Author - Pergi menjauh

39.2K 2.4K 48
                                    

=My Daddy=

~•~

Keisha berjalan meninggalkan rumah mewah Revon dengan air mata yang terus mengalir dengan deras. Mengeret koper besarnya yang berat. Berjalan kaki tanpa arah tujuan ia pergi. Sampai pada akhirnya ia sampai di halte bus. Duduk sejenak menghilangkan rasa lelah. Melihat ponselnya yang menampakkan wajah senyum Revan dan Nita. Orang yang penting dalam hidupnya sekarang. Orang yang tidak mampu ia perjuangkan karena mereka bukanlah anak kandungnya. Dirinya ini hanya ibu tiri yang kejam. Yang tega meninggalkan anaknya. Yang membuat anaknya itu menangis. Masih banyak lagi yang lain kekejaman yang ia lakukan pada anaknya. Dirinya ini tidak pantas menjadi ibu mereka.

Tangannya mengelus perut datarnya. Di perutnya yang masih datar di dalamnya ada kehidupan. Buah hatinya dengan Revon. Suaminya. Suami yang tega mengusirnya hanya karena dia hamil.

"Permisi mbak" suara lelaki yang terdengar di telinga-nya. Dengan cepat ia mengusap air mata-nya. Melihat siapa orang yang mengajaknya berbicara.

"Oh, ya ampun Mbak Key" lelaki itu tampak senang sekali bertemu dengan Keisha. Sedangkan Keisha masih bingung dengan lelaki yang ada di hadapannya ini.

"Siapa ya?"

"Masa Mbak Key gak tau saya, ini Fian, Alfian yang kerja di Cafe Mbak. Ya meski saya masih barulah" Keisha berusaha mengingat lelaki di depannya.

"Oh, Fian. Ya ya saya ingat. Kamu kan yang biasanya gantiin saya waktu saya cuti" ucap Keisha ketika ia sudah mengingat lelaki di depannya ini. Lelaki yang bernama Fian itu pun mengangguk. Matanya jatuh pada koper besar yang ada di sebelah kiri Keisha.

"Lho mbak mau kemana?" Tanya Fian yang bingung.

"Saya mau pergi Fi, cuma gak tau mau kemana" ucap Keisha berusaha tersenyum ketika menjawab pertanyaan Alfian.

"Mbak minggat ya?" Tanyanya lagi. Keisha baru menyadari kalau memiliki pegawai yang sungguh sangat cerewet ini.

"Iya, saya minggat. Dan sudah jangan bertanya lagi. Saya capek jawabnya" ujar Keisha ketus. Alfian membalas dengan cengiran. Menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Terus mbak mau tinggal dimana? Di apartemen mbak?" Tanya Alfian lagi yang membuat Keisha semakin geram. Keisha meredakan amarahnya dengan menarik nafas. Lalu menghembuskannya. Ia melakukan itu secara berulang kali. Setelah dirasa sudah cukup tenang ia menjawab pertanyaan Alfian lagi.

"Gak, saya gak mau ke apartemen. Saya mau cari kost atau kontrakan aja" uang yang Keisha bawa memang sebenarnya banyak. Hanya saja ia ingin berhemat dan memulai hidup baru bersama anaknya. Kalau dia boros takut uangnya tak cukup untuk biaya membeli perlengkapannya seperti suau untuk ibu hamil dan lain - lainnya.

"Kalau gitu ke rumah saya aja" ucapan Alfian membuat Keisha terkejut. Ia langsung memberi tatapan tajam-nya.

"Tenang aja mbak, saya gak akan ngapa - ngapain mbak. Susah loh cari kost atau kontrakan di Jakarta" ucap Alfian menjelaskan.

"Gak ah. Besok saya mau ke Surabaya aja" kilah Keisha. Ia bingung dengan lelaki di depan-nya. Sudah aneh gila lagi. Pikirnya.

"Ya terserah mbak mau kemana. Tapi gak mungkin kan kalau mbak sekarang tidur di halte bus. Mendingan sekarang mbak ikut saya ke rumah saya. Baru besok mbak ke Surabaya" usul Alfian. Keisha berfikir. Sebenarnya ucapan Alfian ada benarnya juga. Ia tak mungkin tidur di halte bus dalam kondisi ia sedang mngandung. Dengan cepat Keisha menganggukan kepalanya tanda ia setuju dengan keputusan Alfian. Alfian pun melengkungkan bibirnya ke atas. Ia pun membawa koper besar Keisha. Lalu mereka berjalan menuju rumah Alfian.

***

Suara tangis anak kecil meramaikan rumah mewah Revon. Membuatnya pusing.

"Kalian gak bisa diam?!" Ucap Revon dengan kasar. Revan dan Nita yang mendegar ucapan kasar ayahnya semakin menangis dengan kencang.

Untung saja Mama datang membantu menenangkan Revan dan Nita. Revan mungkin masih bisa diatasi. Tetapi tidak dengan Nita yang masih bayi berusia 2 bulan. Ia tak mungkin bisa diam. Biasanya yang bisa menenangkan Nita hanya Keisha.

"Apa yang telah kamu lakukan Revon?!!" Tanya Papa dengan kasar dan keras. Ia tak habis pikir dengan anaknya ini. Tega sekali anaknya ini mengusir istrinya yang sedang mengandung anaknya. Anak kandungnya. Darah daging-nya.

Revon diam. Ia tak mau menjawab. Ia merasa apa yang dilakukannya benar - benar saja.

"Jawab Revon!! Kamu sungguh kurang ajar sekali mengusir istrimu sendiri. Kamu tidak berfikir bagaimana nasib anak - anakmu kalau mereka berpisah dari ibunya?!"

"Dia bukan ibu anak-ku. Ibu mereka adalah Kesha. Bukan Keisha" ucap Revon dengan menekankan kata bukan. Membuat papanya semakin geram dengan sikap anaknya itu.

Ia tak habis fikir kalau anaknya ini akan bertingkah nekat dengan menghamili istrinya sendiri. Ketika tau istrinya hamil ia mengusir istrinya. Apalagi ketika anaknya ini mengusir istrinya tepat depan mata Revan. Yang masih kecil tidak tau apa - apa.

"Papa dan Mama yang akan merawat Revan dan Nita jika kamu ingin bertemu dengan mereka datang-lah ke rumah. Papa harap kamu gak akan menyesal dengan kelakuanmu yang tadi. Yang mengusir istrimu" keputusan Papa sudah bulat membawa cucu - cucunya dan merawat mereka. Papa juga akan mencari Keisha.

=My Daddy?=

Repost : 21 November 2015

Revisi : 13 Juli 2017

[ML1] My DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang