21.

246 47 3
                                    

                Tiap lembaran catalog sample intimate wedding dari wedding organizer yang dipilihkan oleh Jaemin, dibalik perlahan oleh Y/n untuk menemukan yang paling cocok.

Y/n mengerutkan kening beberapa kali, seperti berpikir keras mengenai tema yang belum juga dia tentukan sejak setengah jam yang lalu.

"Kau sudah memilih?"

Beberapa helai rambut panjang Y/n menutupi sebagian wajah cantik wanita itu. Jaemin mengulurkan tangannya untuk menyelipkan anak rambut Y/n ke belakang telinga agar dirinya tetap bisa memandangi.

Y/n mengangguk ragu. Dia menunjuk salah satu sample dengan tema garden. Kemudian berbicara pada penanggung jawab wedding organizer mereka.

"Aku mau tema garden seperti ini. Tapi aku tidak mau di outdoor yang terlalu terbuka."

Pria yang menjadi lawan bicara itu menganggu. "Kalau seperti itu bisa ada beberapa pilihan tempat yang cocok. Misalnya-"

"Aku sudah punya tempat yang aku inginkan," Y/n menyela, kali ini manik sewarna musim gugur itu tertuju pada calon suaminya sendiri, "rumah kaca tempat yang bagus 'kan?"

Seandainya Jaemin tidak pandai dalam mengontrol respon terhadap sebuah percakapan yang dilempar padanya.

Jelas pada detik ini, mungkin dia tidak akan menunjukan senyum tipis dan anggukan kecil sebagai jawaban mengiyakan pertanyaan Y/n.

Rumah kaca, katanya.

Tamparan kuat yang wanita itu berikan, sebagai bentuk paksaan untuk mengingat kembali akan hari di mana petaka hubungan tak kasat mata antara Jaemin, Renjun dan Jeno di mulai.

Ah, benar.

Jaemin melewati batas. Hampir mengira hubungan mereka bisa diperbaiki dengan ajakan menikah yang Y/n tawarkan padanya.

Padahal hubungan ini adalah bentuk perjudian dari ajang pembalasan.

Yang masih meraba siapa kah pemenangnya.

"Ada lagi yang kau inginkan, sayang?"

Y/n mengangguk. Dia menggenggam tangan Jaemin yang berada di atas meja. "Aku ingin undangan pernikan kita berbentuk surat bewarna merah mudah yang ditulis tangan."

Untaian kalimat manis yang dibubuhkan pada kertas merah muda.

Surat cinta yang pernah wanita itu buat untuk cinta pertamanya. Yang tidak pernah sampai ditangan si penerima.

"Lalu... aku ingin dekorasi di penuhi bunga tulip merah."

Penanggung jawab yang sedari tadi mencatat keinginan clientnya, mengulum senyum. Tanpa tau apa yang terjadi, dia menyahuti omongan Y/n. "Tulip merah? Pilihannya bagus sekali, menggambarkan perasaan mendalam untuk orang yang dicinta."

Pegangan tangannya menguat. "Benar, aku sangat mencintainya."

Jaemin melihat bayangannya sendiri di mata indah wanita itu.

Tapi ungkapan cinta itu, jelas bukan untuknya.

Tulip merah sewarna darah dengan akar kuat yang bernama dendam. Serbuk sarinya beracun.

"Aku juga sangat mencintaimu."

Tapi si bodoh ini tetap sudi mencium aroma yang dapat mematikannya perlahan.

|||

Bondage

Venuskinsa Fanfiction 2024

Bondage » Dark Side SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang