CHAPTER 1

19.4K 651 151
                                    

[Vika's POV]

Masa-masa SMA ku di tahun pertama ini aku lalui dengan tidak biasa. Ya mungkin anak-anak lain yang seumuran denganku menikmati hari-hari mereka di sekolah. Tapi tidak denganku. Aku selalu dikucilkan oleh anak lain di kelas, bahkan satu sekolah. Karena kata orang wajahku yang cantik dan tubuhku yang mungil seperti perempuan. Bahkan tak jarang dari mereka yang memanggilku "banci".

Ah ya, namaku Vika. Sekarang umurku baru menginjak 16 tahun. Dan baru akan menginjak tahun ke dua di SMA ku. Pasti kalian mengira aku ini perempuan bukan ?. ya memang nama Vika sangatlah cocok untuk diberikan pada anak perempuan. Bukan pada anak laki-laki sepertiku. itulah alasan mengapa teman-teman satu sekolah mengucilkanku. Bahkan tak jarang dari teman-temanku di kelas mengataiku dengan sebutan "banci", "bencong", "waria" dan sebutan lainnya yang membuat hatiku terasa teriris dan dadaku sesak karenanya. Bahkan guru bahasa inggrisku menyebutku "ladyboy". Tapi menurutku itu sudah biasa, itulah kenapa aku tak menangis. Karena sejak kecil aku sudah sering mendapatkan diskriminasi seperti itu pada diriku karena penampilan fisikku sejak lahir.

Aku tak tahu kenapa Tuhan meciptakanku seperti ini. Padahal aku ingin seperti anak laki-laki lain. Tubuh tinggi dengan dada bidang, tumbuh kumis dan jakun dan lain sebagainya. Tapi aku. Aku sama sekali tak memiliki itu. Padahal aku jelas-jelas memiiki alat vital layaknya laki-laki. Kelaminku pun juga tak ganda. Jika aku punya kesempatan bertanya pada Tuhan. Aku ingin sekali bertanya padaNya. Kenapa Engkau menciptakanku seperti ini Tuhan ?. Alasan apa yang membuatMu menciptakanku seperti ini ?. Apakah hanya untuk memubuatku tersiksa dan terhina dengan fisik seperti ini ?. Jika memang itu alasannya, aku lebih memilih untuk tidak dilahirkan saja. Toh aku juga merasa tak bahagia dilahirkan seperi ini.

Tapi satu hal yang membuatku bertahan hidup dan tak melakukan hal bodoh seperti bunuh diri. Yaitu, mamaku. Dialah penyemangat hidupku. Suatu hari aku ingin sekali membuat mamaku tersenyum bangga padaku. Dan membuatnya bahagia dengan semua jerih payah yang akan aku lakukan kelak. Aku ingin sekali mengeluarkannya dari jerat kemiskinan.

Aku tinggal bersama mama, dan tetehku (panggilan untuk kakak perempuan dalam bahasa sunda). Jika kalian bertanya dimana bapakku, jangan mengira bahwa dia sudah meninggal. Karena dia pergi melarikan diri dengan perempuan lain saat umurku masih 5 tahun. Dia melepaskan tanggung jawabnya sebagai seorang ayah dan suami pada kami semua. Bahkan mama harus rela menjadi pembantu rumah tangga demi menghidupi kami semua. Dan tetehku rela putus sekolah saat SMP demi membantu mama mencari nafkah. Usai lulus SMP, tetehku tak ingin melanjutkannya ke SMA. Mama dan tetehku sepakat bahwa akulah yang harus sekolah sampai lulus SMA, karena aku laki-laki. Yang akan menjadi tulang punggung keluarga kelak. Dan aku sangat mengerti akan hal itu.
Tapi entahlah bagaimana jadinya jika mereka tahu bagaimana perlakuan teman-teman dan guruku di sekolah padaku. Mungkin saja mereka akan memberhentikanku sekolah. Tapi aku bukanlah tipe anak pengadu. Aku tak ingin berbagi masalah dengan orang lain, apalagi dengan keluargaku sendiri. Cukup diriku sendiri yang tahu akan hal ini. Cukup diriku sendiri yang merasakan sakit. Aku tahu betul beban dan penderitaan mereka. Aku tak ingin menambah beban mama dan tetehku.

Ini hari pertamaku di kelas sebelas. Berkat kerja kerasku, aku berhasil masuk di kelas 11 IPA 1. Rasa senangku hanya sedikit sekali. Bukannya aku tak bersyukur. Tapi aku merasa, penderitaan baruku akan segera dimulai di kelas ini. Saat memasuki kelas. Sudah banyak anak disana. Dan banyak diantara mereka saling berbisik sambil menatap sinis padaku. Aku tahu mereka sedang membicarakanku. Tak heran. Aku memang selalu menjadi bahan pembicaraan bagi setiap siswa di sekolah karena penampilan fisikku. Dan aku hanya bisa menanggapinya dengan elusan di dadaku.

"heh banci. Loe duduk di belakang aja sono. Loe gak pantes duduk di depan", ujar salah satu siswa laki-laki.

"lho ini kan masih kosong. Gak ada salahnya kan aku duduk di bangku yang masih kosong di depan ?",

Vika, Laki-laki Cantik Itu ? (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang