Pagi ini, suasana rumah Vije lebih ramai dari biasanya. Suara khasnya yang bersemangat menggema di dapur, membuat Bubu yang sedang menyiapkan bekal menoleh dengan alis terangkat.
"Bubuuu, hari ini bekel nasinya ditambahin ya! Pokoknya harus lebih banyak dari biasanya!" ujar Vije dengan nada penuh keyakinan.
Bubu, yang sudah terbiasa dengan permintaan aneh anaknya, hanya menatapnya dengan ekspresi setengah penasaran. "Tumben. Biasanya juga kalau dikasih banyak, ujung-ujungnya malah kamu tinggal."
Vije tertawa kecil sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ehehe, kali ini beda! Soalnya Dana udah masuk sekolah lagi!"
Bubu menghela napas dengan senyum tipis. "Oalah, jadi ini spesial buat Dana?" tanyanya sambil tetap menyiapkan bekal.
"Bukan spesial sih, tapi ya... spesial juga sih. Pokoknya harus ada lebih! Siapa tahu nanti dia nggak sempat sarapan."
Bubu menggeleng pelan tapi tetap menuruti permintaan anaknya. Setelah memastikan bekalnya siap, Vije segera berangkat ke sekolah dengan langkah ringan dan semangat menggebu. Sesampainya di sekolah, semesta seolah mendukungnya. Saat ia melangkah melewati gerbang, matanya langsung menangkap sosok yang ia nantikan. Dana baru saja turun dari ojek online, tampak sibuk membenahi tali tasnya sambil sedikit menggeliat meregangkan badan.
Vije tak membuang waktu. Dengan kecepatan penuh, ia langsung menghampiri Dana, tangan terangkat seperti orang yang baru melihat kawan lama setelah bertahun-tahun berpisah.
"ADINDA! AKHIRNYA ENGKAU KEMBALI BERSEKOLAH!" serunya dramatis.
Dana yang belum sepenuhnya sadar akan keberadaan Vije langsung terkesiap. Wajahnya merona seketika, dan tanpa berpikir panjang, ia langsung menutup mukanya dengan kedua tangan.
"Jangan bikin malu!" gerutunya di balik telapak tangan yang menutupi wajahnya.
Vije tertawa, menepuk dadanya sendiri dengan bangga. "Malu kenapa? Harusnya bangga dong ada yang menyambut dengan penuh kehangatan!"
Dana menurunkan sedikit tangannya, menatap Vije dengan lirikan sebal. "Hadeh, mulut lo tuh nggak bisa lebih pelan dikit, ya?" udah kayak tarzan.
Vije hanya menyeringai, melangkah lebih dekat di samping Dana. Mereka berjalan beriringan menuju kelas, dengan Vije yang tampak mencoba merangkul Dana, tapi selalu diurungkan setengah jalan.
Pertama, ia mengangkat tangannya sedikit, tapi buru-buru menariknya kembali.
Kemudian, ia mencoba lagi, tetapi di detik terakhir ia mengurungkan niatnya.
Tapi dalam hati, keinginan untuk merangkul itu tetap ada.
Akhirnya, setelah tarik-ulur yang hampir menggelikan, Vije memberanikan diri untuk benar-benar merangkul Dana. Namun, baru beberapa detik menikmati momen itu—
BRUKK!
Mereka berdua tiba-tiba terseruduk sesuatu dari belakang, membuat tubuh mereka sedikit terdorong ke depan.
"WOY!!" Vije refleks berseru sambil menoleh ke belakang.
Sementara Dana yang kehilangan keseimbangan hampir saja jatuh, tapi secara refleks, ia malah menggenggam tangan Vije dengan erat. Pelaku utama tabrakan ini tidak lain adalah Nalen, yang tampak ngos-ngosan setelah lari-larian di koridor. Ia menatap mereka berdua dengan mata berbinar penuh antusias.
"WOAH! DANA! VIJE! PEGANGAN TANGAN!" seru Nalen heboh.
Dana dan Vije baru sadar bahwa tangan mereka masih bertaut. Mereka berdua otomatis melepasnya, tetapi terlambat. Nalen sudah berteriak lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐨𝐟𝐀√
Fiksi Remaja{𝐉𝐚𝐤𝐞𝐬𝐞𝐮𝐧𝐠, 𝐉𝐚𝐲𝐡𝐨𝐨𝐧, 𝐒𝐮𝐧𝐰𝐨𝐧} 𝐇𝐞𝐞𝐬𝐞𝐮𝐧𝐠/𝐍𝐚𝐠𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 : 𝐝𝐨𝐦 𝐨𝐫 𝐬𝐮𝐛 𝐉𝐚𝐤𝐞/𝐉𝐞𝐫𝐢𝐜𝐨 : 𝐝𝐨𝐦 𝐉𝐚𝐲/𝐕𝐢𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 : 𝐝𝐨𝐦 𝐒𝐮𝐧𝐠𝐡𝐨𝐨𝐧/𝐃𝐚𝐧𝐚𝐝𝐲𝐚𝐤𝐬𝐚 : 𝐬𝐮𝐛 𝐒𝐮𝐧𝐨𝐨/𝐍𝐚𝐥𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 : 𝐝...
