"Aku sudah meneleponmu ratusan kali dan juga mengirimkanmu pesan lebih banyak dari pada sambungan telepn yang aku lakukan. Tapi tidak ada satu pun yang kau angkat, apa lagi membalas pesanku."
Omelan hiperbola itu hanya menimbulkan helaan napas lelah keluar dari bibir Y/n.
Dia melepaskan jaket dan menaruh tas jinjingnya di sofa apartemen. Duduk manis di sofa yang sama pula, menganggap omelan Gyuvin bukan suatu hal yang perlu ditanggapi dengan serius.
Tangan Y/n mengadah ketika Gyuvin duduk di sampingnya. "Kemarikan kunci duplikat apartemenku. Jangan masuk ke sini lagi sembarangan."
Gyuvin melirik sekilas tangan kecil wanita itu, dia meraih tangan itu tanpa memberikan yang Y/n minta.
"Aku khawatir karena kau tidak juga memberikan kabar."
"Kau bukan seseorang yang harus aku berikan kabar. Hubungan kita hanya dilandasi saling menguntungkan, bukan saling mencintai."
"Iya kau benar. Justru karena aku partnermu dalam hal saling menguntungkan seperti yang kau bilang. Aku juga perlu tau apa yang kau lakukan jika menyangkut tiga orang yang menjadi target kita. Kau dan emosimu yang meluap-luap itu, bisa membuatmu gegabah dan mungkin merugikan kita yang membuat jebakan itu sendiri."
Y/n melepaskan genggaman tangan Gyuvin darinya. Dia merogoh tasnya dan mengeluarkan dua kaleng beer dari sana. Membuka keduanya terlebih dulu, sebelum menaruhnya di atas meja depan sofa.
"Tidak akan. Aku tidak sebodoh itu."
"Lalu dari mana kau semalam?"
"Dari mana lagi memangnya? Tentu saja aku ada di rumah Jaemin." Y/n mengedikan bahu, dia meneguk sedikit salah satu beer itu. "Belakangan ini aku rutin tidur dengannya."
Dahi pria yang menjadi lawan bicara Y/n itu mengerut, dengan mulut yang sedikit terbuka menunjukan sedikit keterkejutannya.
Ini tidak termasuk dalam rencana mereka.
Improvisasi yang wanita itu lakukan, agak berlebihan.
"Kenapa harus berkali-kali kau melakukan itu dengannya?" Inotasi dalam tiap kata yang keluar kian meninggi.
Y/n membalasnya dengan ketenangan yang sama. "Sudah aku bilang, aku tau apa yang aku lakukan."
"Apa kau tidak berpikir yang kau lakukan itu diluar batas?!"
"Tidak."
Dengusan kesal itu berasal dari Gyuvin. Dia mengacak rambutnya yang sejak awal memang sudah berantakan. Kembali lagi dia meluapkan sedikit emosinya.
"Oh... apa mungkin kau melakukannya karena kau menyukainya? Kau suka disentuh Jaemin? Orang yang jelas-jelas pernah memperkosamu, membunuh orangtuamu dan juga membunuh Hanbin yang katanya paling kau cintai itu?"
"Iya."
Tas jinjingnya yang berada di tengah, menjadi pembatas antara dirinya dan Gyuvin, dia lempar ke sembarang arah.
"Kalau aku bilang aku suka disentuh Jaemin bagaimana? Atau semisal aku bilang aku juga rindu disentuh Renjun dan Jeno. Apa itu akan jadi masalah untukmu?"
Y/n menantang dengan kalimat sarkasnya.
Dia menghadapkan tubuhnya ke Gyuvin yang duduk di sampingnya. Perlahan sekali dengan gerakan yang lambat, Y/n mendekati pria itu, mencondongkan tubuhnya pada Gyuvin.
"Kenapa? Kau iri pada mereka? Kau ingin menjadi salah satu dari mereka?"
Entah sengaja atau tidak.
Tangannya yang berada di sandaran sofa, menumpahkan minuman yang masih tersisa di kaleng, ke bahu pria itu, sehingga baju yang Gyuvin kenakan basah dan mencetak jelas tubuhnya yang berada di balik kaos putih yang dia pakai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bondage » Dark Side Series
Hayran KurguDark Side Series WARNING! Rating 24+ Rape, Mature, Angst 🚫Not Children *** 10 tahun sudah berlalu sejak hari di mana dirinya menjadi korban pemerkosaan oleh tiga lelaki yang bahkan tidak begitu dikenalnya. Karena strata sosial yang tinggi. Ketigany...