CHAPTER 7

8.2K 459 49
                                    

[Vika's POV]

"Abil ?", tanyaku mengulang nama yang baru saja disebutkan orang yang saat ini mengajakku berjabat tangan,

"Nabil Halim Kusuma Winata. Panggil aja Abil. Nama loe siapa ?",

"Aku Vika", singkatku menyambut jabat tangannya,

"Hmm.. sorry kalo gue gak sopan. Jadi cewek boleh aja tomboy. Tapi gak baik lho sendirian kemana-mana. Loe gak takut diculik ? Sekarang kan lagi marak remaja perempuan diculik buat diperjualbelikan ke luar negeri",

Apa ?
Cewek tomboy ?

Jadi dia mengira aku ini cewek. Ya Tuhan..

"Maaf aku ini laki-laki. Bukan cewek tomboy", kataku kesal.

Dia tampak terkejut mendengar penjelasanku barusan. Lalu dia mencoba memperhatikanku dari ujung kaki hingga ujung rambut. Tampaknya dia memang tak percaya pada apa yang baru saja aku katakan.

"Gue gak percaya",

Nah kan, apa kataku.

"Loe terlalu cantik buat jadi laki-laki. Loe pasti bohongin gue kan ? Bu..buktinya nama loe Vika",

"Emang kenapa kalo nama aku Vika ? Ini nama pemberian orang tua aku",

Lalu dia meraba-raba wajahku. Dan yang paling membuat aku kaget. Dia meraba dadaku.

Ya Tuhan..

"Kamu apa-apaan sih ??!", kataku kembali kesal.
Sungguh dia ini tidak sopan. Penampilannya yang ganteng tidak sesuai dengan attitude-nya. Walaupun aku ini laki-laki, tapi tidak seharusnya kan dia memperlakukanku seperti ini.

"Ups.. sorry. Abisnya gue masih gak percaya kalo loe ini cowok. Hahaha... sumpah. Loe itu terlalu cantik buat jadi cowok".

Entahlah, aku harus merasa apa dengan apa yang baru saja dia katakan ini.
Dia ini memujiku atau malah meledekku ya ?

"Hey.. kok malah bengong ? Hahaha.. pipi loe merah tuh !!",

Seketika aku langsung memegangi kedua pipiku yang memanas ini. Aduh, bagaimana ini ?

"Loe manis deh, hehe.. gue boleh ya nyubit pipi loe ?",

Namun tanpa persetujuanku dia langsung mencubit kedua pipiku. Sakiiittt rasanya. Dia ini kenapa sih ?

"Kalo aja loe cewek. Gue jadiin pacar deh, hehe.. sayang loe cowok. Kita sahabatan aja deh. Oh ya, rumah loe dimana ?",

Benar juga apa katanya. Aku ini laki-laki. Aku harus sadar akan takdirku sebagai laki-laki. Aku tak boleh merasa ke Ge-Eran.

"Ihh.. loe diem mulu dari tadi. Ngomong napa ? Rumah loe dimana ? Kok gue baru liath loe. Loe baru pindah ya ke komplek sini ?",

"Ah iya. Aku sebenarnya gak tinggal disini. Aku cuman anak pembantu. Aku kesini mau bantu mama. Biasanya sepulang sekolah aku bantu mama sore harinya", kataku sembari tersenyum.

"Oh loe anak pembantu. Hmm.. sorry, gue gak tahu. Tapi, gue juga pengen tahu rumah tempat nyokap loe kerja".

Dia tampak tak risih saat aku mengatakan anak seorang pembantu. Tak seperti Diko dan teman-teman sekelasku yang lain. Mereka tampak jijik saat mengetahui aku ini anak seorang pembantu.

Berbeda dengan Abil ini, dia sepertinya baik. Walaupun di awal perkenalan tadi dia sempat kurang ajar padaku. Mudah-mudahan saja kita bisa berteman. Sudah lama sekali aku tak memiliki teman baik.

"Hey.. loe jangan banyak bengong. Ayo gue anter ke rumah tempat nyokap loe kerja. Siapa thau aja gue kenal ama yang punya rumahnya. Gue kan dari lahir udah tinggal disini",

Vika, Laki-laki Cantik Itu ? (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang