CHAPTER 14

7.8K 432 35
                                    

Hi,

Update cerita Vika ini emang lama. maaf aja kalo nunggunya kesel. gpp kok dibilangin ceritanya basi juga. abisnya mau gimana lagi, saya juga kerja.

oh iya Chapter sebelumnya kan spesial Vika sama Abil, nah yang ini spesial Vika sama Diko. kalo votenya banyak, saya cepet deh updatenya.

Happy Reading ^,^

###

[Author's POV]

"Assalamu'alaikum", salam Vika saat memasuki rumah Diko. Tak ada yang menjawab, 'mungkin Diko sudah tidur' pikir Vika. Seluruh ruangan tampak gelap, hanya lampu dapur saja yang menyala. Usai mengambil sabun wajah, sikat serta pasta gigi dari dalam tasnya di ruang tengah, lalu Vika menuju kamar mandi yang letaknya tak jauh dari dapur. Selama aktifitasnya di dalam kamar mandi, ia tak henti-hentinya memikirkan kejadian bersama Abil tadi. Maklum saja itu adalah pertama kalinya bagi Vika berkencan, sekaligus untuk pertama kalinya juga ada seseorang yang menyatakan perasaan cinta padanya. Mungkin bisa dibilang ini malam yang paling bahagia dalam hidup Vika. Bagaimana tidak ? Abil sudah memperlakukannya dengan sangat spesial.

Usai mencuci wajah serta kakinya, Vika lalu pergi ke ruang tengah untuk mengambil handuk. Karena memang semua tas miliknya yang tadi sore ia bawa ke rumah Diko ada disana, semua keperluan menginapnya ada di dalam tas-tas itu. Usai mengeringkan wajahnya, Vika menanggalkan semua pakaian luarnya lalu menggantinya dengan pakaian tidur. Namun saat Vika akan memakai bajunya, tiba-tiba saja seseorang menyalakan lampu di ruangan itu. Sontak saja hal itu membuatnya kaget.

"loe udah pulang ?", tanya Diko,

"eh..Di..Diko", ujar Vika salah tingkah. Sambil terburu-buru memakai baju tidurnya itu.

"gimana kencannya ? lancar ?!", tanyanya lagi sambil berjalan ke arah Vika dengan wajah yang tanpa ekspresi, lalu ia duduk di sofa dimana tas-tas Vika diletakkan.

"emhh.. bukan kencan kok. Cuman jalan-jalan aja", jawab Vika mengelak, lalu menurunkan tas-tasnya dari atas sofa. "oh ya, kamu udah makan ?", tanya Vika. Diko hanya menggeleng sebagai jawaban.

"ih kenapa ? nanti masuk angin lho. Sebentar ya, aku panasin dulu masakan yang tadi", ujar Vika. Namun saat ia akan beranjak, tangan Diko menahan tangan Vika. "kenapa ? kamu gak mau makan ?", Diko menggeleng lagi sebagai jawaban. Diko pun berdiri lalu memeluk Vika tiba-tiba, tentu saja hal itu membuat Vika kaget. Dengan sedikit membungkuk, Diko memeluknya erat dengan kepala yang ia benamkan pada pundak Vika.

"loe jangan tinggalin gue. Gue minta maaf ama loe, Vik !",

"eh...ma..maaf ? maaf kenapa Diko ?".

Diko mengusap rambut Vika perlahan. 'tak seperti biasanya Diko seperti ini. Dia kenapa sebenarnya ?' , tanya Vika dalam hati.

Bahu Diko terlihat sedikit berguncang. "gu..gue. Gu..gue sa..yang... sa..sama loe Vik", ucap Diko parau.

"gue nyesel karena selama ini gu..gue udah jahat sama loe. Abis dari rumah sakit waktu itu, sebenernya ingatan gue soal loe udah kembali. Tapi gue pura-pura karena gue malu ama diri gue sendiri".

Vika masih terdiam, mencoba mendengarkan apa yang akan Diko katakan selanjutnya.

"gu..gue sadar Vik, selama ini gue salah. Gue udah banyak jahatin loe, bully loe. Selama bertahun-tahun, gue selalu ngerasa kalo ada yang hilang dari diri gue. Gue selalu ngerasa ada seseorang yang gue cari. Tapi entah siapa itu gue gak tahu. Sampe akhirnya gue ketemu ama loe, lebih tepatnya gue ketemu lagi ama loe. Gue mencoba mengingat-ngingat siapa loe, sampe kepala gue sakit. Karena hati gue ngerasa, orang yang gue cari selama ini loe, Vik. Tapi gue terlalu tolol karena udah ngelak hal itu dari awal.".

Vika, Laki-laki Cantik Itu ? (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang