CHAPTER 3

9.3K 494 74
                                    

[Diko's POV]

"eh Diko udah pulang. Sini makan siang dulu", ucap Bunda yang menyambutku di ruang makan.

"lho bunda masak ?", tanya gue heran.

"ya bukanlah sayang. Ni yang masak bi Ita. Kamu inget bi Ita gak ? pembantu kita dulu sebelum pindah ke Amerika. Ah tapi bunda gak suka panggil dia pembantu. Gak enak di denger. Lebih tepatnya, orang yang membantu bunda. Oh iya tuh orangnya lagi di dapur", kata bunda, seperti biasa nyerocos.

"den Diko, apa kabar ?", sapa seorang bibi yang memakai celemek dari arah dapur.

"baik bi", jawab gue mengangguk.

"bi Ita ini nih Diko. Tinggi kan, ganteng lagi kayak papanya. Hehe",

Bibi itupun tersenyum dan meletakan sup yang tadi dibawanya di meja makan.
Bunda duduk dan mulai bercerita, "nah bi Ita. Diko ini dulu mengalami kecelakaan waktu beberapa hari setelah kami sampai di Amerika. Ya biasalah dia bandel gak bisa diem. Alhamdulillahnya selamat, walaupun harus kehilangan sedikit ingatannya. Saya sih sempet shock bi, tapi selama Diko masih selamat ya di syukuri aja. Toh ingatannya yang hilang gak terlalu banyak",

"Alhamdulillah kalo begitu ya nyonya. Saya malah baru tahu sekarang. Maaf nyonya saya tidak bisa jenguk waktu itu",

Bunda mengibaskan tangannya, "ah sudahlah bi. Toh kejadiannya sudah berlalu. Dan sekarang Diko sehat-sehat aja kan. Cuman memang nakalnya tuh gak ilang-ilang.. iiiirrgghhh", kata bunda sambil bergidik seperti orang kesurupan.

"ah bunda nih. Ngatain mulu", kata gue merajuk sambil menyomot perkedel jagung yang masih hangat. Namun dengan cepat bunda menepuk tangan gue yang gue gunakan untuk mengambil perkedel itu.
"eits...kamu cuci tangan dulu sana. Jorok deh. Siapa tahu kan tangannya bekas ngupil atau bekas garuk pantat",

"iya-iya, huuhh bunda", bi Ita hanya bisa sedikit tergelak melihat aksi gue dan bunda.
Karena lapar, usai mencuci tangan gue pun langsung mengambil piring dan menyantap makan siang gue itu. Sungguh, masakan bi Ita ini memang enak. Tak heran jika bunda kembali memperkerjakannya di rumah kami.

"sini bi makan bareng kita",

"nanti saja nyonya, saya makannya di belakang",

"ah bibi suka begitu. Ya sudah gak apa-apa. Asal nanti beneran makan ya bi",

"haha...iya nyonya terima kasih",

"oh iya bi. Vika ajak kesini dong",

Mendengar kata Vika, gue yang sedang assik mengunyah nasi pun tersedak" uhukk..uhukkk",

"aduh sayang. Kamu makannya dikunyah dulu dong. Tuh perkedel jangan langsung ditelen, kamu kan bukan buaya. Jadi tersedak gitu kan", kata bunda sambil menyodorkan segelas air putih.

Gue pun meminum air pemberian bunda itu, "ah bunda. Masa anak sendiri dikatain buaya",

"ya abis kamu nih ada-ada aja", bundapun melanjutkan perbincangannya dengan bi Ita.

"Vika lain kali ajak kesini dong bi. Biar bisa main lagi sama Diko kayak dulu. Sekalian ajarin Diko nih bikin PR. Dia kadang lemot",

"Vika siapa bun ?",

"oh iya bunda lupa bilang. Itu lho Vika anaknya bi Ita, temen main kamu waktu kecil. Ya sih wajar kamu gak inget. Tapi sekarang dia satu sekolah lho sama kamu",

"Vika ?, dia cewek ?", kata gue menyakinkan.

"bukan sayang. Dia cowok, tapi dia manis. Bunda suka. Dari kecil tuh dia suka nangis karena dijahilin sama anak nakal komplek sebelah. Trus kamu yang belain. Malahan nih ya sebelum pindah ke Amerika kamu maksa buat ngasihin robot power ranger kesayangan kamu buat Vika",

Vika, Laki-laki Cantik Itu ? (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang