CHAPTER 22

3.6K 234 58
                                    

[Vika's POV]

Aku berdiri menatap A Abil yang juga sedang menatapku. Namun penglihatanku memudar karena air mata yang tergenang di kelopak mataku.

"A Abil ?", kataku setengah berbisik.

"Vika", katanya sembari menghampiriku. Lalu ia langsung memelukku. Ia mendekapku begitu erat, bahkan keningku dicium dan rambutku diusapnya beberapa kali.

Akupun membalas pelukan A Abil dengan memeluk pinggangnya erat.

Ya Allah, ini bukan mimpi kan ?

Bukan fatamorgana kan ?

Ini nyata kan ?

A Abil tiba-tiba melepas pelukannya, "kamu apa kabar Vik ? kenapa kamu ada disini ?", katanya sambil memegang kedua pipiku.

Aku tak bisa menjawab. Yang bisa kulakukan hanya menangis tanpa bersuara. Aku benar-benar bahagia.

Dengan sigap A Abil mencium kedua pipiku.

"jangan nangis Vika", katanya lagi.

"aku gak nyangka bisa ketemu kamu disini... ahhh, terima kasih ya Allah", tambahnya sambil memelukku lagi dan membenamkan kepalaku di dadanya yang bidang itu.

Aku kangen sekali dengan pelukan A Abil, wangi tubuh A Abil, cara A Abil memperlakukanku, ah pokoknya aku kangen semua yang ada di diri A Abil.

"A Abil jahat udah ninggalin aku", kataku akhirnya.

"maaf", katanya sambil tak melepaskan pelukannya.

"A Abil tega pergi gitu aja tanpa ngabarin aku", tambahku lagi sambil memukul pelan pinggang A Abil.

"emmh, itu-",

"Kenapa sih A ? apa salah aku ?",

"habisnya-",

"A Abil bener-bener jahat. A Abil pergi gitu aja tanpa pamit", kataku sambil terisak.

Namun A Abil tak menjawab, ia hanya terus mengusap punggung juga kepalaku dengan lembut. Mencoba menenangkanku yang tenggelam dalam emosi.

Aku pun mendongakkan kepalaku untuk menatap A Abil.

"jangan tinggalin aku lagi ya !", pintaku. A Abil tak menjawab, ia hanya mengangguk menatapku.

Tiba-tiba suara dehaman penjual nasi goreng menginterupsi kami, "maaf, nasi goreng sama sate kambing mas manisnya udah siap !".

Oh itu pesananku. Kami pun melepaskan pelukan kami.

"punya mas gantengnya tunggu sebentar ya ! hehe.. silahkan lanjutkan dulu pelukannya".

Aku jadi malu. Bodohnya aku sampai tak sadar kalau kami sedang di tempat umum. Untung ini bukan di Indonesia. Kalo disana pasti kami sudah dicaci maki.

"ayo jawab pertanyaan aku tadi A !! kenapa aa menghilang gitu aja ?!", kataku.

A Abil tak langsung menjawab, dia seakan berpikir entah apa itu.

"itu..emh.. habisnya aku lihat kayaknya kamu bahagia sama Diko, Vik. Kamu ingat kan waktu Diko nginep di rumah kamu di malam pertama pemakaman Mama juga Teteh kamu ? aku lihat semuanya, dan aku gak tega rusak moment kamu itu dengan kehadiran aku disana".

Aku terdiam seakan mengingat malam dimana Diko menginap di rumahku.

Memang apa yang sudah A Abil lihat ?

Aku dan Diko kan tak melakukan apapun. Memang sih dia awalnya genit terhadapku, namun kan itu ia lakukan untuk menghiburku disaat aku sedih saja. Tak lebih. Lagipula, aku tak punya perasaan apapun terhadap Diko.

Vika, Laki-laki Cantik Itu ? (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang