26. Ragam Kasus Miring Di SMA Gloriacastra

6 1 0
                                    

Selamat berlabuh
dalam dunia gelap tanpa
keadilan

[CHAPTER 26]
-
-
-
-

Beberapa minggu terakhir kondisi sekolah aman dan damai, tidak ada kematian misterius yang menerjang. Namun tersemat kejanggalan yang kata orang menguntungkan. Tidak ada berita duka bukan berarti sudah usai, predator mematikan bergerak di air yang dalam dan menyerang dengan membabi buta.

The gank Antariksa hingga kini belum dapat menafsirkan secara pasti nama-nama yang terkandung di buku misterius tersangka atau korban. Di bawah langit mendung tepatnya di sudut lorong dekat kelas terbengkalai 12 siswa dari SMA Gloriacastra berkumpul. Wajah serius dan pandangan yang menajam terpasang di tiap orang.

"Berdasarkan firasat gue, mereka bukan dalang. Tapi korban."

DEG!

Jantung berlatih riuh, netra Steven Kenzuela Nagaswara memusat pada dia, pemuda bermasker yang tak pernah sekalipun menunjukkan wajahnya.

Bryan Leons Vantaris menjadi sorotan publik. Diamnya lelaki itu bukan berarti bodoh, kata orang dia pengintai yang baik, yang dapat melihat celah di tempat yang rata.

"Kenapa lo berkeyakinan seperti itu?" Tangan bersedekap dada, tatapan interogasi Rev hantamkan.

Mata seram Bryan menajam."Setiap yang kita curigai dalang, berujung mati dengan tragis. Secara logika, tidak ada dalang yang mati. Dia akan selalu hidup dan menumpaskan aksinya."

Bibir-bibir terbungkam. Cara untuk membantah padam.

"Dyera, Miranda dan The gank Blood itu korban? Hei, jangan lupa, mereka kejam." Cetus April.

Ekspresi iblis tampil di wajah Bryan. Bantahan yang di keluarkan, membuat gerak-gerik pun berubah. Menjadi tanda jika mereka tidak paham apa yang Bryan maksud."Gue gak bilang mereka suci, gue hanya bilang mereka korban."

Kerutan hadir di kening Clara."Maksud lo?"

"Mereka korban, di sisi lain mereka juga dalang. Tapi kali ini bukan mereka yang menjadi dalang dari peristiwa keji. Ada dalang lain, yang lebih kejam dari pada mereka. Yang bergerak dengan halus, seakan semua yang kita lakukan telah dia ketahui. Dia datang sebagai badai, yang punya tujuan besar. Dan alasan serta tujuannya ada di tempat ini." Nada serius itu terkesan mengerikan. Satu hentakan kaki Bryan jelas menunjuk bahwa SMA Gloriacastra adalah tempat asal muasal semua kejanggalan dan kekejaman terjadi.

Dalam posisi berdiri, Steven kesulitan bernafas. Hatinya menjerit, panik luar biasa terjadi tapi berhasil di hempaskan dengan mengeluarkan wajah datar. Tebakan dan insting seorang Bryan Leons Vantaris tidak dapat di remehkan. Dari awal yang paling Steven waspadai hanyalah Bryan dan Angkasa. Entah mengapa, 2 orang itu seperti racun yang menyamar dalam helaian kelopak bunga.

"Percuma kalian selidiki satu persatu manusia-manusia yang tercantum di buku misterius. Gak akan ada hasilnya. Kita hanya perlu mencari asal muasal kenapa konflik berat ini terjadi. Dan gue yakin, hal ini bisa terjadi karena kasus sebelumnya yang menimpa sekolah kita." Penuh penekanan Bryan.

Bibir Revan Lorenza Pratama terkatup, pikiran mengupas terbang ke masalalu, isu-isu yang ada SMA Gloriacastra selama hampir 3 tahun berdiam diri di tempat ini banyak. Apalagi di tahun-tahun sebelum Rev datang, namun kendala yang menghadang adalah semua isu-isu serta kejadian keji di tempat ini telah di hapus. Terpendam dalam ke lapisan tanah paling bawah. Dan mustahil semua itu bisa terangkat dengan mudah.

FatamorganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang