20. ☰ ☱ ☲ ☳

535 63 9
                                        

Vote + komen sebanyak-banyaknya karena ini update terakhir, saya mau istirahat sebentar teman-teman. Jangan khawatir, bulan depan saya balik lagi.

༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶

Bapak Jamal melangkah keluar dari gedung sekolah dengan langkah mantap. Di sampingnya, ketiga anaknya—Nagendra, Vijendra, dan Nalendra—mengikutinya dengan wajah yang sedikit lebih santai dibandingkan sebelumnya. Sidang mendadak yang diadakan sekolah untuk membahas rumor tentang Cofa akhirnya selesai. Para wali murid sudah berdatangan, dan kebenaran pun sudah terungkap.

Bapak Jamal, yang sejak awal tetap percaya pada anak-anaknya, kini bisa menghela napas lega. Dia melirik ketiga putranya dengan tatapan tegas, seperti biasa. Namun, setelah beberapa detik, garis keras di wajahnya melunak, berganti dengan senyum samar.

"Jadi semua ini cuma rumor kosong," katanya, suaranya berat namun penuh ketenangan.

Nagendra, yang masih sedikit kesal dengan kejadian tadi, mengangguk sambil mendengus pelan. "Dari awal juga udah dibilangin," gumamnya.

Vijendra, yang berdiri dengan tangan di saku, hanya mengedikkan bahu. "Tapi yang nyebar hoax udah kena batunya, kan?" katanya dengan nada santai.

Nalendra menoleh ke arah abangnya. "Ya, tapi gara-gara itu kita jadi harus ikut sidang mendadak," keluhnya. "Gue udah kebayang mau tidur siang, tau-tau harus duduk lama dengerin guru-guru ngomong."

Bapak Jamal tertawa kecil mendengar keluhan bungsunya itu. "Yah, anggap aja latihan kalau nanti kamu harus ikut rapat-rapat penting."

Ketiganya saling bertukar pandang, sebelum akhirnya tertawa pelan. Setidaknya, setelah semua yang terjadi hari ini, mereka masih bisa menemukan sedikit hiburan.

"Udah, kita pulang aja," kata Bapak Jamal akhirnya.

Namun, sebelum mereka sempat melangkah lebih jauh, Nalendra tiba-tiba mengangkat tangan. "Eh, aku nggak bisa pulang sekarang, Dad," katanya buru-buru. "Gue ada urusan," lanjutnya menatap Nagen dan Vije.

Nagendra dan Vijendra langsung menoleh bersamaan.

"Urusan?" ulang Vijendra sambil menyipitkan mata curiga.

"Bukannya tadi lo bilang mau tidur siang, dek?" tambah Nagendra dengan ekspresi tertarik.

Nalendra menggaruk tengkuknya, sedikit canggung. "Iya, tapi… gue ada janji mau ketemu Jaeve dulu," jawabnya, berusaha terdengar biasa saja.

Dalam hitungan detik, suasana di sekitar mereka berubah drastis.

Nagendra dan Vijendra langsung bersiul pelan, sementara senyum jahil mulai muncul di wajah mereka. Bahkan Bapak Jamal pun menaikkan alisnya dengan ekspresi penuh minat.

"Ohooo…" Vijendra menyilangkan tangan di dadanya. "Mau ketemu Jaeve, ya?"

"Berduaan?" Nagendra menambahkan dengan nada menggoda.

Nalendra mendengus kesal. "Biasa aja kali, gue cuma mau ketemu doang."

"Tapi lo bela-belain nggak pulang," Nagendra menyenggol bahu adiknya. "Kayak penting banget gitu."

Bapak Jamal, yang sejak tadi hanya mendengarkan, akhirnya tertawa kecil dan mengeluarkan dompetnya. "Kalau gitu, ini buat kamu," katanya sambil menyerahkan sebuah kartu pada Nalendra.

Nalendra menerima kartu itu dengan bingung. "Apaan, Dad?"

"Itu kartu buat seharian," jelas Bapak Jamal sambil tersenyum. "Jajanin Jaeve yang banyak. Ajak dia ke tempat seru. Kamu udah kerja keras hari ini, jadi boleh lah quality time."

𝐂𝐨𝐟𝐀√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang