[Vika's POV]
Diko tak ingat ?
Ya, tak ada aku di ingatan Diko. Ingatan saat kami masih kecil. Dia sama sekali tak mengingatku.
Tak apalah.
"Vika ? loe gak apa-apa ?",
"hm ? ya aku gak kenapa-napa kok a",
"loe ngelamun aja dari tadi. Loe mikirin apaan ?",
"gak kok. Aku gak mikirin apa-apa",
"oh ya udah. Hmmm... sekarang masih jam setengah 4 nih, loe laper gak ? kita makan dulu yuk. Gue pengen ramen nih",
"nggak a. Aku gak laper. Lagian aku gak punya uang buat jajan ramen",
"yaelah. Masalah uang gampang, gue yang traktir deh. Ya ya, yuk temenin gue",
"nggak ah a. Aku masih kenyang, tadi siang aku udah makan bekal nasi yang udah mama siapin", kataku jujur,
"bfft...hahaha... loe masih bawa bekal nasi ? Hahaha.. kayak anak TK aja", katanya sambil tertawa. Mengesalkan sekali.
"kenapa emangnya, hmh ? aku kan gak punya uang buat jajan. Jadi ya makan makanan dari rumah aja. Lagian lebih bersih tahu !",
"hahaha...sorry sorry. Iya-iya gue tahu. Gue bercanda, jangan ngambek gitu. Ntar gue cium nih, mumpung di mobil cuman kita berdua", tambahnya lagi genit.
Ihh,, a Abil makin aneh saja.
"enak aja cium cium. Aku gak bisa temenin aa makan, aku gak punya uang. Titik",
"gue yang traktir. Ya ya ya...please... temenin gue. Loe tega gitu biarin gue kelaperan, hmh ? ntar gue gak six pack lagi gimana ? ntar gue gak ganteng lagi, gak unyu lagi hayoo...",
"lebay deh. Ya udah ayok aku temenin", Mau tak mau akupun menerima ajakan a Abil.
Saat ini kami sedang dalam perjalanan pulang usai menjenguk Diko di rumah sakit. Oh ya seperti yang sudah aku katakan tadi, Diko tak mengingatku sama sekali. Tak ada ingatan mengenai diriku. Padahal kata tante, Diko sudah sembuh dari Amnesianya. Kenapa bisa seperti itu ya, setahu aku jika seseorang benar-benar sembuh dari Amnesia semua ingatan yang ia lupakan akan kembali. Tapi tidak dengan Diko.
Ah ya sudahlah, siapa aku harus berharap diingat oleh Diko ?
Saudaranya saja bukan. Aku hanya anak dari seorang pembantu di rumahnya. Bukanlah seseorang yang penting yang harus diingat oleh seorang Diko.
"Vika ? loe ngelamun lagi ? kita udah sampe", a Abil mengagetkanku saat dia menepuk pundakku. Ternyata tanpa aku sadari, a Abil sudah memarkirkan mobilnya di depan salah satu tempat makan. Entahlah, mungkin ini restoran jepang. Kami pun langsung turun dari mobil.
"duh a kenapa kita makan disini ? pasti makan disini mahal. Nanti aku ganti traktiran aa gimana ?", aku reflek berbicara seperti itu saat turun dari mobil. Karena memang restoran ini terlihat mahal. Itu menurutku. Parkirannya saja luas, dan yang parkir pun mobil semua. Satupun tak ada sepeda motor.
"heh...emangnya gue bilang minta ganti traktir juga sama loe ? nggak tuh perasaan. Udah yuk masuk, gue gak akan pernah minta balesan apapun dari loe",
Aku menatap wajah a Abil, wajahnya tampak serius.
"maaf. Aku tahu diri aku orang miskin, gak mampu traktir aa di tempat makan mahal manapun",
"aduh...gue salah ngomong. So..sorry, Vika. Bukan maksud gue ngomong kek gitu. Jangan tersinggung", kata a Abil sambil memegangi kedua pundakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vika, Laki-laki Cantik Itu ? (BxB)
Novela JuvenilVika adalah seorang anak laki-laki dari keluarga yang sangat sederhana. Ia kesepian karena tidak mempunyai teman. Semua teman dan gurunya mencemoohnya karena fisiknya yang seperti anak perempuan. Padahal, siapa yang mau memiliki fisik seperti itu? T...