[Vika's POV]
Usai kejadian di rumah Diko beberapa hari yang lalu. Aku jadi malas kalo mama memintaku untuk datang ke rumah Diko. Jujur, aku sangat sakit hati dengan perkataan Diko waktu itu. Dia tidak berhak mengatakan hal itu kepadaku atau kepada siapapun. Dia sudah terlalu lancang membawa-bawa keluargaku dalam hal ini. Aku heran, kenapa dia bisa sebenci itu padaku. Padahal dulu saat masih kecil, dia sangat peduli padaku.
Entah kenapa, mulai saat itu aku sangat kesal jika bertatapan dengannya. Bukan benci, tapi kesal. Ya, aku yakin. Walau bagaimanapun aku masih berharap dia menjadi seperti dulu padaku. Tapi mendengar perkataannya tempo hari padaku mengenaiku dan keluargaku. Akan sangat sulit untukku menjadi teman baik Diko seperti dulu."sudahlah Vika. jangan ngarep jadi temen orang sombong kayak dia", kataku monolog.
Aduh.
Perutku mulas. Rasa sakitnya cukup menganggu saat ulangan bahasa Indonesia tadi pagi. Sampai-sampai pak Budi sedikit khawatir melihat ekspresi mukaku. Aku tahu ini bukan rasa mulas karena ingin buang air besar. Bukan. Agak aneh memang. Perasaanku pun jadi agak sensitive, aku kerap kali sering merasa kesal. Mungkin rasa sakitnya yang tak kunjung hilang yang membuatku sedikit merasa kesal. Aku mulai merasakannya saat akan pergi ke sekolah tadi pagi. Dan sampai jam istirahat seperti sekarang, aku pun masih merasakannya. Kenapa ya ?
"Vika ! kamu baik-baik saja ?", tanya Pak Budi mengagetkanku yang usai menikmati makan bekalku.
Walaupun aku benar-benar tak bisa menikmati makanku karena rasa mulas di perutku ini.
"ah..mmh.. saya baik-baik saja kok pak. Bapak gak usah khawatir", kataku sambil tersenyum mencoba menyakinkan pak Budi.
"kamu yakin ? bapak lihat sejak ulangan tadi kamu seperti kurang sehat. Apa kamu mau ijin pulang saja ?", pak Budi semakin mengkerutkan alis tebalnya itu.
Bagaimana ini ? apa aku pulang saja ya ?Tapi nanti jika mama tahu, dia pasti akan khawatir. Dan akan memaksakan memakai uang belanja kami yang sedikit itu untuk aku berobat ke dokter. Ah tidak tidak tidak. Ini hanya mulas. Aku masih bisa menahannya. Lagipula, aku ini laki-laki. Aku tak mau diejek banci lagi oleh Diko dan teman-temannya yang sangat menyebalkan itu.
Aku mencoba menimang-nimang, "mmh...saya yakin pak. Saya Cuma sedikit mual tadi pagi. Mungkin karena belum sarapan", bualku."baiklah kalo begitu. Jujur, bapak sedikit khawatir", katanya serius.
Aku cukup tertegun. Benarkah pak Budi ini sekhawatir padaku, sampai-sampai dia mendatangiku saat jam istirahat ?Ternyata selain tampan dan dermawan. Pak Budi ini juga sangat baik padaku. Berbeda sekali dengan Diko. Yang sangat sangat sangat menyebalkan dan sombong.
"Vika, kenapa kamu melamun ?", pak Budi kembali mengagetkanku.
"ah tidak pak. Saya permisi ke toilet dulu ya pak", kataku sopan. Ya, karena aku tiba-tiba saja ingin buang air kecil. Bukan karena nervous ingin menghindari pak Budi. Tapi memang aku tiba-tiba saja ingin buang air kecil.Sesampainya di toilet pria. Aku langsung jongkok di toilet. Ya mungkin aku bisa dibilang aneh. Karena sedari kecil aku terbiasa buang air kecil jongkok seperti ini. Selain demi kenyamanan bagiku, toh ini juga disarankan oleh dokter karena menekan kantung kemih untuk mengeluarkan urin dengan maksimal.
Namun ada hal yang membuatku sedikit kaget. Bukan karena aku melihat kuntilanak menempel di pojok dinding atau melihat hantu keluar dari bak mandi. Tapi yeng membuatku kaget adalah, air seniku berwarna kemerahan. Seperti bercampur dengan darah. Ya Tuhan kenapa ini ? apa aku baik-baik saja ? ah, sudah pasti aku tidak baik-baik saja. Padahal aku tidak menahan buang air kecil terlalu lama. Tapi kenapa air seniku bercampur darah ?
Ya, DARAH.Tapi... tapi aku tak merasakan sakit apapun. Apa ini ? aku tak pernah mengalami ini sebelumnya. Jantungku berdebar kencang. Aku takut. Kalo memang ini penyakit serius, aku tak ingin cepat meninggal. Usaiku baru 16 tahun. Aku belum siap meninggalkan mama sama teteh. Aku belum sempat membahagiakan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vika, Laki-laki Cantik Itu ? (BxB)
Teen FictionVika adalah seorang anak laki-laki dari keluarga yang sangat sederhana. Ia kesepian karena tidak mempunyai teman. Semua teman dan gurunya mencemoohnya karena fisiknya yang seperti anak perempuan. Padahal, siapa yang mau memiliki fisik seperti itu? T...