satu sama lain. Ia mengira Cyro sudah memercayainya saat Harry memberi tahu bahaya yang masih mengintai di sekeliling pria itu.
‘Boy,’ Harry kembali berbisik di pikiran Cyro, ‘kau menguji kesabaranku.’
‘Enyahlah, Harry.’ balas Cyro yang kemudian diikuti keheningan yang pekat di pikiran Harry. Ia mengeluarkan geraman marah saat menyadari bahwa Cyro telah menutup pikirannya. Entah bagaimana caranya pria itu bisa tahu cara memblokir pikiran Harry.
“Brengsek, Cyro. Kenapa kau tidak pernah mau mendengarkan ucapanku.” gerutu Harry sembari menyusuri jalanan bukit yang penuh semak-semak dan udara berbau debu. Seharusnya ia bercinta dengan pria itu. seharusnya Harry bisa menempa hubungan yang telah terjalin di antara mereka menjadi sesuatu yang lebih solid. Ini adalah salahnya. Harry masih saja ragu-ragu untuk memanfaatkan Cyro sepenuhnya. Jauh di lubuk hatinya, ia khawatir akan ada hal lain yang muncul melebihi perasaannya pada Cyro dan Harry enggan untuk mengakuinya. Cyro membuatnya sedikit takut. Bukan karena pria itu menakutkan, tapi lebih kepada perasaan yang bergejolak di dalam dirinya setiap kali pria itu berada di sekitanya. Suaranya. Tatapan matanya. Seluruh dirinya membuat Harry takut.
Harry sudah pernah tenggelam dalam pikiran Cyro dan merasakan seperti apa rasanya hidup yang sesungguhnya. Untuk mengenal kasih sayang, kegembiraan, kepedulian, dan sakit hati. Gejolak pikiran dan jiwa Cyro yang penuh warna tidak bisa ditolak oleh Harry yang sudah hidup selama ratusan tahun tanpa apa pun kecuali kehampaan karena ia tidak pernah membiarkan dirinya memiliki ikatan dengan manusia fana lainnya.
Cahaya bulan yang lembut menyentuh lapisan awan di langit. Bayangan yang terbentuk membias di hadapan Harry dalam bentuk bayang-bayang panjang dan berubah-ubah. Dari kejauhan percikan pikiran seseorang tak sengaja menyapu pikiran Harry dan ia pun menghentikan langkahnya tiba-tiba. Kerikil dan tanah di bawah tapak sepatunya bergerak meluncur menuruni bukit secara perlahan.
Iblis.
Pikiran makhluk itu sehalus bisikan. Tapi Harry tahu pikiran iblis itu yang tidak sengaja bergesekkan dengan pikirannya menunjukkan kegembiran, kesenangan dan kemenangan. Pikiran-pikiran itu membanjiri benak Harry seperti tumpahan minyak di laut lepas. Entah karena apa. Kemungkinan terbesarnya mungkin iblis itu berhasil menemukan mangsa baru. Atau mungkin karena sampai saat ini Harry masih belum bisa melacak keberadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Immortal (LGBT) {INCOMPLETE} [OLD VERSION]
Paranormal♠ SILAHKAN BACA VERSI REVISI YANG SUDAH TAMAT DI AKUN @ksnapdragon ♠ Ketika bertemu dengan Cyro Sexton, Harry D'Vasquez tahu bahwa ia akhirnya telah menemukan mate-nya. Setiap kali mereka bersama, ikatan diantara mereka berdua terjalin semakin erat...