Happy Reading all 💋
janlup jejaknya ya sayang sayang ku
lopyu oll
🌻🐯🐻🌻
Ini sudah hari ketiga, dan Abdi sudah sadar sepenuhnya beberapa saat yang lalu. Kini ruang rawat inap Abdi sudah dipenuhi dengan orang orang yang sudah ia anggap bagaikan keluarga sendiri.
Haechan, Mark, Bu Dewi, Guanlin, Jaemin, Jeno, dan juga paman Lai yang ikut hadir untuk menyambut sadarnya Abdi dari tidur panjangnya. Abdi memejamkan matanya sejenak menikmati tiap usapan lembut dari tangan halus sang Mommy.
"Ada yang sakit ga, A'? "
Abdi menggelengkan kepalanya, tak sepenuhnya jujurz karena nyeri pada lehernya masih terasa, namun demi menjauhkan kekhawatiran berlebihan dari Mommynya itu ia jaid menggelengkan kepalanya.
Haechan yang mengetahui anaknya itu kini tengah berbohong pun tersenyum maklum, "Kalau ada yang sakit bilang ya A'."
Abdi kembali menjawab dengan gerakan kecil di kepalanya, Ia tidak mampu berbicara untuk saat ini, dokter kata, peluru yang menembak lehernya itu memberikan sedikit tekanan pada pita suaranya sehingga ia akan merasakan sedikit kesulitan untuk membuka suara, jadi, untuk antisipasi, abdi harus dibatasi dalam berbicara dan juga membuka mulut yang dapat merangsang penekanan yang lebih parah pada pita suaranya.
Mata Haechan menatap sendu keadaan sang anak, Mark mendekati keduanya kemudian memeluk Haechan dari samping dan ikut mengusap pucuk kepala Abdi kembut.
"Makasih ya A', perjuangan A'a dan pengorbanan A'a buat Daddy dan Kebahagiaan keluarga kita ga sia-sia a'. Dad janji setelah ini ga akan lagi terjadi hal yang seperti ini, setelah ini Abdi bisa menjalani hidup selayaknya anak anak seumuran Abdi. Maaf ya, A'a harus ngerasain hal ini, Dad sekali lagi minta maaf."
Abdi tersenyum tipis dengan bibir pucatnya, ia mengangkat tangan kanannya yang terpasang selang infus disana. Telapak tangannya yang dingin membelai pipi sang Daddy dan juga sang Mommy secara bergantian. Tak lamanya ia tersenyum hangat.
Tanpa suara bibirnya bergerak mengucapi kata kata terimakasih pada kedua orang tua angkatnya itu. Mark dan Haechan sama sama menggenggam jari jemari Abdi, Bibir keduanya bergantian saling mengecupi kening sang putra penuh kasih sayang.
"Pak, maaf mengganggu waktu bapak, Tes DNA antara Haechan dan juga si tua Mingyu udah keluar hasilnya pak. Mau saya ambilkan sekarang?"
"Ya."
Setelah mendengar cerita Mark mengenai Apa yang disampaikan Oleh Mingyu saat berdebat dengannya sebelum kejadian tembak menembak itu terjadi. Mulai dari video Haechan yang terikat itu hanyalah video AI yang dibuat buat oleh Mingyu. Dan ungkapan Mingyu yang mengatakan kemiripannya dengan Haechan. Sehingga tes DNA pun dilakukan atas permintaan Haechan sendiri.
Guanlin menyerahkan amplop putih yang berlambangkan rumah sakit yang mereka tempati setelah kembali. Haechan menerima amplop tersebut dan dengan perlahan-lahan membuka pengait amplop tersebut kemudian mengeluarkan selembar kertas yang akan ia baca setelahnya.
Probabilitas Kim Mingyu sebagai ayah biologis dari Lee Haechan adalah 0%.
"Negatif, dia bukan ayah gue. Berarti bener gue anak si Joni Joni yes papa itu?" monolog Haechan sendiri, ia mengangkat kepalanya, ia menatap mereka yang kini tengah memasang wajah penasaran.
Haechan membeberkan kertas tersebut, ”Negatif kok."
"Syukurlah..."
Jaemin merangkul sahabatnya itu, "Syukur banget setidaknya Lo bukan anak dari pembunuh, walaupun ayah asli Lo kek tai kambing tapi dia kaga kriminal."

KAMU SEDANG MEMBACA
Damn, I Love you! || MarkHyuck
FanfictionSekretaris rasa Istri? Gimana sih? Mark Lee seorang Ceo muda yang jatuh cinta pada seorang pemuda yang menyelamatkan nya saat ia di keroyok preman pada 5 tahun yang lalu. kemudian ia dipertemukan lagi dengan pemuda itu oleh takdir sebagai Bos dan ju...