Cyro memutus koneksi internet dan menutup laptopnya. Baru dua hari ia tinggal di hotel, tapi rasanya seperti dua tahun. Kamarnya sangat sempit. Dia bahkan tidak dapat mondar-mandir dengan bebas. Ia merasa berada dalam kurungan, namun ia juga tidak dapat melarikan diri.
Apakah keadaan ini akan terus berlanjut sejak saat ini? Apakah ia akan terus hidup dalam ketakutan? Cyro sama sekali tidak menyukai itu. Tidak menyukai perasaan tak berdaya dan seakan berada di ujung tanduk. Ia tidak ingin menjadi orang yang selalu bersembunyi dari kehidupan hanya karena teror yang mungkin akan terjadi.
Namun, Cyro memang telah melewati situasi yang hanya pernah dialami beberapa orang. Pembunuh pernah memasuki rumahnya. Membunuh dua orang temannya dan membuat salah satu temannya bersembunyi. Pembunuh yang sebenarnya bisa membunuhnya juga, seandainya Harry tidak memperingatkannya malam itu.
“Kenapa pembunuh itu tak mencariku?” tanyanya tidak pada siapapun di ruangan yang kosong itu. Cyro mengambil pensil, mengetukkan bagian pangkalnya di tumpukan kertas. Suara ketukan yang timbul terdengar seperti detak jantung orang lain dan ia cukup putus asa hingga berpura-pura percaya bahwa itu memang detak jantung seseorang. Lebih baik daripada harus merasa sendirian. Ia tidak ingin merengkuh perasaan terkukung yang menekannya ini.
Cyro menggeleng, melempar pensilnya, dan berusaha memahami alasan ia bisa selamat malam itu. Apakah benar hanya karena dia mengindahkan peringatan Harry? Apakah hanya dengan bersembunyi dan mengunci pintu kamar benar-benar menyelamatkannya? Atau memang target pembunuhan hanyalah kedua temannya yang jelas-jelas perempuan?
Memang ada orang-orang aneh di dunia ini. Cyro menyadari hal itu. Sebagai seorang jurnalis, ia telah menuliskan banyak kisah mengenai orang-orang seperti itu. Jess dan Mary adalah model yang cukup ternama, bukankah hal itu saja sudah cukup untuk membuat penguntit menjadikan mereka target? Mungkinkah Bryan hanya terkena imbasnya? Berada di tempat yang salah dan pada waktu yang tidak tepat? Benarkah hal itu yang membuat Bryan melarikan diri? Ataukah ada alasan lain? Alasan yang tidak logis?
“Ya Tuhan…” lirih Cyro. Ini tidak membantu. Ia tidak dapat menyelesaikan apapun dan itu memmbuatnya gila. Cyro terbiasa melakukan sesuatu. Bekerja. Menggali peristiwa dan menganalisisnya dari berbagai sudut pandang.
Diletakkannya satu tangan di atas tumpukan kertas kerja di atas meja. Printer portabelnya sangat sibuk dua hari belakangan ini. Cyro mencari nama Harry D’Vasquez di internet dan mengikuti setiap petunjuk yang muncul. Selalu ada sumber informasi untuk digali. Selalu ada rahasia untuk disibak. Selalu ada kebenaran untuk diungkap.
Namun, melebihi keterkejutannya, ia hanya menemukan sedikit sekali informasi mengenai pria penyendiri itu dan jelas saja membuatnya kecewa. Tidak ada informasi mengenai keluarganya. Dimana dia lahir atau dibesarkan. Bagaimana jalan kehidupannya. Ataupun bagaimana ia bisa mendapatkan kekayaannya.
“Namun sisi positifnya,” gumam Cyro sambil berdiri ke arah jendela hotel yang lebar, “tidak ada yang menyebutkan bahwa ia seorang pembunuh”. Cyro berusaha keras dan sebisa mungkin mendalami pencariannya, namun dia tidak menemukan informasi mengenai masalah gangguan kejiwaan, kejahatan masa lalu, kasus hukum… tidak ada apapun.
Kenyataan itu membuat dirinya, sebagai seorang jurnalis, kesal. Ia percaya bahwa selalu ada informasi. Selalu. Orang tidak akan bisa menjalani hidup tanpa meninggalkan jejak. Namun, anehnya, Harry D’Vasquez mampu melakukannya.
Cyro menyibakkan ujung tirai yang selalu ia tutup rapat dan dengan rakus memandangi dunia luar. Seperti tahanan yang dikeluarkan dari sel dan mendapat kesempatan untuk berada di halaman terbuka selama satu jam. Matahari terbenam dan memberi warna langit dengan kilau merah keemasan.
Di suatu tempat di luar sana, sang pembunuh menjalani hidupnya. Mungkin duduk di restoran menikmati hidangan mewah sambil menyesap anggur terbaik. Atau terjebak diantara kemacetan jalan raya. Atau tengah duduk di bioskop menikmati film action terbaru. Bahkan mungkin tengah merenungkan pembunuhan yang dia lakukan. Menikmati kenangan itu. betapa menjijikkannya hal itu. Membuat perut Cyro seakan ditinju hingga membuatnya ingin mengeluarkan isi perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Immortal (LGBT) {INCOMPLETE} [OLD VERSION]
Paranormal♠ SILAHKAN BACA VERSI REVISI YANG SUDAH TAMAT DI AKUN @ksnapdragon ♠ Ketika bertemu dengan Cyro Sexton, Harry D'Vasquez tahu bahwa ia akhirnya telah menemukan mate-nya. Setiap kali mereka bersama, ikatan diantara mereka berdua terjalin semakin erat...