19 tahun silam...
Rumah Sakit Premiere Gangnam
Dengan menggunakan taksi, Dalam waktu kurang dari 30 menit, Yoongi berhasil membawa Seokhan yang kesakitan ke salah satu Rumah Sakit elit di kawasan Gangnam yang memang menjadi langganan tempat berobat keluarga sahabatnya itu.
"Sudah berapa lama gejalanya?" Tanya seorang dokter ketika mereka sudah berada di dalam Ruang Unit Gawat Darurat.
"Baru aja sih, dok" jawab Yoongi.
"Makanan apa yang baru di makan?"
"Tadi ga makan apa-apa, kok. Cuma temen saya ngeluh sakit di perutnya pas dia abis minum teh hijau hangat"
"Ada keluarganya?"
"Masih di perjalanan. 10 menit lagi Papa Mamanya sampai"
Sayangnya, jawaban Yoongi hanya menjadi angin lalu karena perhatian dokter tersebut harus tersimpangkan ketika tiba-tiba Han mulai memuntahkan isi perutnya kearah lantai. Pertolongan medis pun segera diberikan.
Hingga sekitar 15 menit kemudian, ...
"Han, jangan gini dong nak. Diinjeksi dulu ya? Supaya radangnya ga sakit" ucap Rami, ibu kandung si kembar.
Wanita itu dibuat sangat panik karena ulah Han yang hanya mau mendapatkan infus cairan namun menolak suntikan injeksi untuk lambungnya.
"Ayo dong Han, Biar sembuh sakitnya" Bujuk Yoongi sambil mengusap-usap lembut bahu Han untuk berupaya menenangkan.
"P-papa bebasin Jin dulu. Ke-keluarin dia d-dari kamar. B-biarin Jin pergi.." ucap Han sambil meringkuk menahan sakit seraya menatap tajam Kim Seokhyun, Papanya.
"Kamu ga ada hak buat atur-atur Papa. Pikirin aja dulu diri kamu sendiri. bukan adek kamu yang keras kepala itu!" Tegas Seokhyun dengan wajah meradang.
"Seokjin ga salah, Pa! Diseretpun buat ambil jurusan komputer juga ga akan bisa!"
"Kalo perlu Papa seret adek kamu"
"P-pa, Seokjin itu juga anak Papa. Gi-gimana kalo dia sampe berbuat nekat dalem k-kamar karena udah putus asa?"
"Han, kalopun Jin ga mau kuliah bareng kamu, seenggaknya ga boleh ada keturunan Papa yang pacaran sama anak tukang sayur!"
"P-papa mau lihat a-aku mati?"
PLAK!
Tangan kekar itu menampar keras pipi Seokhan membuat Yoongi dengan cepat menahan tubuh lemah Han agar tidak terhuyung.
"BEBASIN SEOKJIN, PA! B-BIARIN DIA NGEJAR MIMPINYA! CUKUP AKU AJA! AKU YANG BAKAL NURUTIN APAPUN KEMAUAN PA-..."
Belum usai pekikan Seokhan, remaja itu kembali memuntahkan isi perutnya yang kini hanya berupa cairan berwarna pekat. Tanda bahwa seluruh isi perut Seokhan sudah terkuras habis.
"Pa, Turutin aja maunya Han. Lebih baik kita kehilangan Jin daripada kamu kehilangan dua anak kamu. Pikirin masa depan bisnis kamu!" ujar Rami dengan gundah.
"Pak Seokhyun, anak bapak harus segera diinjeksi. Berbahaya kalau seperti ini terus" tegas dokter yang menangani Han.
Dengan mimik penuh kebimbangan, Kim Seokhyun akhirnya memilih menerima apa yang dia sebut sebagai 'kekalahan'.
Pria itu mengambil ponsel dari saku setelan mahalnya lalu menelepon seorang asisten rumah tangga yang ada di rumah untuk memerintahkan Seokjin agar pergi dari rumah sore itu juga.
Tak cukup disitu, Seokhyun lalu melempar ponselnya kearah Han dan meminta putranya itu untuk melihat sendiri dari rekaman CCTV rumah dimana beberapa menit kemudian terlihat Seokjin pergi meninggalkan rumah dengan membawa tas ransel sekolahnya dan satu koper kecil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tuna Kimbab
FanfictionSelamat datang di Tuna Kimbab! Tersedia aneka hidangan dengan racikan bumbu yang unik yang akan membawa cerita rasa yang istimewa. Psstt....ada banyak cerita yang mau aku bagi bersama kamu disini - Jungkook