27. Misteri Sheira Cakrawinara

2 1 0
                                    

Selamat berlabuh
dalam dunia gelap tanpa
keadilan

[CHAPTER 27]
-
-
-
-

Sesaat Bryan terdiam di temani rasa panas menggebu-gebu di dada. Sebuah pesan Bryan kirim di grup yang beranggotakan lima orang, Angkasa, Bryan, Aryan, Reyhan dan Rafael. Grup dengan nama ASM (Akulah Sang Matahari) di buat sudah sejak kelas 1 SMP.

Bryan: Kumpul di persimpangan jalan Merpati. Ini penting!

Aryan: Oke meluncur

Laptop dengan logo Apple di belakang punggung Bryan bawa. Di malam yang gelap ini pemuda itu turun ke lantai 1 dan menuju mobil BMW kesayangannya. Mobil berwarna hitam itu melesat membentang jalan kota dan terhenti di persimpangan jalan Merpati.

Tidak menunggu lama, Angkasa dan yang lain bermunculan. Bryan memperingati pada mereka untuk jangan membawa kendaraan, karena ia yang akan bawa. Alhasil mereka datang menaiki taksi online.

Kaca samping Bryan turunkan."Masuk mobil."

Satu persatu di antara mereka menuruti.

Wajah menegang Bryan di tangkap oleh Rafael."Ada apa lo manggil kami?"

Lelaki yang di lempari pertanyaan tidak menjawab, ia menggeser tubuh ke bangku penumpang di belakang."Ar, setir mobil gue."

Aryan langsung pindah tempat. Lalu melajukan mobil dengan kecepatan standar. Bryan duduk di apit Rafael di sisi kanan dan Angkasa di sisi kiri. Pemuda duduk dengan jemari berkutat di atas laptop itu menarik perhatian semua orang.

Sebuah foto seorang gadis Bryan perlihatkan."Ini Sheira Cakrawinara yang Rev maksud. Ternyata dia tidak ikut kompetisi itu, atau lebih tepatnya dia tidak sampai ke Spanyol."

"Terus? Apa hubungannya sama dia?" Melihat keseriusan Bryan, Rafael menaruh curiga.

"Dia di hilangkan oleh seseorang karena tau sesuatu. Kata kuncinya ada padanya. Oleh karena itu penting bagi kita buat mengusut tentangnya." Jelas Bryan dengan sejelas-jelasnya.

"Gimana caranya? Rev bilang semua informasi tentang dia udah di hapus, lagipula gak ada keluarganya yang tersisa buat kita mintai keterangan." Reyhan ungkapkan keresahan.

Pandangan Bryan naik, menatap jelas jalan di malam yang gelap."Ar, ke komplek Genasha di jalan Merak."

"Oke bos." Dengan segera Aryan tancap gas.

"Dia tinggal di sana. Kita bisa cari informasinya dari tempat itu." Sebut Bryan.

"Kita harus beri tau yang lain kalau Sheira gak sampai ke Spanyol." Saran Rafael.

"Jangan."

Dari balik kaca tengah Aryan mengerutkan kening mendengar cegahan Angkasa.

"Kenapa?" Di sebrang Rafael bertanya.

"Jangan. Kita selidiki ini hanya berlima, entah kenapa batin gue merasa mereka tidak sesederhana yang kita kira. Setiap strategi yang kita lakukan untuk bertemu dengan tersangka yang kita curigai, pasti setiap tersangka meninggal sebelum kita interogasi." Wajah tenang dan damai Angkasa adalah lambang jika tak ada kebohongan maupun candaan di balik kalimat panjang itu.

"Lo ngira dalangnya ada di grup kita?" Tuding Reyhan.

"Gue gak ngomong gitu. Apa salahnya kita waspada. Tidak semua teman itu baik, biarlah masalah ini kita hadapi berlima saja. Mereka tidak perlu tau, agar informasi tidak sampai ke telinga pihak manapun apalagi pihak sekolah." Cetus Angkasa memperingati."Rev, dia OSIS yang paling jujur, tapi kejujurannya bisa membunuhnya. Banyak yang curiga pada manusia itu, terlebih pihak sekolah. Serta banyak mata-mata di sekeliling kita ketika di sekolah, dan itu terjadi karena di tengah-tengah kita ada Rev."

FatamorganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang