Setelah selesai belajar di perpustakaan, Jaeve dan Nalen memutuskan untuk mampir ke taman kota. Suasana sore itu ramai, tapi menyenangkan. Mereka berdiri di antrean panjang untuk membeli es krim, menunggu sambil berbincang ringan.
Namun, cuaca yang semula teduh mendadak berubah. Matahari muncul dari balik awan, sinarnya langsung terasa menusuk.
"Uh, panas banget ya," keluh Jaeve sambil mengipasi wajahnya dengan tangan.
Nalen, yang berdiri di sebelahnya, melirik sekilas. Tanpa banyak bicara, dia maju selangkah, berdiri tepat di depan Jaeve untuk menghalangi sinar matahari.
"Nih, gue jadi payung hidup lo," kata Nalen santai, dengan nada sedikit bercanda.
Jaeve meliriknya, sedikit terkejut tapi berusaha menyembunyikan senyumnya. "Berasa payung kehidupan, tapi makasih.” Biar suasana nggak canggung, Jaeve buru-buru mengalihkan pembicaraan. "Eh, gue perhatiin belakangan ini lo makin keren, deh."
Nalen mengangkat alis, sedikit bingung. "Keren apanya?"
"Ya, lo tuh sebenernya pinter, cuma suka males aja. Kalau lo niat, hasil belajar lo pasti bagus terus."
Nalen tertawa kecil. "Halah, lo nge-boosting gue ya? Mau minta traktir es krim ya, Ngaku aja."
"Bukan gitu! Serius, gue cuma kagum aja. Like, lo tuh beneran berbakat. Gue denger dari guru seni, lo bakal main piano buat acara akhir tahun, bener nggak?" tanya Jaeve sambil melipat tangan di dadanya.
"Ah, itu..." Nalen menggaruk belakang kepalanya, sedikit malu. "Iya, gue diajak sama temen yang gabung di orchestra. Gue cuma bantuin doang, nggak yang wah gimana."
"Cieee, bantuin doang katanya. Padahal lo bakal main buat salah satu orchestra terkenal, kan?" Jaeve meledek sambil tersenyum jahil.
"Udah-udah, jangan lebay," jawab Nalen dengan muka sedikit memerah.
"Terus gimana soal pameran seni besok? Lo kan perwakilan sekolah. Guru seni juga bilang lukisan lo bakal dipajang di acara itu. Apa yang lo bikin?"
Nalen pura-pura mengalihkan pandangan, seolah melihat ke arah antrean yang mulai maju. "Rahasia."
"Rahasia? Yaelah, Nalen. Gue penasaran banget, sumpah!"
"Ya udah, tunggu besok aja. Lo liat sendiri di pamerannya," jawab Nalen santai.
Jaeve menghela napas panjang, sedikit kesal tapi juga nggak bisa memaksa. "Huh, dasar lo emang bikin penasaran aja!"
Saat itu, giliran mereka tiba di depan penjual es krim. Jaeve memesan es krim rasa vanila dengan taburan cokelat, sementara Nalen memilih rasa mint choco.
"Ini, traktiran gue buat lo, biar nggak ngambek," kata Nalen sambil menyerahkan es krim ke tangan Jaeve.
"Seriusan lo traktir? Wah, hari ini Nalen beneran berubah jadi orang baik," jawab Jaeve sambil terkekeh.
“Yeee gue mah emang yang paling baik.”
Nalen hanya tersenyum kecil, lalu mereka berjalan ke bangku taman, menikmati es krim sambil melanjutkan obrolan ringan. Sambil duduk di bangku taman, Jaeve menghela napas panjang, menatap cangkir kosong bekas es krimnya. "Ih, cepet banget dah ni es krim habisnya. Rasanya baru tiga kali sendok udah abis aja," keluhnya sambil memajukan bibir, kesal.
Nalen melirik Jaeve sambil mengunyah sisa es krimnya pelan-pelan. "Makanya, nikmatin pelan-pelan. Lo tuh makan es krim lo kunyah."
Jaeve cuma memutar mata, lalu pandangannya tertuju ke arah jalanan taman. Beberapa anak kecil terlihat ceria mengayuh sepeda dengan lincah, tertawa-tawa seolah dunia adalah taman bermain mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐨𝐟𝐀√
Teen Fiction{𝐉𝐚𝐤𝐞𝐬𝐞𝐮𝐧𝐠, 𝐉𝐚𝐲𝐡𝐨𝐨𝐧, 𝐒𝐮𝐧𝐰𝐨𝐧} 𝐇𝐞𝐞𝐬𝐞𝐮𝐧𝐠/𝐍𝐚𝐠𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 : 𝐝𝐨𝐦 𝐨𝐫 𝐬𝐮𝐛 𝐉𝐚𝐤𝐞/𝐉𝐞𝐫𝐢𝐜𝐨 : 𝐝𝐨𝐦 𝐉𝐚𝐲/𝐕𝐢𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 : 𝐝𝐨𝐦 𝐒𝐮𝐧𝐠𝐡𝐨𝐨𝐧/𝐃𝐚𝐧𝐚𝐝𝐲𝐚𝐤𝐬𝐚 : 𝐬𝐮𝐛 𝐒𝐮𝐧𝐨𝐨/𝐍𝐚𝐥𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 : 𝐝...
