Rintik gerimis membasahi bagian belakang bangunan Derana yang sudah bersih sempurna. Tidak ada lagi dua tiga cangkir porselen berwarna hijau kukus dengan sisa-sisa serbat jahe yang terbengkalai di atas meja kayu di dekat pohon ketapang kencana karena sudah habis isinya direguk oleh Azizi Asa dan dua orang laki-laki yang konon adalah pemasok bawang putih bagi usaha kuliner yang tengah pria itu rintis sedikit demi sedikit.
Di berandanya yang sedikit basah karena terkena tempias air hujan yang sempat melebat beberapa jam lalu, Christy duduk di salah satu bangku rotan di dekat meja berbentuk bundar sambil menghidu hangatnya aroma teh jahe yang dia seduh lima menit lalu. Perempuan itu menikmati setiap tetes gerimis yang tersisa dari posisinya saat ini, menikmati bagaimana lembut aroma tanah dan kerikil-kerikil kecil yang tadi bersusah payah menyerap serdadu-serdadu langit dengan daya kuasa yang tak seberapa, mencari tenang dari wanginya angu serta desau angin yang menyelusup di balik dedaunan rindang yang menghias halaman belakang restoran kecil milik sang suami.
Namun sayangnya, sekeras apa pun ia berusaha menikmati gerimis yang menyapu kota sore ini dan mencari tenang dari setiap tetesnya yang tersisa, pikirannya tetap tak dapat berhenti berkelana. Ada sesuatu yang menekan dadanya sejak dua minggu lalu, tetapi ia tidak dapat memberinya nama. Bahkan setelah ia mengunjungi makam mendiang Bunda, menata batu-batu kecil di sekitar pusaranya, dan menggumamkan doa panjang di sana, kegelisahan ini tetap saja tak kunjung ingkah. Justru, menurut Christy, dia makin beranak pinak, menyebar tidak hanya di seisi dada, tetapi ke mana-mana, ke seluruh sistem saraf yang dipunyanya.
Kepala Christy perlahan menunduk, telapak tangan kanannya yang bebas menempel di atas perut yang mulai sesak karena keberadaan bayi yang terus berkembang di dalam sana. Tepat di detik itu, sebuah gerakan kecil terasa dari dalam rahimnya. Kedutan yang tidak terlalu kuat, tetapi cukup untuk membuatnya menggigit bibir bawah. Rasa nyeri menyelinap di bawah lapisan kulit karena tendangan—atau malah tinjuan—dari bayinya tepat mengenai tulang rusuk.
Perempuan itu mendesah kecil. Tangannya mengusap lembut perutnya yang membulat. "Pelan, Nak..." bisik Christy seakan bayi yang bersemayam di dalam rahimnya dapat memahami lirih suara yang ia keluarkan.
"Kenapa belum masuk?"
Suara berat itu datang bersamaan dengan sensasi hangat yang tiba-tiba menyelimuti bahu. Christy menoleh dan menemukan Azizi tengah berdiri di belakangnya, menyampirkan sweater ke tubuhnya dengan gerakan perlahan. Tatapan pria itu terlihat lembut, tetapi sedikit menyelidik, seolah berusaha mengurai isi kepala Christy yang masih berkabut.
"Lagi mikirin apa sampai masih betah di luar, hm?" tanya Azizi lagi sambil duduk di kursi kosong di sebelahnya. Mata kelabu lelaki itu menyipit sedikit, menandakan kekhawatiran yang tidak ia utarakan langsung.
Sebagai jawaban, Christy pun menggeleng pelan. "Enggak mikirin apa-apa," ujarnya singkat, lalu menarik pelan lengan Azizi supaya duduk lebih dekat. Begitu suaminya menurut, Christy menyandarkan kepalanya di bahu lelaki itu, lalu menggenggam tangannya dan mengarahkan ke perutnya. Tangan mereka saling menangkup perut itu, merasakan gerakan kecil yang masih tersisa.
Tidak seperti biasanya di mana Azizi akan langsung merasa takjub dan tak lagi mampu membagi fokus pada hal lain selain gerak-gerak kecil sang bayi, kali ini Azizi justru memilih untuk menatap Christy lekat-lekat menggunakan bola matanya yang berwarna kelabu, keningnya sedikit berkerut. Ada sesuatu yang berbeda dari Christy sore ini, tetapi ia tidak tahu apa. Seperti sesuatu yang ganjil, sesuatu yang... bukan istrinya sekali. Namun, lagi-lagi, Azizi pun seolah kehabisan kata untuk menamai setiap perbedaan yang ditunjukkan Christy belakangan ini.
Christy yang menyadari bahwa sejak tadi Azizi justru memandangnya pun jadi mengalihkan tatap. Dia tatap suaminya sambil mempersempit pandangan mata sebelum melempar suara, "kok, malah ngelihatin aku? Ini lho, anak kamu lagi nendang-nendang di perut."
![](https://img.wattpad.com/cover/353380268-288-k947133.jpg)